Selamat membaca.Karena sudah di rumah sakit, Nael sekalian memeriksa kondisi Sania. Sedangkan Luke sedang mempersiapkan rumah baru yang akan mereka tempati nantinya.Kalau di pikir-pikir lagi, Luke sama sekali tak cocok menjadi pemimpin. Meski ia punya kemampuan dalam berbisnis dan memenangkan kliennya. Di sisi lain Luke sangat boros untuk ukuran seorang pengusaha.Tidak heran mengapa perusahaan selalu jatuh saat itu.“Kau bingung?” tanya Sania, mengikuti arah tatapan Nael dengan mata tanpa beban Sania—Nael melihat adanya perubahan dari diri Sania. Dia jadi seperti wanita yang sudah memutuskan segalanya. “Bukankah di seperti menempatkan perusahaan kembali ke ambang kehancuran?”“Itu tidak benar.”“Itu benar, sejak awal dia tidak pernah peduli pada perusahaan.” tambah Sania sambil menatap terus ke arah Nael. “Bukaankah semuanya karena Anda ada di sisinya.”“Jika Luke mendengar cara bicara kita yang berubah, dia akan langsung menyingkirkanmu Nael.” ucap Sania yakin.Lalu muncul pesan
Selamat membaca.Dokumen dengan map putih, Nael melaksanakan perintah dari orang yang harusnya ia hindari. Tapi ia juga takut jika ini adalah ujian yang sania beriman padanya karena sudah menjadi bagian dari permainannya.Bisa jadi ia gagal, tapi bisa juga ia berhasil menemukan bahan yang akan memuat luje semakin memperhatikan perusahaan.“Ya, itu benar.” ucapnya sambil mengengam kunci kantor pribadi Hugo—biang masalah yang pernah menjadi pusat perhatian Luke Conan.Ceklek.Dia memuka pintu itu tanpa ragu, lalu mendorongnya perlahan.Gekkk!.Suara pintu yang membuat siapa saja pasti akan ketakutan jika mendengarnya sendirian. Tapi untuk ukuran perusahaan anak, bukankah pintu itu cukup tua dan tidak memiliki kualifikasi yang sempurna untuk sebuah perusahaan yang kayak.Tap!Dia melangkah masuk. Namun sambutan pertama yang menyapanya, adalah aroma debu ya bertentangan ke sembarang arah.Sontak Nael mengepas-ngebaskan udara di sekitarnya. Sebelum lampu dia berhenti saat lampu otomatis me
Selamat membaca.Hugo telah pergi dan Saniaa merasa kalau ia benar-benar sudah di tipu habis-habiskan oleh pria itu.Dia ingin mengeluh, tetapi orang itu berada dalam tanah.Sania yang tidak memiliki semangat sejak awal ia menginjakan kakinya di rumah barunya yang mewah ini, hanya berbaring di atas tempat tidurnya sambil mencoba untuk mengingat masa lalunya. “mereka jelas bisa mengatakannya, tapi apa yang membuat mereka seolah tak bisa mengatakannya secara terus terang padaku? Masa lalu, keluargaku, penyebabnya harus ada.” pikir Sania sambil menatap buram ke arah bantal kepala yang basa karena air matanya.Sesaat sebelum tempat kosong di sebelahnya, di isi oleh lain yang tak lain adalah Luke Conan itu sendiri. Sania mendonggakkan kepalanya, dia hendak bangun akan tetapi Luke menghentikan nya. “tetap lah berbaring.” titah Luke tanpa menatap Sania, pria itu sedang fokus di mengetik.Bisa-bisanya ia membawa pekerjaan di sampingnya, bikin kepala Sania tambah sakit saja.Tapi, saat mempe
Selamat membaca.Bugh!Sania menonjok Darrel yang tidak mengerti dengan situasi dan perasaan yang dirasakan oleh Sania.Lalu dengan gampang nya ia menyarankan sesuatu yang dibenci oleh Sania setengah mampus. “Mimpi buruk ku tidak akan tiba-tiba berubah menjadi indah hanya dengan urusan malam yang indah dan berbunga. Kau tahu kenapa? Itu karena, semua yang dilakukan pria itu adalah mimpi buruk bagiku.” Geram Sania.Dia mengakat tangannya untuk memukul Darrel lagi, tapi Luke menahannya dan membuat Sania menjauh dari Darrel.Siapa sangka, keluarga Conan juga datang namun hanya menyaksikan dari jembatan.Wajah Sania memerah, dan sesuatu yang mereka duga adalah. “Brengsek kau!” Sania murka, dia dengan ganas lepas dari Luke dan langsung menyerang Darrel.Sania berkaca-kaca karena malu.Sementara Darrel yang tahu kalau Sania tidak bercanda, tentu saja harus menghindar namun ia malah jatuh terpeleset karena lumpur di sekitar sungai.Bukanya membantu, Sania malah mendorong Darrel sambil berhar
Selamat membaca.Tentu saja Luke mendengar permintaan Sania sebagai sebuah tantangan, dia tidak pernah menyangka kalau keinginan gelap yang sempat Luke kubur dalam-dalam karena takut Sania akan menganggap dirinya sebagai tahanan dan bukannya pasangan yang sempurna. Justru dikatakan oleh Sania dengan begitu mudahnya.Luke tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Sania, tatapi yang pasti keinginan itu pasti akan dikabulkan oleh Luke.“Tentu saja, aku melakukannya untukmu. Apapun, yang kau katakan Saniaku, sayangku, istriku.”“Luke, aku tahu ini terdengar aneh dan mudah. Tapi percaya lah padaku, jika kau gagal. Tidak akan ada lagi permintaan menguntungkan lain yang akan keluar dari mulutnya lagi. Suamiku!”Seperti perang melawan diri sendiri, yang di buat seindah mungkin. Agar tak ada satu Luka pun yang dikatakan sebagai Luka.***Kembali ke rumah yang sedikit kacau karena ulah Sania. Luke tidak memikirkan tempat lain selain tempat ini.“Kita baru saja pindah, dan kau sudah menghancurkan seba
Selamat membaca.Hari bahkan belum malam, tetapi tamu yang datang seakan mereka semua tahu kalau alamat rumah luke ada di daerah elit tersebut.Banyak dari utusan kantor yang sengaja di datanglah untuk mengacaukan sekaligus memastikan apa yang Sania rencanakan.Tidak pernah berakhir sampai malam tiba, Sania yang tidak keluar dari rumah dan Luke yang tak berhenti bersikap profesional. Dengan menerima semua kehadiran orang-orang ini—Luke tahu ini akan terjadi, sebab Sania ada di dalam kuasa Luke. Saat tamu terakhir pergi, Luke hendak kembali ke kamar untuk melihat Sania tanpa memikirkan hal lain. Seseorang tamu tak di undang lainnya datang berkunjung.“Kau.”“Aku ini ibumu loh.”“Ibuku sudah mati!” jawab Luke dengan nada suara dingin, tak pernah menganggap orang yang saat ini sedang tersenyum anggun padanya sebagai ibunya. Itu karena ayahnya punya banyak istri gila yang mencoba untuk menghancurkannya dan mengambil Sania kembali. ‘Hoho’ dia tertawa licik, tatapannya menerawang ke semu
Selamat membaca.“Aku tidak pernah menyangka kalau hari seperti ini akan datang untuk kedua kalinya, kami saling mewaspadai tetapi kami tetap bersama.” Pikir Sania, merasa seperti sedang bernostalgia saat Luke memeluknya dari belakang ketika ia sedang memasak.Satu hal yang tak pernah ia lakukan dengan kekasihnya. Hugo Conan—padahal semuanya tidak akan jadi begini kalau saja Sania tidak di bohong oleh Hugo.“Kau merusak Bell depan Luke?” Tanya Sania sambil terus mengayunkan tangannya di atas penggorengan panas. Sementara Luke terus menganggunya dengan terus memeluk Sania.Hadeh. Hanya karena di berikan ketenangan, dia jadi seperti siput. “Aku tidak akan pergi ke mana pun.”“Aku hanya suka memeluk mu yang bersikap seperti ini.”“Apa?”“Tidak apa-apa.”Jawaban dan ucapan Luke yang seperti ini membuat Luke bingung, sangat tidak nyambung. Luke seperti sedang menggunakan kata-kata yang tidak ingin Sania ketahui dan hanya dia saja yang tahu.Tak lama, makanan sudah tertata rapi di atas mej
Selamat membaca.Matahari yang menyinari seluruh negeri, terlihat tidak berguna di hadapan mereka yang sedang meneteskan air mata, mengurung diri dan tak sanggup untuk melangkah. Seolah hanya ada kegelapan yang tersisa pada jalan mereka, memilih untuk menundukaan kepala dan mengenang setiap kesalahan dengan penyesalan yang terlihat sangat jelas dari raut wajah mereka.Tentu saja, menyalahkan diri sendiri adalah jalan pintas.Di sisi lain, Luke yang tak mampu untuk menjalankan mobil nya seolah telah kehilangan arah. Akhirnya memberanikan diri untuk kembali, dia kembali ke rumah lamanya. Tempat sejuta kenangan buruk dan indah yang pernah ia ciptaan bersama Sania yang dulu masih sangat muda.Saat ia membuka pintu, aroma rumah itu masih tetap sama. Rasanya Sania tinggal disini, bahkan Luke bisa mencium aroma tubuh Sania yang bertentangan di mana-mana.Dia merindukan Sania.Karena yang sudah tiada jauh lebih di rindukan dari pada ketika dia masih hidup, Luke menatap setiap tempat—masih sam