Share

Bab 2 Ibu Mertua Perhitungan

Author: Lemongrass
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku kan mau sarapan, Bu. Masa berdiri," balas Negan dengan ekspresi tanpa dosa.

Laras mendengus, lalu melayangkan sindiran pada Negan perihal Damaira yang baru saja diberi uang belanja, tapi Negan malah sarapan di rumahnya.

Dengan santai Negan menanggapi perkataan sang ibu, jika dia tidak berselera dengan menu yang dibuat oleh Damaira, lalu mengambil dua centong nasi ke piringnya dan menambah dengan sayur serta lauk yang menggugah selera–ayam goreng lengkuas.

Laras memandang kesal ke arah piring anaknya yang penuh makanan.

“Tumben, bukannya kamu selalu bilang kalau masakan istrimu yang sekolah jurusan tata boga itu selalu enak!” sindir Laras lagi.

“Memang istrimu itu masak apa?” lanjut Laras

“Cuma masak ongseng toge sama tempe goreng."

Laras melongo, tidak habis pikir dengan kelakuan menantunya. Anaknya baru saja menerima gaji dan pasti akan memberi uang belanja, tapi membuat menu masakan hanya ongseng toge.

Mendengarnya saja dia malas, apalagi harus memakannya. Laras bahkan sampai bergidik, saking tidak seleranya dengan menu yang dibuat Damaira.

Laras merasa kesal anaknya tidak dilayani dengan baik. Tanpa Laras tahu berapa uang yang diberikan Negan untuk menantunya, namun dia dengan mudahnya menghakimi Damaira.

“Katanya uang bulanan dariku tidak cukup kalau harus beli lauk yang enak. Aku memang kasih dia uang pas, takutnya dia boros, seperti yang ibu katakan.”

Laras tersenyum, hal itu yang selalu dia gaungkan pada Negan semasa masih tinggal bersama.

“Lagian istrimu itu kan kerja, perhitungan sekali jadi istri!”

Laras terus mengompori Negan, agar Damaira tampak lebih buruk lagi di mata anaknya. Sejak dulu Laras memang tidak menyukai Damaira yang hanya lulusan SMK tata boga, keluarganya biasa saja dan juga dari kampung.

“Bulan kemarin Damaira yang bayar cicilan rumah. Mungkin uangnya sudah habis, berapa sih gaji pelayan toko roti, pasti tidak seberapa. Makanya ibu jangan minta tambahan uang terus, aku juga pusing,” oceh Negan.

“Ah, begitu aja masih kamu bela. Ibu sudah bilang, tinggal di sini saja, biar lebih hemat, tidak perlu keluar uang untuk bayar cicilan rumah, uang bulanan juga ibu yang pegang, makanmu pasti terjamin, kamu saja yang ngeyel.”

Laras tak suka Negan sarapan di rumahnya, kerena otomatis pengeluarannya akan bertambah.

“Aku pusing bu, hampir setiap hari Damaira minta tinggal terpisah. Katanya dia tidak betah tinggal di sini. Toh DP rumah dia yang bayar, aku jadi iya-iya saja."

“Salahmu sendiri punya istri tidak berpendidikan, sudah begitu miskin lagi.”

Negan diam sejenak, kata-kata itu selalu terlontar dari mulut ibunya. Awalnya Negan selalu membela istrinya, tapi belakangan ini dia mulai berpikir jika yang diucapkan oleh Laras ada benarnya. Mungkin dulu dia terlalu dibutakan oleh kecantikan Damaira.

"Kamu ceraikan saja dia, ibu akan carikan istri yang kaya, agar kamu bisa mewarisi perusahaannya," oceh Laras.

Negan terperangah mendengar ucapan sang ibu. Meski dia sering cekcok dengan Damaira, dia tak pernah terpikir sedikitpun untuk bercerai dari istrinya. Di sudut hati kecilnya Negan masih sangat mencintai Damaira. Negan menghela nafas belum sempat dia mengucapkan kalimat bantahan, Laras kembali bersuara.

“Terserah kamu saja, yang penting jatah ibu dan Dina empat setengah juta tidak diusik-usik apalagi dikurangi,” imbuh Laras santai.

'Ibu, selalu saja uang yang ada dipikirannya,' batin Negan.

“Mulai bulan depan jatah ibu dan Dina tiga setengah juta saja! Aku harus menabung untuk biaya semesteran Dina,” Negan menjeda ucapannya.

“Lagi pula Naya sudah kerja. Aku tahu jika Naya juga selalu memberi uang pada ibu.”

Negan harus mulai tegas perihal keuangan pada ibunya, menurutnya sang ibu sangat boros.

“Enak saja, empat setengah juta ya empat setengah juta. Kenapa jadi dikurang-kurangi? Kamu pasti mau berikan pada istrimu itu, iya?” kesal Laras.

“Uang Naya beda lagi ceritanya, kalau Naya kasih ibu itu hadiah untuk ibu, sedangkan kamu itu wajib, harus kasih uang ke ibu,” imbuh Laras.

Belum sempat Naya mengutarakan isi hatinya, Negan sudah lebih dulu beranjak, dia memilih untuk segera berangkat kerja, meski makanan dalam piringnya masih tersisa.

“Mau kemana? Makanan kamu belum habis, mubadzir, kamu lupa kalau istrimu cuma masak ongseng toge?”

Tak menggubris perkataan sang ibu, Negan berpamitan dan mencium punggung tangan Laras, rasanya kepalanya mau pecah. Tidak istrinya, tidak ibunya, uang saja yang ada dalam pikiran mereka.

Lain halnya dengan Laras, dia ingin membuat perhitungan dengan menantunya.

“Ra, Ira,” seru Laras yang menyambangi rumah anaknya.

Tok! Tok! Tok!

Dengan tidak sabar Laras mengetuk pintu rumah tersebut. Dia yakin menantunya itu belum berangkat ke toko kue tempatnya bekerja.

“Ra, Ira,” teriak Laras. Damaira membuka pintu rumahnya.

“Ada apa, Bu?”

“Kenapa pakai kunci pintu segala sih?” sungut Laras.

Tanpa dipersilakan, Laras langsung masuk ke dalam rumah, menuju ruang tengah. Sudah menjadi kebiasaan, ibu tiga anak itu sering kali datang ke rumah Damaira tanpa permisi—langsung masuk ke dalam rumah.

‘Biar ibu tidak main selonong saja masuk ke rumah orang,’ tentu kata-kata itu hanya terucap dalam hati Damaira.

“Damaira sedikit sibuk, Bu, jadi pintu dikunci,” jawab Damaira seramah mungkin.

Yang diucapkan Damaira, tak sepenuhnya bohong, karena dia memang sedang sibuk mengecek laporan bulanan toko kuenya.

“Jangan sok sibuk," sarkas Laras.

Ingin rasanya Damaira mengatakan bahwa pekerjaan rumahnya juga sangat membuatnya sibuk, sebab anaknya benar-benar ingin diperlakukan seperti seorang raja, yang semuanya terlayani, tapi dia tak sampai hati.

“Ada apa, Bu?” ulang Damaira, dia tidak ingin ibu mertuanya itu terus meremehkannya.

Tanpa basa-basi, Laras memarahi Damaira yang tidak becus mengurus suami, yang hanya memberi sarapan ongseng toge dan tempe goreng.

Memaki Damaira yang perhitungan dan pelit pada suami, serta menghina pekerjaannya yang hanya pelayan toko kue. Damaira hanya diam dengan sesekali menghela nafas.

“Ira hanya belanja sesuai uang yang diberikan oleh mas Negan, Bu,” balas Damaira sambil membuatkan teh hangat untuk Laras.

“Alasan terus, lagian kamu kan kerja, kenapa perhitungan sekali sama suami sendiri!”

“Damaira bukan perhitungan, Bu, tapi memang uang Damaira sudah terpakai untuk yang lain,” Damaira membela diri.

“Halah, kebanyakan gaya kamu, Ra. Sini uang jatah yang dikasih sama Negan, tadi pagi dia makan di rumah ibu, lama-lama pemborosan kalau suamimu setiap pagi makan di rumahku.”

“Astaghfirullah, Bu, uang dari mas Negan tidak seberapa, masih ibu minta juga?” Damaira nyaris mengelus dada mendengar permintaan ibu mertuanya.

“Tidak usah banyak bicara, sini uangnya.” Tidak mau terjadi keributan, Damaira pun mengambil uang sisa belanja tadi pagi di laci meja dapur.

“Ini, Bu,” Damaira memberikan satu lembar uang lima puluh ribu.

“Hanya ini?”

“Iya, Bu, itu pun untuk seminggu,” jawab Damaira santai.

“Jangan ngelawak kamu, Ra, mana cukup seminggu uang segini. Kalau mau bohong pakai otak, Ra. Ya sudah sini, daripada ibu tombok gara-gara suamimu makan di rumahku.”

Laras mengambil uang tersebut kemudian memasukkan kedalam saku celana panjangnya. Kemudian berjalan keluar rumah setelah menghabiskan teh manis yang dibuatkan oleh menantunya.

‘Yang melawak itu ibu, sudah tahu uang hanya segitu masih diminta. Perhitungan sekali jadi orang, padahal sama anak sendiri.' Andai kata-kata itu bisa dengan mudah dia katakan pada mertuanya.

Laras menghentikan langkahnya, hendak mengatakan sesuatu.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Elvi Fitri
apa ad orang begitu didunia nyata ya
goodnovel comment avatar
Bulan Purnama
kali aku punya suami ky negan udah aku ceraikan dia
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 3 Terlalu Memandang Rendah Damaira

    Sebelum pergi dari rumah Damaira, Laras masih sempat menghina menantunya. Laras menyuruh Damaira untuk memperbanyak makan toge karena sayuran itu bagus untuk kesehatan reproduksi. Laras juga menghina Damaira mandul, sebab dua tahun lebih menikah tak juga diberi keturunan. “Astaghfirullah, Bu, kita ini sesama perempuan, kenapa Ibu tega berkata seperti itu?” Kata-kata mandul terucap tidak hanya satu dua kali keluar dari mulut Laras, lama-lama Damaira merasa geram. Dulu Damiara akan menangis berjam-jam saat mertuanya mengatakan dia mandul. Namun, sekarang dia tidak akan lagi melakukan hal itu apalagi meratapi nasib. Damaira akan mulai melawan, dia tidak ingin harga dirinya terus diinjak-injak, walau kenyataannya memang belum mempunyai anak. Saat ini mungkin memang Sang Maha Pemberi Keturunan belum memberinya kepercayaan. Kalau boleh berkata, sebenarnya Damaira merasa sedikit bersyukur belum diberi keturunan, sebab kehidupannya saja masih penuh dengan masalah yang belum terselesaikan,

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 4 Negan Mendapat Promosi Jabatan

    Negan menuju ke meja makan, melihat makanan apa yang disiapkan oleh istrinya.Mie goreng!"Lumayan lah, ketimbang makanan yang tadi pagi," ucap Negan.Mereka pun makan makanan tersebut dalam diam, hingga Damaira angkat bicara."Mas, tadi ibu datang kemari."Negan melirik Damaira sekilas, "Untuk apa ibu kemari?""Minta uang belanja, katanya pemborosan kalau mas makan terus di sana," jujur Damaira.Damaira tak pernah mengadu jika ibu mertuanya datang. Tapi entah mengapa malam ini mulutnya gatal ingin bercerita tentang hal itu, hanya untuk melihat reaksi sang suami."Kamu jangan fitnah, Ra. Mana mungkin ibu datang hanya karena minta uang. Jelas-jelas aku sudah kirimkan uang jatah ibu.""Aku tidak bohong mas, apalagi fitnah. Untuk apa? Tidak ada untungnya juga. Terserah kamu mau percaya atau tidak." Damaira langsung melanjutkan menyantap mie gorengnya.Negan kembali dikejutkan oleh sikap Damaira, wanita yang telah menjadi istrinya selama dua tahun lebih itu tak pernah meninggikan suara, d

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 5 Keluarga Mata Duitan

    “Apa kamu bilang? Ibu pemborosan? Pasti wanita mandul ini yang sudah mempengaruhimu, sampai kamu tega ngomong seperti itu sama ibu.” Laras mulai mendramatisir keadaan.Damaira yang melihat mertuanya mulai drama, dia pun menunduk. Berperan sebagai korban, diam dan hanya pasrah. Namun, di mata ibu mertuanya dia tetaplah orang yang patut dipersalahkan.“Kamu lihat kelakuan istrimu yang tidak berpendidikan itu, tidak ada sopan santun, suka melawan omongan ibu. Sekarang berlagak diam kalau di depanmu.” Laras menunjuk ke arah Damaira."Heh, coba kamu bicara seperti kemarin. Beraninya sama mertua kalau tidak ada anakku," sarkas Laras pada Damaira."Ibu kemarin datang ke sini?" Negan menelisik, mencocokan dengan apa yang Damaira kemarin katakan.Laras seketika diam, seakan menyadari kesalahannya telah salah berucap.“Ibu butuh berapa?” Negan memilih mengalah daripada melihat ibunya yang memaki istrinya, yang bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.Negan juga dapat melihat dari diamnya sa

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 6 Harga Sembako Ternyata Mahal

    Malam ini Negan tak menemukan Damaira di ruang tengah seperti biasanya. Dia pun langsung menuju ke kamarnya.Mendapati Damaira sedang tiduran di ranjang."Kamu ini, suami pulang bukan di sambut. Malah enak-enakan tidur," oceh Negan sembari meletakkan tas kerjanya.Bukan tanpa alasan Damaira berbaring di tempat tidur. Perutnya sangat nyeri karena tamu bulanannya sedang datang."Maaf mas, perutku sakit sekali…""Alasan saja kamu!" hardik Negan."Sana buat makan, malah enak-enakan tidur. Benar kata ibu…"Mendengar kalimat terakhir suaminya, Damaira langsung beranjak duduk, membuat Negan menjeda kalimatnya."Kamu itu tidak becus mengurus suami, pemalas, kerjaannya tidur di kamar …” Belum selesai Negan berucap, Damaira sudah memotongnya.“Terus mas, terus. Ibu, ibu, selalu ibu. Kalau kamu mau sepenuhnya bersama ibumu, jika ibu adalah prioritasmu, silahkan. Mari kita berpisah,” sela Damaira, membuat Negan membulatkan mata tak percaya dengan ucapan istrinya.“Damaira! pamali bicara seperti i

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 7 Ira Mengalami Kecelakaan

    “Ya, Allah, beri hamba kewarasan untuk menghadapi cobaan ini.” Damaira berdoa sembari mengelus dada.Damaira segera berangkat ke toko dengan mengendarai motor matic bututnya. Pikirannya menerawang entah kemana hingga tanpa sadar dia menabrak sebuah mobil mewah yang tiba-tiba berhenti di depannya.Suara tabrakan itu cukup kencang, Damaira terpental tak jauh dari motornya, dia sempat mengalami pingsan sesaat, saat dia tersadar, dirinya sudah berada di trotoar dan orang-orang sudah berkumpul di sekelilingnya.“Apa kamu baik-baik saja, mbak?” Damaira melihat ke arah sumber suara, pria tampan dengan pakaian rapi dan mewah. Damaira yakin bahwa pria tersebut adalah pemilik mobil yang dia tabrak.Damaira baru tersadar bahwa tangan kiri dan keningnya berdenyut, sepertinya dia terluka.“Sudah mas bawa mbaknya ke klinik atau rumah sakit terdekat saja, saya temani. Urusan lain-lainnya nanti diurus di sana. Takutnya si mbak kenapa-kenapa,” ucap bapak-bapak itu pada si pria tampan.Damaira digirin

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 8 Perhatian Kecil dari Negan

    Tak berselang lama, Damaira keluar dari mobil itu. Terdengar wanita itu mengucapkan terima kasih pada rekannya. Lalu mobil kembali melaju.Negan sedikit kecewa melihat mobil Honda CR-V itu pergi. Padahal dia berharap itu adalah mobil Damaira. Dia bisa memanfaatkannya.Mimpimu terlalu muluk Negan, istrimu itu kere, hanya seorang penjaga toko kue, begitulah isi kepala Negan saling bersahutan."Dari mana saja kamu?" tanya Negan dengan ketus.Damaira menatap bingung pada sang suami. Bukankah dia sudah mengirim pesan, untuk apa bertanya? Damaira tak kuasa mengatakan hal itu dan memilih untuk menjawab."Aku baru pulang kerja mas, karena tadi aku kecelakaan jadi masuk dan pulangnya harus mundur," ucap Damaira, lalu berjalan hendak memasuki rumah.Negan memberi jalan agar istrinya itu bisa masuk dengan leluasa."Memangnya juraganmu tidak memberi libur? Aku lihat lukamu cukup parah." Negan cukup prihatin dengan keadaan istrinya dengan tangan tergantung dan menggunakan gips."Ya mau bagaimana l

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 9 Negan Naik Jabatan

    Dua bulan kemudian.Pasca pertengkaran yang terjadi di antara Damaira dan Negan malam itu, sikap Negan sedikit melunak dan lebih perhatian. Pria itu nampak bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungan dengan Damaira.Negan lebih sering meluangkan waktu untuk Damaira walau hanya sekedar untuk berbincang hal yang tidak penting.Selama dua bulan ini, Dina hanya pernah sekali menemui Damaira di toko dan merengek meminta uang, adik iparnya itu sungguh tebal muka. Karena asas belas kasih, Damaira memberinya uang sebesar lima ratu ribu rupiah.Sedangkan ibu mertuanya masih sama, datang ke rumahnya untuk mengambil sembako seperti biasanya.Untuk soal keuangan, Negan lebih manusiawi ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Terkadang Negan mau berbelanja ke warung untuk menggantikan Damaira yang masih menggunakan gips, walau terkadang kesal karena harga sembako yang mahal dan uangnya harus berkurang cukup banyak.“Hari ini pengumuman hasil seleksi district manager, Ra. Doakan, semoga suamimu ini ya

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 10 Pengacau Suasana

    Damaira dan Negan saling pandang. “Siapa yang datang?” tanya Negan. Damaira hanya mengedikkan bahu tanda dia juga tidak tahu.Damaira menduga pasti salah satu keluarga Negan. Negan mencuci tangan kemudian menuju ruang tamu untuk membuka pintu.Sedangkan Damaira mengambil kerudung instannya yang berada di gantungan depan kamar mandi. Dia hanya ingin menutupi kalung yang baru saja dibelikan oleh suaminya. Damaira tak ingin karena kalung itu akan timbul masalah baru.Benar saja dugaan Damaira, namun bukan ibu mertua ataupun Dina, melainkan Naya–adik pertama Negan."Masuk, Nay. Tumben kamu datang ke sini malam-malam."“Mas Negan sedang apa?” tanya Naya sedikit tidak enak.Naya memang berbeda dengan ibu dan adiknya, pembawaannya kalem dan ramah.“Masuk Nay, mas baru makan malam, kamu sudah makan?” Naya mengekor di belakang Negan.“Belum mas, aku baru pulang kerja, langsung kemari.”“Halo, Mbak,” sapa Naya pada Damaira.“Hai Nay, baru pulang ke

Latest chapter

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Extra Part

    Empat bulan kemudian Isa dan Dina akhirnya menikah, setelah si kembar lahir kedunia dua bulan yang lalu.Keduanya memang sengaja mengambil waktu lebih lama, agar keluarga Damaira fokus lebih dulu pada si kecil Narendra dan Naela. Kembar yang begitu menggemaskan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sama seperti Damaira dan Damaisa.Saat ini Isa sedang berada di depan penghulu dan juga Negan sebagai wali dalam pernikahannya dengan Dina. Dina sendiri masih menunggu di ruang rias yang tersedia tak jauh dari tempatnya berada.Deg-degan itu sudah pasti, entah sudah berapa kali pria datar itu menghela nafas untuk menetralkan kegugupan.Penghulu mulai melakukan serangkaian prosesi. Negan dan Isa berjabat tangan, prosesi ijab qabul di mulai.Dengan satu tarikan nafas akhirnya Damaisa Kurniawan telah menjadikan Findina Langit Senja binti Surya Cakrawala sebagai istrinya.Suasana haru tercipta, apalagi ketika pengantin wanita di bawa ke ruangan tersebut. Ucapan selamat dan doa terbaik diuc

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 194. Akhir Perjalanan Cinta

    “Ibu benar mau aku menikah? Dengan siapapun wanita pilihanku?” tanya Isa dengan wajah serius.Lestari diam sejenak sebelum menjawab.“Kamu masih ingin menikah dengan Dina?” tanya Lestari.“Iya, kalau Ibu memberi restu.”Lestari menghembuskan nafas pelan.“Kamu tidak ada wanita lain?”“Belum ada, Bu. Kalau Ibu menginginkan wanita lain, mungkin butuh waktu lebih lama.”“Kamu sungguh-sungguh menyukai wanita itu?”Dalam guratan wajah Isa masih tersirat sedikit keraguan.“Mintalah dulu petunjuk pada sang Pemilik Hati, Sa. Ibu tidak mau kalau kamu memiliki maksud tertentu menikahi Dina, seperti balas dendam.”Isa masih diam, mencoba membuka lembar demi lembar memori mengapa dia ingin menikahi Dina.“Kalau kamu sudah mendapatkan kemantapan hati ingin menikahi Dina karena untuk beribadah dan mencintainya, Ibu akan restui,” ujar Lestari.Isa justru bergelung dengan hatinya sendiri, antara maju atau mundur.“Baik, Bu. Isa akan pikirkan baik-baik dan juga minta petunjuk sama Tuhan.” Benar itu ad

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 193. Bahagia dan Sedih

    Satu tahun kemudian.Kebahagiaan demi kebahagiaan semakin terlimpah di keluarga Mahesa dan Damaira. Sakit dan luka di masa lalu perlahan hanya menjadi sebuah butiran yang terhempas karena tiupan angin.Setelah beberapa bulan lalu Mahesa dan Damaira pergi ke Jerman untuk bulan madu, tak lupa mengajak anak-anak untuk turut serta. Sekarang Wanita itu telah berbadan dua.Bukan, tapi tiga. Ya, Damaira hamil anak kembar. Karena faktor keturunan, hamil anak kembar sangat mungkin terjadi.Di sisi lain, di kota Makassar, Nindi dan Dion juga tengah merasakan kebahagiaan yang sama. Nindi akhirnya hamil, bahkan beberapa bulan lebih dulu dari Damaira.Kabar itu diberikan langsung oleh Nindi pada Damaira. Rezeki memang unik, Tuhan akan memberikan di waktu yang tepat. Di saat semua permasalahan hati di masa lalu selesai, akan tubuh cinta yang baru.Tak kalah membahagiakan Isa juga telah resmi membuka kantor perusahaan sendiri di Jakarta. Karyawannya masih terdiri dari beberapa orang. Pria itu semaki

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 192. Berdamai

    Beberapa minggu berlalu pernikahan Nindi dan Dion pun sudah terlaksana. Meski hanya sederhana keduanya terlihat bagaimana.Di hari Minggu yang cerah itu, Nindi dan Dion berkunjung ke rumah Mahesa, dengan harapan keluarga itu berada di rumah Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah Keysha. Nindi benar-benar bertekad ingin berbaikan dengan anak itu. Dia ingin sekali mendapatkan maaf dari bocah berusia 12 tahun itu.Ya, kurang lebih 12 tahun Nindi meninggal Keysha. Nindi pikir semuanya akan baik-baik saja, ternyata Tuhan memiliki takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka.“Oh, Mbak Nindi dan Mas Dion, apa kabar kalian? Selamat ya atas pernikahannya. Kami senang mendengar kabar tersebut.”Damaira dan Mahesa menyambut kedatangan sepasang pengantin yang baru saja rujuk itu.“Kabar baik, Ira. Terima kasih. Maaf kami tidak mengadakan acara apapun.”“Jadi–” Nindi menjeda kalimatnya dan melihat ke arah suaminya, Dion pun mengangguk dan tersenyum.“Jadi, kedatangan kami kemari untuk bertemu deng

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 191. Citra dan Ardi

    Pertanyaan yang seperti memojokkan Citra, membuat dia sejenak berpikir untuk mencari kalimat yang tepat dan mematahkan tuduhan pria itu.“Apa aku ada hak menolak perjodohan ini?”Citra justru bertanya, bukan menjawab pertanyaan Ardi.“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Ardi seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.“Kamu mau jawaban jujur atau jawaban yang menyenangkan hatimu?” tanya Citra.Sepasang anak manusia itu terus saling melempar pertanyaan tanpa ada yang mau menjawab.“Jujur.”“Baiklah kalau begitu aku tidak akan sungkan,” kata Citra. Ardi pun mempersilakan Citra untuk mengatakan segala unek-uneknya.“Aku justru beranggapan Kak Ardi-lah yang menolak perjodohan ini. Kenapa? Seperti yang sudah sedikit aku singgung tadi, kamu tak pernah bersikap baik kepadaku, menyapaku pun hampir tidak pernah, ketika kita berpapasan lebih banyak kamu seperti menganggapku orang asing, kita tidak saling kenal, padahal aku selalu tersenyum padamu sebagaimana junior kepada seniornya.”

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 190. Disidang

    “Mbak, apa di depan atau di sekitar sini ada Pak Negan?” tanya seorang dokter kepada perawat.“Sebentar saya lihat dulu, dok.”“Kalau misal ada bilang, suruh ke ruangan, dokter Maulana mencari,” kata dokter Maulana.“Baik, dok.”Perawat itu keluar dari ruangan kemudian mengedarkan pandangan mencari Negan.Negan cukup cukup terkenal di karangan dokter, perawat, orang-orang penting di rumah sakit, dan juga marketing yang lainnya. Apalagi setelah pria itu mengalami kecelakaan namanya making disebut-sebut.“Nah itu dia si duda keren,” monolog perawat itu setelah melihat keberadaan Negan.“Selamat siang menjelang sore Mas Negan,” sapa perawat itu.“Eh, Iya, Mbak. Ini masih siang bolong,” balas Negan. Wanita itu terkekeh pelan.“Mas Negan dicari sama dokter Maulana, ditunggu di ruangannya.”Negan mengernyitkan keningnya, kemudian bertanya, “ada apa ya, Mbak?”“Kurang tahu Mas, Mas datang saja ke ruangan beliau.”“Terima kasih Mbak informasinya.”“Sama-sama Mas, mari.” Negan mengangguk horma

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 189 Citra Wanita Tidak Peka

    Pagi ini Mahesa disibukan dengan serangkaian pekerjaan, padahal saat ini waktu subuh baru saja berlalu dan matahari belum terbit. Beberapa hari ini pria itu sedikit kurang tidur. Setelah menikah entah mengapa rezeki terus mengalir tiada henti. Proyek sana-sini.“Ini, Mas.” Damaira memberi secangkir kopi sebagai penyemangat lagi.“Terima kasih, Sayang.” Mahesa menarik tangan istrinya, kemudian memberi kecupan hangat sebagai doping.Damaira selalu saja diberi kejutan dengan sikap manis Mahesa. Pria itu benar-benar membuatnya seperti ratu yang spesial.Tak ingin kalah, Damaira pun membalas serangan Mahesa. Sebulan bersama pria itu membuat hidupnya semakin berwarna.“Kalau begitu aku keluar dulu, masak.” Mahesa mengangguk.Damaira menyerah beberapa hal tentang kerumahtanggaan seperti bersih-bersih, laundry, dan lain sebagainya, kecuali masak.Memasak baginya harus dilakukan sendiri, agar kelak anak-anak dan suaminya selalu merindukan masakannya.Meski tinggal bersama mertua, sudah pasti

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 188. Dua Hati yang kembali Menyatu

    Tak hanya Indra yang meluapkan emosi pada Nindi tapi juga Linda. Nindi terpojok sebagai tersangka. Janda itu menangis tersedu. Indra seakan belum puas dan terus memarahi anaknya.Ketegangan itu masih terus terjadi hingga bel rumah itu berbunyi mengalihkan perhatian semua orang yang ada di dalam rumah itu.Dengan kesal Indrawan membuka pintu, melihat siapa yang datang sontak membuat pria paruh baya itu kembali naik darah.“Ini biang keroknya datang, dasar pria tak bertanggung jawab, brengsek!” Indra langsung memaki Dion yang tak tahu apa-apa.Pria itu hanya mengerutkan kedua alisnya, mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi.“Ada apa, Yah? Siapa biang kerok.” Linda dan Nindi datang menyusul Indra ke ruang tamu.“Ngapain kamu datang ke sini? Bosan hidup, hah?” Sama halnya dengan suaminya, Linda pun langsung menghardik Dion.Nindi sendiri masih berusaha menenangkan diri setelah mendapat amarah dari kedua orang tuanya.Dion menatap iba pada mantan istrinya, entah apa yang baru saja te

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 187. Perasaan yang Terbalas

    Isa tak juga menjabat tangan Dina dan hanya terus menatapnya.“Kenapa hanya menatapku seperti itu?” Dina kembali angkat suara.“Ayo kita berjabat tangan dan kita kembali seperti dulu.” Dengan segenap jiwa dan hatinya Dina menahan sakit. Wanita itu terus memberi sugesti positif pada dirinya sendiri bahwa pasti rasa sakit itu hanya akan menyelimuti berlangsung untuk beberapa waktu saja. Asalkan mengalihkan semuanya pada pekerjaan dan hal lainnya pasti akan segera sirna dengan sendirinya.Dina tersenyum samar dan mulai menarik tangannya. Dia sungguh tidak mengerti kemauan pria yang ada di depannya.Dina menarik nafas dengan maksud menarik ingusnya agar tidak keluar. Dia menahan tangis sekuat tenaga.“Ya sudah ayo kita pulang. Orang-orang pasti menganggapku orang gila karena duduk di sini berjam-jam.Dina meraih tangan Isa dan menarik pria itu agar segera beranjak dari duduknya. Tapi Isa justru menahan tangan Dina.“Ayo kita menikah!” seru Isa.Ucapan Isa sontak membuat Dina membulatkan

DMCA.com Protection Status