Selamat membaca.Meeting berjalan dengan sempurna, Luke membuktikan kuasa kemampuannya yang begitu jelas di hadapan semua orang—bahwa kemampuannya itu tidak pernah putar meski usianya terus berlanjut.Prok!Prok!Prok!Ia mendapatkan pujian dan apresiasi, namun di balik itu semua menyimpan siratan jahat. Yang bisa dengan jelas Sania lihat, mereka sepertinya lebih tertarik jika Luke gagal.Dan Sania mencoba untuk tidak peduli—dia hanya fokus membereskan meja seolah ia tak pernah ada dalam ruangan itu.“Tak heran Anda bisa melengserkan seluruh saingan Anda dengan mudah, tapi kami penasaran. Mengapa satu-satunya masalah tidak ada singkirkan? Bukankah Nona Issabella sama berbahayanya dengan Anda?” tanya mereka.Isabella? Siapa lagi dia? Sania tertegun di tempatnya, memikirkan nama yang baru saja mereka sebut barusan. Sebelum tatapannya tertuju pada Luke yang juga sedang menatap ke arahnya.Anehnya, ia tak asing dengan nama itu. Seperti ia pernah mendengarnya entah dari mana.“Masa lalu su
Selamat membaca.Sebuah kegagalan jika seorang perempuan berani menyeret mayat sendirian, dan bermain-main dengan kehidupan—terlihat tidak baik, dan tidak pantas untuk di tiru. Keras kepalanya, dendamnya. Tetapi Sania begitu karena dia tidak memiliki sosok yang di sebut sebagai orang tua kandung.Awal dia terlahir, dia sudah kehilangan guru terbaik dalam hidupnya, tidak ada yang mengajarkan ya cara berhenti dan cara untuk terus berjuang. Karena satu-satunya yang ia punya hanyalah kesalahan.Hidup ini menang berat. Semakin berat saat kesepianmu di gantian oleh Luka yang begitu ramai dan berisik. Menenami tetapi juga menyakiti.***Sania berhasil menyembunyikan mayat pria itu, setidaknya ia harus bersyukur karena tidak harus mengelap darah atau menurunkan orang dari tali gantung seperti sebelumnya.Sambil memandangi gedung-gedung dari kaca transparan di hadapannya. Sania duduk meringkuk di lantai—tetap di sana sampai matahari yang meyilaukannya bertahan-lahan bergerak dan menghilang. Be
Selamat membaca.Melarikan diri bukanlah jalan, tetapi untuk saat ini hanya itu yang perlu Sania lakukan untuk mendapatkan setidaknya sedikit jawaban tentang orang yang bersama isabella itu.***“Minumlah!”Seorang staff mencoba memberikan Luke segelas air untuk menjernihkan pikiran Bos nya. Akan tetapi lingkaran mata yang terlihat sangat jelas di mata Luke membuat ia tahu apa masalahnya disini.Dengan tatapan kosong ia menatap ke arah telepon gengamnya, tidak menyangka kalau Sania bisa bersembunyi dan tidak kembali padanya.Jujur Luke tahu dimana keberadaan Sania, dan yakin betul kalau. Wanitanya itu akan pulang padanya, tapi apa yang terjadi sekarang sungguh di luar pemikirannya.“Anak!” Geram Luke bergumam. Dia mengeratkan gengamannya pada layar ponsel yang mana bangkit sebentar lagi akan hancur di tangannya karena amarah yang membuat staff yang tak kunjung mendapatkan respon Luke itu ketakutan.Menelan salivanya kasar, dia memutuskan untuk meninggalkan bos nya itu sendirian. Kar
Selamat membaca.Nael yang mendapatkan pesan itu menheturkan keningnyaa bingung, dia tidak mengerti tetapi ia marah.Tok!Tok!Itu adalah suaeraa ketukan pertama ruangan yang penuh dengan tumpukan masalah dalam selembar kertas yang di susun tak beraaturan.Sudah seperti kantor raj saja, tapi bukan—semua menjadi sulit saat hanya Nael yang bekerja, Gavin juga tak selalu ada di perusahaan dan keluarga Conan selalu menganggap remeh masalah perusahaan yang bukanlah prioritas.Seseorang muncul dari balik pintu karena tak kunjung mendapatkan respon dari dalam.Benar, saat Hugo muncul. Nael sedang termenung, membeku dalam pemikiran-nya sendiri.“Nael, bisa kitq bicara?” tanya Hugo sambil tersenyum menyandarkan bahunya di ambang pintu. Menunggu Nael.Tentu saja kehadiran Hugo membuat ia terkejut, dan mengajaknya bicara di saat semua tumpukan kerjanya belum terselesaikan. Memberatkannya.“Ini tentang perusahaan.”“Ya?”“Ke atap, kita santai dulu. Mumpung tidak Luke di sini kawan.”“Kawan? Sejak
Selamat membaca.Tiga hari telah berlalu dan sesuai dengan yang telah disepakati, Sania dan Luke akhirnya bertemu. Meski rasanya saat Sania menatap wajah Luke ia rasanya ingin sekali memukulnya habis-habis saat ini juga.Tapi bukan itu permintaan yang sania ajukan pada Luke Conan saat ini.Di depan jendela, Sania menatap ke arah di mana datangnya Luke. Sebelum keluar dengan pakaian yang sudah di siapakah oleh Luke sejak awal. Sangat-sangat perhatian.Setelah selesai bersiap, Sania keluar sendiri karena pra dokter dan yang lainnya sedang menyambut luke Cinan dengan ramah. Tentu saja mereka mengenal siapa itu Sania dan siapa itu Luke Conan.“Ini bukan bulan madu, tapi bulan darah m yang menyesakan dan gelap. Tidak ada terang terangnya sama sekali.” Ucap Sania membatin.Di pintu tepan, Sania diam di tempatnya saat Luke datang dengan rombongan termasuk dengan hadirnya Lia untuk menyambut keluarnya Sania dari dalam penjara berbentuk rumah sakit.Merasakan jwhaduran Sania, sobtak saja Luke
Selamat membaca.Sesaat setelah Luke cukup kuat untuk berjalan, pria itu bahkan tak membuang waktu untuk beristirahat. Awal yang kami pikir adalah liburan atau awal yang Sania pikir adalah masa yang tenang untuknya, menikmati kota dan jalan-jalan di Tokyo yang menjadi kota impian beberapa orang. Akan tetapi semuanya menjadi hanya mimpi belaka, beruntungnya Sania karena Luke tak membuat perjalanan ini terlalu indah.Setidaknya Sania berpikir ia punya alasan untuk sekadar menjauh dan menjaga jarak dari Luke sebisa mungkin.***Bandara Luke terus mengandeng tangan Sania, seolah-olah mereka adalah pasangan yang serasi. Tetapi hati Sania tidak merasakan apapun—bodohnya ia pernah cinta pada orang seperti Luke.Sekarang keinginan untuk memiliki menjadi berbeda.“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Luke di tengah langkah mereka memasuki pesawat dengan beberapa penumpang lainnya.“Cara untuk membunuhmu nanti.”Sontak semua mata langsung tertuju ke arah Sania yang sedang mengatakan lelucon ya
Selamat membaca.Dalam perjalanan pulang, Nael tidak merasa kalau dua orang yang tidur saja harus saling berpeluang itu adalah dua orang masuh. Dan mengapa ia tak bisa menerima kalau dia hanyalah bagian dari permainan kecua m orang itu.Tidak ada jalan untuk keluar, selain memilih salah satunya. Sedangkan kenyataannya tetap sama, dia tidak akan pernah selamat dari permainan yang telah di atur sejak awal.“Apakah ini adalah harga yang harus aku bayar, untuk semua yang telah ku lakukan selama ini?” Pikir Nael sambil mengerurkan kedua keningnya, menatap ke arah jalanan kota yang macet seperti biasanya.Lalu membayangkan apa yang dulu pernah ia lakukan pada anak-anak jalanan itu sangat tidak di terima oleh langit, sebagai seorang dokter muda dulu.Suara perut Sania yang berbunyi karena lapar membangunkan Luke juga Sania.“Kau lapar.”“Aku saja yang beli.”“Aku saja sayang.” Luke tersenyum, ia mengelus puncak kepala Sania. Sebelum membuka pintu, untuk mencari makanan yang bisa Sania makan.
Selamat membaca.Karena sudah di rumah sakit, Nael sekalian memeriksa kondisi Sania. Sedangkan Luke sedang mempersiapkan rumah baru yang akan mereka tempati nantinya.Kalau di pikir-pikir lagi, Luke sama sekali tak cocok menjadi pemimpin. Meski ia punya kemampuan dalam berbisnis dan memenangkan kliennya. Di sisi lain Luke sangat boros untuk ukuran seorang pengusaha.Tidak heran mengapa perusahaan selalu jatuh saat itu.“Kau bingung?” tanya Sania, mengikuti arah tatapan Nael dengan mata tanpa beban Sania—Nael melihat adanya perubahan dari diri Sania. Dia jadi seperti wanita yang sudah memutuskan segalanya. “Bukankah di seperti menempatkan perusahaan kembali ke ambang kehancuran?”“Itu tidak benar.”“Itu benar, sejak awal dia tidak pernah peduli pada perusahaan.” tambah Sania sambil menatap terus ke arah Nael. “Bukaankah semuanya karena Anda ada di sisinya.”“Jika Luke mendengar cara bicara kita yang berubah, dia akan langsung menyingkirkanmu Nael.” ucap Sania yakin.Lalu muncul pesan