Selamat membaca.Nael yang mendapatkan pesan itu menheturkan keningnyaa bingung, dia tidak mengerti tetapi ia marah.Tok!Tok!Itu adalah suaeraa ketukan pertama ruangan yang penuh dengan tumpukan masalah dalam selembar kertas yang di susun tak beraaturan.Sudah seperti kantor raj saja, tapi bukan—semua menjadi sulit saat hanya Nael yang bekerja, Gavin juga tak selalu ada di perusahaan dan keluarga Conan selalu menganggap remeh masalah perusahaan yang bukanlah prioritas.Seseorang muncul dari balik pintu karena tak kunjung mendapatkan respon dari dalam.Benar, saat Hugo muncul. Nael sedang termenung, membeku dalam pemikiran-nya sendiri.“Nael, bisa kitq bicara?” tanya Hugo sambil tersenyum menyandarkan bahunya di ambang pintu. Menunggu Nael.Tentu saja kehadiran Hugo membuat ia terkejut, dan mengajaknya bicara di saat semua tumpukan kerjanya belum terselesaikan. Memberatkannya.“Ini tentang perusahaan.”“Ya?”“Ke atap, kita santai dulu. Mumpung tidak Luke di sini kawan.”“Kawan? Sejak
Selamat membaca.Tiga hari telah berlalu dan sesuai dengan yang telah disepakati, Sania dan Luke akhirnya bertemu. Meski rasanya saat Sania menatap wajah Luke ia rasanya ingin sekali memukulnya habis-habis saat ini juga.Tapi bukan itu permintaan yang sania ajukan pada Luke Conan saat ini.Di depan jendela, Sania menatap ke arah di mana datangnya Luke. Sebelum keluar dengan pakaian yang sudah di siapakah oleh Luke sejak awal. Sangat-sangat perhatian.Setelah selesai bersiap, Sania keluar sendiri karena pra dokter dan yang lainnya sedang menyambut luke Cinan dengan ramah. Tentu saja mereka mengenal siapa itu Sania dan siapa itu Luke Conan.“Ini bukan bulan madu, tapi bulan darah m yang menyesakan dan gelap. Tidak ada terang terangnya sama sekali.” Ucap Sania membatin.Di pintu tepan, Sania diam di tempatnya saat Luke datang dengan rombongan termasuk dengan hadirnya Lia untuk menyambut keluarnya Sania dari dalam penjara berbentuk rumah sakit.Merasakan jwhaduran Sania, sobtak saja Luke
Selamat membaca.Sesaat setelah Luke cukup kuat untuk berjalan, pria itu bahkan tak membuang waktu untuk beristirahat. Awal yang kami pikir adalah liburan atau awal yang Sania pikir adalah masa yang tenang untuknya, menikmati kota dan jalan-jalan di Tokyo yang menjadi kota impian beberapa orang. Akan tetapi semuanya menjadi hanya mimpi belaka, beruntungnya Sania karena Luke tak membuat perjalanan ini terlalu indah.Setidaknya Sania berpikir ia punya alasan untuk sekadar menjauh dan menjaga jarak dari Luke sebisa mungkin.***Bandara Luke terus mengandeng tangan Sania, seolah-olah mereka adalah pasangan yang serasi. Tetapi hati Sania tidak merasakan apapun—bodohnya ia pernah cinta pada orang seperti Luke.Sekarang keinginan untuk memiliki menjadi berbeda.“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Luke di tengah langkah mereka memasuki pesawat dengan beberapa penumpang lainnya.“Cara untuk membunuhmu nanti.”Sontak semua mata langsung tertuju ke arah Sania yang sedang mengatakan lelucon ya
Selamat membaca.Dalam perjalanan pulang, Nael tidak merasa kalau dua orang yang tidur saja harus saling berpeluang itu adalah dua orang masuh. Dan mengapa ia tak bisa menerima kalau dia hanyalah bagian dari permainan kecua m orang itu.Tidak ada jalan untuk keluar, selain memilih salah satunya. Sedangkan kenyataannya tetap sama, dia tidak akan pernah selamat dari permainan yang telah di atur sejak awal.“Apakah ini adalah harga yang harus aku bayar, untuk semua yang telah ku lakukan selama ini?” Pikir Nael sambil mengerurkan kedua keningnya, menatap ke arah jalanan kota yang macet seperti biasanya.Lalu membayangkan apa yang dulu pernah ia lakukan pada anak-anak jalanan itu sangat tidak di terima oleh langit, sebagai seorang dokter muda dulu.Suara perut Sania yang berbunyi karena lapar membangunkan Luke juga Sania.“Kau lapar.”“Aku saja yang beli.”“Aku saja sayang.” Luke tersenyum, ia mengelus puncak kepala Sania. Sebelum membuka pintu, untuk mencari makanan yang bisa Sania makan.
Selamat membaca.Karena sudah di rumah sakit, Nael sekalian memeriksa kondisi Sania. Sedangkan Luke sedang mempersiapkan rumah baru yang akan mereka tempati nantinya.Kalau di pikir-pikir lagi, Luke sama sekali tak cocok menjadi pemimpin. Meski ia punya kemampuan dalam berbisnis dan memenangkan kliennya. Di sisi lain Luke sangat boros untuk ukuran seorang pengusaha.Tidak heran mengapa perusahaan selalu jatuh saat itu.“Kau bingung?” tanya Sania, mengikuti arah tatapan Nael dengan mata tanpa beban Sania—Nael melihat adanya perubahan dari diri Sania. Dia jadi seperti wanita yang sudah memutuskan segalanya. “Bukankah di seperti menempatkan perusahaan kembali ke ambang kehancuran?”“Itu tidak benar.”“Itu benar, sejak awal dia tidak pernah peduli pada perusahaan.” tambah Sania sambil menatap terus ke arah Nael. “Bukaankah semuanya karena Anda ada di sisinya.”“Jika Luke mendengar cara bicara kita yang berubah, dia akan langsung menyingkirkanmu Nael.” ucap Sania yakin.Lalu muncul pesan
Selamat membaca.Dokumen dengan map putih, Nael melaksanakan perintah dari orang yang harusnya ia hindari. Tapi ia juga takut jika ini adalah ujian yang sania beriman padanya karena sudah menjadi bagian dari permainannya.Bisa jadi ia gagal, tapi bisa juga ia berhasil menemukan bahan yang akan memuat luje semakin memperhatikan perusahaan.“Ya, itu benar.” ucapnya sambil mengengam kunci kantor pribadi Hugo—biang masalah yang pernah menjadi pusat perhatian Luke Conan.Ceklek.Dia memuka pintu itu tanpa ragu, lalu mendorongnya perlahan.Gekkk!.Suara pintu yang membuat siapa saja pasti akan ketakutan jika mendengarnya sendirian. Tapi untuk ukuran perusahaan anak, bukankah pintu itu cukup tua dan tidak memiliki kualifikasi yang sempurna untuk sebuah perusahaan yang kayak.Tap!Dia melangkah masuk. Namun sambutan pertama yang menyapanya, adalah aroma debu ya bertentangan ke sembarang arah.Sontak Nael mengepas-ngebaskan udara di sekitarnya. Sebelum lampu dia berhenti saat lampu otomatis me
Selamat membaca.Hugo telah pergi dan Saniaa merasa kalau ia benar-benar sudah di tipu habis-habiskan oleh pria itu.Dia ingin mengeluh, tetapi orang itu berada dalam tanah.Sania yang tidak memiliki semangat sejak awal ia menginjakan kakinya di rumah barunya yang mewah ini, hanya berbaring di atas tempat tidurnya sambil mencoba untuk mengingat masa lalunya. “mereka jelas bisa mengatakannya, tapi apa yang membuat mereka seolah tak bisa mengatakannya secara terus terang padaku? Masa lalu, keluargaku, penyebabnya harus ada.” pikir Sania sambil menatap buram ke arah bantal kepala yang basa karena air matanya.Sesaat sebelum tempat kosong di sebelahnya, di isi oleh lain yang tak lain adalah Luke Conan itu sendiri. Sania mendonggakkan kepalanya, dia hendak bangun akan tetapi Luke menghentikan nya. “tetap lah berbaring.” titah Luke tanpa menatap Sania, pria itu sedang fokus di mengetik.Bisa-bisanya ia membawa pekerjaan di sampingnya, bikin kepala Sania tambah sakit saja.Tapi, saat mempe
Selamat membaca.Bugh!Sania menonjok Darrel yang tidak mengerti dengan situasi dan perasaan yang dirasakan oleh Sania.Lalu dengan gampang nya ia menyarankan sesuatu yang dibenci oleh Sania setengah mampus. “Mimpi buruk ku tidak akan tiba-tiba berubah menjadi indah hanya dengan urusan malam yang indah dan berbunga. Kau tahu kenapa? Itu karena, semua yang dilakukan pria itu adalah mimpi buruk bagiku.” Geram Sania.Dia mengakat tangannya untuk memukul Darrel lagi, tapi Luke menahannya dan membuat Sania menjauh dari Darrel.Siapa sangka, keluarga Conan juga datang namun hanya menyaksikan dari jembatan.Wajah Sania memerah, dan sesuatu yang mereka duga adalah. “Brengsek kau!” Sania murka, dia dengan ganas lepas dari Luke dan langsung menyerang Darrel.Sania berkaca-kaca karena malu.Sementara Darrel yang tahu kalau Sania tidak bercanda, tentu saja harus menghindar namun ia malah jatuh terpeleset karena lumpur di sekitar sungai.Bukanya membantu, Sania malah mendorong Darrel sambil berhar