Selamat membaca.Sania berlari menuju ke tempat yang dimaksud, satu petunjuk yang hanya berisikan nama Hugo saja. Sudah di pastikan kalau itu mengarah pada Salsabila atau Avanti.Sania yang tahu maksud dari petunjuk Hugo dengan cepat mencari ke tempat di mana Aavanti dan Salsabil pernah berbagi cerita dengannya. Sania tak tahu, tapi seperti itulah kejadian yang sebenarnya ingin mereka sampaikan padanya.Kematian Salsabila dan avanti pasti memiliki penyebab, dan penyebab itu tentu saja ada hubungannya dengan semua yang sedang terjadi pada Sania saat.Di dapur, tempat yang selalu menjadi tempat penuh cerita yang panjang karena bosan belajar terus, Sania menemukan sebuah kertas yang ragu untuk ia buka.Api?Tungku bakar kuno yang ada di dapur, tentu saja menjadi tempat yang Sania anggap sebagai petunjuk meski hanya menebak saja.Surat terlahir Salsabila padanya iyalah: “Aku tidak pernah menyukai Isabella itu sebabnya aku ingin Sania tenang.” Hebat, bahkan di saat Sania tak bisa menolong
Selamat membaca.“Aku bertengkar hebat dengan mereka, semua karena aku mengetahui segalanya.”Dia berpikir, semuayang terjadi saat ini padanya adalah hal yang wajar tapi setelah ia merangkai setiap kejadian yang masuk akal itu. Sania terus saja menemukan fakta kalau tidak pernah ada yang menanggapi perkataannya dengan serius.“Aku anggap, aku tidak pernah mengatakan apapun dan kalian tidak mendengar apapun.” Tandas Sania.***Hatinya terluka, tapi Sania masih mencoba untuk memahami situasi dimana ia tak boleh mengeluarkan terlalu banyak kata dan emosi yang hanya akan merugikan dirinya nanti.Tak lama kemudian Luke datang dengan raut wajah tak senangnya saat melihat Sania sedang berbincang-bincang dengan keluarganya saat ini.“Masih pagi dan kalian sudah mencukik istriku?” protes Luke menanggapi tatapan tak suka keluarganya pada dirinya.Sania menoleh ke arah Luke saat pria itu datang, dan langsung menarik Sania untuk berada dekat dengan Luke dan menjahui mereka. Baginya saat ini Luke
Bab 112 Istri sempurna ciptaan CEO kejam.Selamat membaca.Luke sedang melakukan meeting online dengan seorang investor yang berada di luar kota, dan tinggal menunggu persetujuan untuk menandatangani kontrak kerja sama.Terus berlanjut sampai hari-hari berikutnya, di mana Sania tak kunjung menemuinya. Sepertinya Sania marah pada nya yang terus-terusan melakukan lembur tak memperhatikan Sania.Karena sudah jam 1. Luke berniat mengajak Sania untuk makan es krim kesukaan Sania agar hatinya yang terluka bisa kembali sembuh.Dengan langkah tegas, Luke yang tak pernah keluar dari ruangannya itu akhirnya melangkah keluar.Tentu saja suara sepatu Luke dan langkah kakinya yang penuh dengan ciri khas bisa di dengar oleh Nael dari jarak jatuh sekalipun.Dia dengan cepat menemui Luke. “Anda sudah selesai?”“Dimana Sania?” Tanya Luke sinis sambil melangkah kakinya ke arah kantor Sania yang berada cukup jauh darinya.Harusnya tidak jauh. Tapi Sania menolak ruangan pribadinya dengan alasan ia akan
Selamat membaca.Byuuur!Nael menyemburkan air yang bahkan belum ia telan. Dan sepertinya pria itu juga memuntahkan kembali minumanya.Nael ingin protes. Akan tetapi, ‘‘kenapa kau selalu bertindak tanpa berpikir terlebih dulu?” tanya Sania yang tentu saja membela teman barunya saat ini. Dia berdiri, mencoba untuk menantang Luke. Nael juga berdiri namun bedanya saat ini Nael mencoba untuk menghentikan Sania, ‘‘tenanglah!’’ saran Nael mencoba untuk membuat keadaan tak menjadi semakin parah.Mendengar istrinya cukup marah dengan tindakan yang Luke pikir benar, malah membuat pria itu semakin tertarik untuk menggoda sang istri yang lebih mementingkan orang lain, di bandingkan dengan suaminya sendiri.Luke tersenyum sinis. ‘keputusan saya sudah bulat dan tidak dapat ditentang oleh siapapum kecuali istri saya!’’ tekan Luke pada kalimat akhirnya.Tatapan keduanya bertemu namun hanya ada peremusuhan yang telihat begitu jelas di hadapan semua karyawan yang tidak berniat untuk menonton perkela
Selamat membaca.Bangun-bangun Sania sudah berada diranjang, tentu saja dengan Luke yang saat ini sedang bekerja di sampingnya.Kadang-kadang menuruti Luke ada baiknya juga.‘‘sudah bangun?’’ tanya Luke, menoleh ke arah Sania yang saat ini lebih memilih diam tak mau menatap suaminya yang makin hari semakin membuatnya putus harapan untuk mempertahankan Luke di sisinya.‘‘Sania?’’‘‘Apa?’’ tanyanya sambil menatap Luke dengan penuh kepasraan yang terlihat bgitu jelas.‘‘Kakek inin bertemu dengan mu. Jadi bisakah kita menemuinya?’’Itu bukan permintaan. Itu hukuman karen Sania mencoba untuk menyembunyikan sesuatu dari Luke. Pria itu jelas tahu kalau kakeknya meragukan Sania yang mencoba untuk mengambil jalan lain dari rencana keluarganya yang tidak ia ketahui dengan pasti.Ia juga tahu kalau Sania pasti aka mendapat masalah, tetepi Luke butuh maslah itu untuk membuat Sania begantung padanya dari pada keluarganya sendiri.Lama saling tatap, Sania akhirnya tertawa seperti orang jahat yang s
Selamat membaca.‘‘Dosa? bukankah apa yang saat ini kau lakukan juga di sebut sebagai dosa?’’Sania tersenyum berdesis menatap pria tua yang ada di depannya saat ini.‘‘Memangnya aku habis melakukan apa sampai di sebut sebagai dosa?’’‘‘Bunuh diri juga di sebut sebagai dosa Sania, bukankah itu yang saat ini coba Anda lakukan di hadapan kami semua? menghindar dan menghilang, memilih menetap pada dunia yang salah dan memilih tempat berteduh yang salah! Sania, lepaskan mimpimu, dengan begitu kau akan bisa melepaskan Luke.’’ muntanya pada Sania yang ssekali lagi terdiam di tempatnya.Bukan salah Sania ia memilih hidup yang ia inginkan, juga buka keinginannya untuk berasa dalam dua permainan dengan pemain yang sama-sama tidak menguntungkan.‘‘Anda tahu kalau Luke adalah tipe yang seperti itu, tapi mengapa permaian ini tidak di hentikan, hasil dan hadiah yang akan aku dapatkan di akhir permaian nanti hanya akan menjadi sampah. Bukankah itu tidak adauntungnya bagiku selain memuaskan keingina
Selamat membaca.Langit benar-benar tak berpihak padanya. Pria asing yang terus mengejarnya dengan pisau membuat Sania kewalahan, dia menginggat masa lalunya yang ama persis dengan yang sedang terjadi saat ini.Di tengah pengejraan yang tak ada habisnya, Sania tersenyum lega saat melihat mobil Luke yyang terparkir cukup jauh dari tempat dimana ia berada sekarang. Meski begitu Sania tampak senang dengan apa yang ia lihat saat ini, perasaan kecewanya beberapa saat yang lalu perlahan-lhan mulai menghilang.‘‘Syukurlah pria itu masih memiliki sedikit hati nuraninya untuk membantuku.’’ kata Sania sammbil tersenyum senang. Dengan sisa tenaga yang ia punya Sania mencoba untuk mendekat, dan di luar dugaan! Mobil Luke berjalan dengan sendirinya ke arahnya.Itu menghemat waktu dan tenaganya, namun saat mobil itu sudah angat dekat. Pria yang sedang mengejar Sania menghentikan langkah kakinya. Kemudian tersenyum penuh kemenangan saat melihat mobil yang merupakan harapan terakhir Sania itu malah
Selamat membaca.Pukul 12:00, jarum jam terus berjalan. Bersama mata Luke yang terus menatap ke arh jarum jam dalam kesunyian yang tak mampu di tembus olrh siapapun.Meski sudah sangat larut pria itu tetap terjaga. Disisi lain, Nael hanya menghembuskan kepalanya karena tak bisa membujuk Luke yang sudah seperti itu. Kini ia hanya bisa berharap kalau Luke tak menyaiti hati Sania lagi.Akan tetapi….***Brak!Suara pintu yang segaja di dorong dengan sangat kuatnya, membuat dua mata pria yang berada di runangan yang berbeda itu langung menoleh ke arah pintu. Dengan tenang mereka berdua berjalan keluar dari pintu. Namun Nael menghentikan langkahnya saat ia sudah berada di depan gagang pintu. Dan memutuskan untuk mengunci pintu sebelum Sania melangkahkan kaki nya masuk ke dalam rumah lama penuh kenangan buruk dan manis itu.Tap! Tap! Tap! Langkah kaki basah Sania mulai menginjak marmer putih dengan kulitas terbaik tanpa peduli pada kakinya yang kotor karena ia sengaja menginjak genangan a