Damaira kembali masuk ke dalam ruangannya setelah bersitegang dengan mantan istri Mahesa–Nindi.Bertemu dengan wanita itu sungguh menguras emosinya. Berulang kali Damaira menarik nafas panjang dan mengeluarkan dengan perlahan.Damaira masih tak habis pikir ada ibu yang setega itu dan tanpa rasa bersalah muncul ingin mendekatkan diri.“Apa wanita itu waras? Kemana saja dia selama ini? Alasan macam apa itu? Kalau dia benar-benar seorang ibu tidak akan merasa tenang sudah meninggalkan anaknya begitu saja.” Monolog Damaira dengan kesal.“Giliran sekarang sudah cerai dan dicampak baru ingat dengan anak dan ingin kembali ke mantan suami. Mimpi! Langkahi dulu mayatku,” Damaira masih bermonolog dan semakin kesal.Ibu satu anak itu menjadi tak bisa berkonsentrasi, lalu melihat jam di dinding. Waktu pulang Ezra masih satu jam lagi.Damaira punya ide mendadak, dia segera menghubungi Dina.[Din, siapa yang jemput Celine?]Sembari menunggu balasan dari Dina, Damaira bersiap untuk keluar dan menjem
Ezra memberi usulan di sebuah restoran sushi, dia ingin sekali makan sushi. Karena tak ada yang memberi usulan lain, Damaira segera membawa mereka menuju sebuah mall. Di mall tersebut ada restoran sushi yang enak.Mereka berempat berjalan layaknya keluarga yang bahagia meskipun Damaira dan Negan tak jalan beriringan. Tak jarang mereka membuat iri orang yang melihat.Sampailah mereka di restoran sushi yang dimaksud, Damaira meminta pelayanan untuk memberikan buku menu.Bagi Celine tentu saja ini pengalaman pertama makan sushi, dia tidak tahu harus memesan apa dan hanya pasrah pada Damaira.“Gambar di menu ini terlihat enak, tapi aku tak tahu harus memilih yang mana, Mama saja yang pilihkan,” kata Celine.Negan sedikit menelan saliva saat melihat harga yang tertera di buku menu tersebut. Dia tak pernah mengeluarkan uang sebanyak itu demi untuk bisa makan sushi, kecuali sedang menjamu kliennya.“Pilihlah, Mas. Kamu tak perlu khawatir, karena aku yang mengajak kalian aku yang akan membaya
Pagi yang cerah dan sinar mentari yang hangat, seorang wanita sengaja datang ke sebuah gedung perkantor tempat di mana salah satu lantainya adalah kantor milik mantan suaminya-Mahesa."Selamat pagi, Pak Negan!" sapa Nindi pada Negan setelah setengah jam menunggu.Ya, Nindi datang ke gedung itu untuk menemui Finnegan Cakrawala. Dia sengaja datang pagi-pagi demi bisa bertemu dengan pria itu. Demi melancarkan aksinya."Selamat pagi," balas Negan dengan wajah yang terlihat bingung karena tidak merasa mengenal wanita itu. Namun, Negan tak bertanya."Kamu pasti bingung dan bertanya-tanya, siapa saya." Negan hanya mengangguk."Saya Nindi, mantan istri Pak Mahesa atasan kamu." Wanita itu memperkenalkan diri."Ada perlu apa Bu Nindi sampai menemui saya?" tanya Negan.Negan cukup penasaran, tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba saja mantan istri Mahesa menemuinya, apalagi sebelumnya mereka belum saling mengenal."Langsung saja pada intinya, aku tahu kamu juga pasti sibuk. Aku ke sini ingin
Setelah menemui Negan, Nindi menyusun rencana yang lain, sebab dia melihat ada keraguan pada diri pria itu.“Aku tak bisa mengandalkan pria itu, aku harus segera bertindak. Untung aku berhasil mendapatkan nomor Mahesa,” monolog Nindi.Setelah bertanya ke sana ke mari akhirnya Nindi berhasil mendapatkan nomor Mahesa. Bodohnya dia nomor itu masih tak berubah sejak dia mengenal pria itu belasan tahun yang lalu.Wanita itu menyeringai, kemudian mengirim sebuah pesan untuk mantan suaminya, beserta foto-foto kebersamaan Damaira dan Negan yang dia ambil di restoran yang ada di sebuah mall kemarin.Karena perbedaan waktu yang cukup jauh, antara Jakarta dan Jerman, Nindi harus bersabar menunggu reaksi dari Mahesa.Nindi membuka-buka status di aplikasi chat tersebut, dia baru melihat ada status baru dari mantan suaminya-Dion.Pria itu mengungkapkan kebahagiaannya yang sebentar lagi akan memiliki momongan.Pria yang selalu berkata, “Tidak apa-apa, Sayang. Tidak punya anak pun kita akan tetap bah
Nindi yang tak mendapat respon dari Mahesa jelas merasa kesal, wanita itu ingin menghubungi tapi dia berulah sadar jika nomornya telah di blokir.“Apa-apaan ini? Kenapa nomorku malah diblokir?”“Mahesa!” Pekik Nindi dengan kesal, dia bahkan menghentakkan kedua kakinya seperti anak kecil yang tantrum.Lelah mengerang dan menghentakkan kaki, Nindi berjongkok lalu memegang kepala bagian belakang dengan kedua tangannya, frustasi.“Sial! Sial! Sial!” Nindi terus merutuki dirinya sendiri.Mahesa benar-benar sudah menolak dirinya, tanpa basa-basi.“Apa yang harus aku lakukan?” monolog Nindi.Rencana Nindi gagal, bahkan sampai Mahesa pulang pun Negan tak juga menghubunginya.Negan sudah memutuskan untuk tidak bermain-main atau mengusik kehidupan Damaira.Pria itu sudah melepas Damaira walau masih dalam tahap berusaha. Negan tak mau egois, cukup masa lalu menjadi pengingat kesalahannya.Untuk apa Negan
Keysha menoleh ke arah calon ibunya, kemudian berjalan mendekat ke arah Damaira.Damaira memandang ke arah Mahesa, meminta persetujuan pria itu untuk mengambil peran. Mahesa mengangguk.“Bangunlah, Mbak Nindi.”Wanita itu bangun dan menatap Damaira dengan sengit. Dia merasa posisinya sebagai ibu telah tergantikan, karena Keysha lebih menurut dengan ucapan Damaira. Sekali memanggil saja Keysha sudah langsung berjalan ke arah Damaira.“Keysha, setidaknya kamu harus menyapa ibu kandungmu, walau hanya sekedar mencium punggung tangannya,” Damaira mencoba menasihati Keysha.“Tapi Mom, dia tidak pantas untuk jadi ibuku, dia sudah membuangku,” Keysha membantah ucapan Damaira.“Baiklah. Mama tidak akan memaksa, mungkin kamu butuh waktu.” Damaira membelai lembut kepala Keysha.Damaira kembali memandang ke arah Nindi.“Untuk beberapa waktu ini, lebih baik Mbak Nindi jangan mengganggu Keysha, biarkan dia berpikir dulu–.”
Waktu begitu cepat berlalu, hari pernikahan Damaira dan Mahesa semakin dekat, tapi pria bernama Damaira Kurniawan baru saja menginjak kaki di tanah air setelah sebulan berkelana di negeri industri, Jerman.Damaira kesal karena Isa tak bisa diandalkan untuk membantunya mempersiapkan pernikahan, untunglah dia masih memiliki Dewa, adik yang baik hati dan tanpa pamrih.Damaira dan Ezra telah menunggu kedatangan pria sombong dan dingin itu di bandara sejak lima menit yang lalu.Pengumuman pesawat yang ditumpangi oleh Isa baru saja landing, berkumandang keseluruhan penjuru bandara. Masih butuh waktu 15-30 menit hingga bisa bertemu dengan pria itu.Damaira sudah tidak sabar untuk menghajar saudara kembarnya itu, apalagi Isa tiba di Indonesia hampir tengah malam saat seharusnya sudah mulai tertidur lelap.“Papi masih lama ya, Ma?”“Bisa jadi, kamu dengar sendiri tadi pesawat baru saja mendarat.” Ezra mengangguk lalu kembali memasang earphone kesayangan ke telinga untuk menghalau bosan dan ngan
Sementara Ersa berjalan-jalan dengan ayah dan saudara tirinya, Damaira kembali melihat daftar yang harus ia kerjakan untuk persiapan pernikahannya.“Sudah berapa persen persiapanmu?” tanya Isa.“Masih banyak yang belum ter-handle. Sepertinya aku harus wira-wiri Jakarta-Purwokerto.”“Untuk urusan itu biar aku saja, kamu fokus di sini, nanti aku dan Dewa akan mengurus yang di Purwokerto. Calon pengantin pamali sering pergi-pergi,” ujar Isa.Damaira mengangguk paham, beruntung sekali dirinya memiliki saudara-saudara yang baik padanya.Pada akhirnya Damaira tidak jadi bermalas-malasan.Dering ponselnya mengalihkan perhatian Damaira. Mahesa menghubungi, pria itu mengajak Damaira untuk memilih hantaran yang akan dibawa saat pernikahan nanti.Satu jam kemudian, Mahesa datang menjemput calon istrinya.“Masih lelah, Sa?” tanya Mahesa.“Lumayan, Bang. Lelah juga dua puluh jam di pesawat. Maafkan aku tidak bisa menemani kalian hari ini.”“Tidak masalah, lebih baik kamu beristirahat, memulihkan t
Empat bulan kemudian Isa dan Dina akhirnya menikah, setelah si kembar lahir kedunia dua bulan yang lalu.Keduanya memang sengaja mengambil waktu lebih lama, agar keluarga Damaira fokus lebih dulu pada si kecil Narendra dan Naela. Kembar yang begitu menggemaskan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sama seperti Damaira dan Damaisa.Saat ini Isa sedang berada di depan penghulu dan juga Negan sebagai wali dalam pernikahannya dengan Dina. Dina sendiri masih menunggu di ruang rias yang tersedia tak jauh dari tempatnya berada.Deg-degan itu sudah pasti, entah sudah berapa kali pria datar itu menghela nafas untuk menetralkan kegugupan.Penghulu mulai melakukan serangkaian prosesi. Negan dan Isa berjabat tangan, prosesi ijab qabul di mulai.Dengan satu tarikan nafas akhirnya Damaisa Kurniawan telah menjadikan Findina Langit Senja binti Surya Cakrawala sebagai istrinya.Suasana haru tercipta, apalagi ketika pengantin wanita di bawa ke ruangan tersebut. Ucapan selamat dan doa terbaik diuc
“Ibu benar mau aku menikah? Dengan siapapun wanita pilihanku?” tanya Isa dengan wajah serius.Lestari diam sejenak sebelum menjawab.“Kamu masih ingin menikah dengan Dina?” tanya Lestari.“Iya, kalau Ibu memberi restu.”Lestari menghembuskan nafas pelan.“Kamu tidak ada wanita lain?”“Belum ada, Bu. Kalau Ibu menginginkan wanita lain, mungkin butuh waktu lebih lama.”“Kamu sungguh-sungguh menyukai wanita itu?”Dalam guratan wajah Isa masih tersirat sedikit keraguan.“Mintalah dulu petunjuk pada sang Pemilik Hati, Sa. Ibu tidak mau kalau kamu memiliki maksud tertentu menikahi Dina, seperti balas dendam.”Isa masih diam, mencoba membuka lembar demi lembar memori mengapa dia ingin menikahi Dina.“Kalau kamu sudah mendapatkan kemantapan hati ingin menikahi Dina karena untuk beribadah dan mencintainya, Ibu akan restui,” ujar Lestari.Isa justru bergelung dengan hatinya sendiri, antara maju atau mundur.“Baik, Bu. Isa akan pikirkan baik-baik dan juga minta petunjuk sama Tuhan.” Benar itu ad
Satu tahun kemudian.Kebahagiaan demi kebahagiaan semakin terlimpah di keluarga Mahesa dan Damaira. Sakit dan luka di masa lalu perlahan hanya menjadi sebuah butiran yang terhempas karena tiupan angin.Setelah beberapa bulan lalu Mahesa dan Damaira pergi ke Jerman untuk bulan madu, tak lupa mengajak anak-anak untuk turut serta. Sekarang Wanita itu telah berbadan dua.Bukan, tapi tiga. Ya, Damaira hamil anak kembar. Karena faktor keturunan, hamil anak kembar sangat mungkin terjadi.Di sisi lain, di kota Makassar, Nindi dan Dion juga tengah merasakan kebahagiaan yang sama. Nindi akhirnya hamil, bahkan beberapa bulan lebih dulu dari Damaira.Kabar itu diberikan langsung oleh Nindi pada Damaira. Rezeki memang unik, Tuhan akan memberikan di waktu yang tepat. Di saat semua permasalahan hati di masa lalu selesai, akan tubuh cinta yang baru.Tak kalah membahagiakan Isa juga telah resmi membuka kantor perusahaan sendiri di Jakarta. Karyawannya masih terdiri dari beberapa orang. Pria itu semaki
Beberapa minggu berlalu pernikahan Nindi dan Dion pun sudah terlaksana. Meski hanya sederhana keduanya terlihat bagaimana.Di hari Minggu yang cerah itu, Nindi dan Dion berkunjung ke rumah Mahesa, dengan harapan keluarga itu berada di rumah Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah Keysha. Nindi benar-benar bertekad ingin berbaikan dengan anak itu. Dia ingin sekali mendapatkan maaf dari bocah berusia 12 tahun itu.Ya, kurang lebih 12 tahun Nindi meninggal Keysha. Nindi pikir semuanya akan baik-baik saja, ternyata Tuhan memiliki takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka.“Oh, Mbak Nindi dan Mas Dion, apa kabar kalian? Selamat ya atas pernikahannya. Kami senang mendengar kabar tersebut.”Damaira dan Mahesa menyambut kedatangan sepasang pengantin yang baru saja rujuk itu.“Kabar baik, Ira. Terima kasih. Maaf kami tidak mengadakan acara apapun.”“Jadi–” Nindi menjeda kalimatnya dan melihat ke arah suaminya, Dion pun mengangguk dan tersenyum.“Jadi, kedatangan kami kemari untuk bertemu deng
Pertanyaan yang seperti memojokkan Citra, membuat dia sejenak berpikir untuk mencari kalimat yang tepat dan mematahkan tuduhan pria itu.“Apa aku ada hak menolak perjodohan ini?”Citra justru bertanya, bukan menjawab pertanyaan Ardi.“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Ardi seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.“Kamu mau jawaban jujur atau jawaban yang menyenangkan hatimu?” tanya Citra.Sepasang anak manusia itu terus saling melempar pertanyaan tanpa ada yang mau menjawab.“Jujur.”“Baiklah kalau begitu aku tidak akan sungkan,” kata Citra. Ardi pun mempersilakan Citra untuk mengatakan segala unek-uneknya.“Aku justru beranggapan Kak Ardi-lah yang menolak perjodohan ini. Kenapa? Seperti yang sudah sedikit aku singgung tadi, kamu tak pernah bersikap baik kepadaku, menyapaku pun hampir tidak pernah, ketika kita berpapasan lebih banyak kamu seperti menganggapku orang asing, kita tidak saling kenal, padahal aku selalu tersenyum padamu sebagaimana junior kepada seniornya.”
“Mbak, apa di depan atau di sekitar sini ada Pak Negan?” tanya seorang dokter kepada perawat.“Sebentar saya lihat dulu, dok.”“Kalau misal ada bilang, suruh ke ruangan, dokter Maulana mencari,” kata dokter Maulana.“Baik, dok.”Perawat itu keluar dari ruangan kemudian mengedarkan pandangan mencari Negan.Negan cukup cukup terkenal di karangan dokter, perawat, orang-orang penting di rumah sakit, dan juga marketing yang lainnya. Apalagi setelah pria itu mengalami kecelakaan namanya making disebut-sebut.“Nah itu dia si duda keren,” monolog perawat itu setelah melihat keberadaan Negan.“Selamat siang menjelang sore Mas Negan,” sapa perawat itu.“Eh, Iya, Mbak. Ini masih siang bolong,” balas Negan. Wanita itu terkekeh pelan.“Mas Negan dicari sama dokter Maulana, ditunggu di ruangannya.”Negan mengernyitkan keningnya, kemudian bertanya, “ada apa ya, Mbak?”“Kurang tahu Mas, Mas datang saja ke ruangan beliau.”“Terima kasih Mbak informasinya.”“Sama-sama Mas, mari.” Negan mengangguk horma
Pagi ini Mahesa disibukan dengan serangkaian pekerjaan, padahal saat ini waktu subuh baru saja berlalu dan matahari belum terbit. Beberapa hari ini pria itu sedikit kurang tidur. Setelah menikah entah mengapa rezeki terus mengalir tiada henti. Proyek sana-sini.“Ini, Mas.” Damaira memberi secangkir kopi sebagai penyemangat lagi.“Terima kasih, Sayang.” Mahesa menarik tangan istrinya, kemudian memberi kecupan hangat sebagai doping.Damaira selalu saja diberi kejutan dengan sikap manis Mahesa. Pria itu benar-benar membuatnya seperti ratu yang spesial.Tak ingin kalah, Damaira pun membalas serangan Mahesa. Sebulan bersama pria itu membuat hidupnya semakin berwarna.“Kalau begitu aku keluar dulu, masak.” Mahesa mengangguk.Damaira menyerah beberapa hal tentang kerumahtanggaan seperti bersih-bersih, laundry, dan lain sebagainya, kecuali masak.Memasak baginya harus dilakukan sendiri, agar kelak anak-anak dan suaminya selalu merindukan masakannya.Meski tinggal bersama mertua, sudah pasti
Tak hanya Indra yang meluapkan emosi pada Nindi tapi juga Linda. Nindi terpojok sebagai tersangka. Janda itu menangis tersedu. Indra seakan belum puas dan terus memarahi anaknya.Ketegangan itu masih terus terjadi hingga bel rumah itu berbunyi mengalihkan perhatian semua orang yang ada di dalam rumah itu.Dengan kesal Indrawan membuka pintu, melihat siapa yang datang sontak membuat pria paruh baya itu kembali naik darah.“Ini biang keroknya datang, dasar pria tak bertanggung jawab, brengsek!” Indra langsung memaki Dion yang tak tahu apa-apa.Pria itu hanya mengerutkan kedua alisnya, mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi.“Ada apa, Yah? Siapa biang kerok.” Linda dan Nindi datang menyusul Indra ke ruang tamu.“Ngapain kamu datang ke sini? Bosan hidup, hah?” Sama halnya dengan suaminya, Linda pun langsung menghardik Dion.Nindi sendiri masih berusaha menenangkan diri setelah mendapat amarah dari kedua orang tuanya.Dion menatap iba pada mantan istrinya, entah apa yang baru saja te
Isa tak juga menjabat tangan Dina dan hanya terus menatapnya.“Kenapa hanya menatapku seperti itu?” Dina kembali angkat suara.“Ayo kita berjabat tangan dan kita kembali seperti dulu.” Dengan segenap jiwa dan hatinya Dina menahan sakit. Wanita itu terus memberi sugesti positif pada dirinya sendiri bahwa pasti rasa sakit itu hanya akan menyelimuti berlangsung untuk beberapa waktu saja. Asalkan mengalihkan semuanya pada pekerjaan dan hal lainnya pasti akan segera sirna dengan sendirinya.Dina tersenyum samar dan mulai menarik tangannya. Dia sungguh tidak mengerti kemauan pria yang ada di depannya.Dina menarik nafas dengan maksud menarik ingusnya agar tidak keluar. Dia menahan tangis sekuat tenaga.“Ya sudah ayo kita pulang. Orang-orang pasti menganggapku orang gila karena duduk di sini berjam-jam.Dina meraih tangan Isa dan menarik pria itu agar segera beranjak dari duduknya. Tapi Isa justru menahan tangan Dina.“Ayo kita menikah!” seru Isa.Ucapan Isa sontak membuat Dina membulatkan