Selamat membaca.“Aku tidak pernah menyangka kalau hari seperti ini akan datang untuk kedua kalinya, kami saling mewaspadai tetapi kami tetap bersama.” Pikir Sania, merasa seperti sedang bernostalgia saat Luke memeluknya dari belakang ketika ia sedang memasak.Satu hal yang tak pernah ia lakukan dengan kekasihnya. Hugo Conan—padahal semuanya tidak akan jadi begini kalau saja Sania tidak di bohong oleh Hugo.“Kau merusak Bell depan Luke?” Tanya Sania sambil terus mengayunkan tangannya di atas penggorengan panas. Sementara Luke terus menganggunya dengan terus memeluk Sania.Hadeh. Hanya karena di berikan ketenangan, dia jadi seperti siput. “Aku tidak akan pergi ke mana pun.”“Aku hanya suka memeluk mu yang bersikap seperti ini.”“Apa?”“Tidak apa-apa.”Jawaban dan ucapan Luke yang seperti ini membuat Luke bingung, sangat tidak nyambung. Luke seperti sedang menggunakan kata-kata yang tidak ingin Sania ketahui dan hanya dia saja yang tahu.Tak lama, makanan sudah tertata rapi di atas mej
Selamat membaca.Matahari yang menyinari seluruh negeri, terlihat tidak berguna di hadapan mereka yang sedang meneteskan air mata, mengurung diri dan tak sanggup untuk melangkah. Seolah hanya ada kegelapan yang tersisa pada jalan mereka, memilih untuk menundukaan kepala dan mengenang setiap kesalahan dengan penyesalan yang terlihat sangat jelas dari raut wajah mereka.Tentu saja, menyalahkan diri sendiri adalah jalan pintas.Di sisi lain, Luke yang tak mampu untuk menjalankan mobil nya seolah telah kehilangan arah. Akhirnya memberanikan diri untuk kembali, dia kembali ke rumah lamanya. Tempat sejuta kenangan buruk dan indah yang pernah ia ciptaan bersama Sania yang dulu masih sangat muda.Saat ia membuka pintu, aroma rumah itu masih tetap sama. Rasanya Sania tinggal disini, bahkan Luke bisa mencium aroma tubuh Sania yang bertentangan di mana-mana.Dia merindukan Sania.Karena yang sudah tiada jauh lebih di rindukan dari pada ketika dia masih hidup, Luke menatap setiap tempat—masih sam
Selamat membaca.Sania berlari menuju ke tempat yang dimaksud, satu petunjuk yang hanya berisikan nama Hugo saja. Sudah di pastikan kalau itu mengarah pada Salsabila atau Avanti.Sania yang tahu maksud dari petunjuk Hugo dengan cepat mencari ke tempat di mana Aavanti dan Salsabil pernah berbagi cerita dengannya. Sania tak tahu, tapi seperti itulah kejadian yang sebenarnya ingin mereka sampaikan padanya.Kematian Salsabila dan avanti pasti memiliki penyebab, dan penyebab itu tentu saja ada hubungannya dengan semua yang sedang terjadi pada Sania saat.Di dapur, tempat yang selalu menjadi tempat penuh cerita yang panjang karena bosan belajar terus, Sania menemukan sebuah kertas yang ragu untuk ia buka.Api?Tungku bakar kuno yang ada di dapur, tentu saja menjadi tempat yang Sania anggap sebagai petunjuk meski hanya menebak saja.Surat terlahir Salsabila padanya iyalah: “Aku tidak pernah menyukai Isabella itu sebabnya aku ingin Sania tenang.” Hebat, bahkan di saat Sania tak bisa menolong
Selamat membaca.“Aku bertengkar hebat dengan mereka, semua karena aku mengetahui segalanya.”Dia berpikir, semuayang terjadi saat ini padanya adalah hal yang wajar tapi setelah ia merangkai setiap kejadian yang masuk akal itu. Sania terus saja menemukan fakta kalau tidak pernah ada yang menanggapi perkataannya dengan serius.“Aku anggap, aku tidak pernah mengatakan apapun dan kalian tidak mendengar apapun.” Tandas Sania.***Hatinya terluka, tapi Sania masih mencoba untuk memahami situasi dimana ia tak boleh mengeluarkan terlalu banyak kata dan emosi yang hanya akan merugikan dirinya nanti.Tak lama kemudian Luke datang dengan raut wajah tak senangnya saat melihat Sania sedang berbincang-bincang dengan keluarganya saat ini.“Masih pagi dan kalian sudah mencukik istriku?” protes Luke menanggapi tatapan tak suka keluarganya pada dirinya.Sania menoleh ke arah Luke saat pria itu datang, dan langsung menarik Sania untuk berada dekat dengan Luke dan menjahui mereka. Baginya saat ini Luke
Bab 112 Istri sempurna ciptaan CEO kejam.Selamat membaca.Luke sedang melakukan meeting online dengan seorang investor yang berada di luar kota, dan tinggal menunggu persetujuan untuk menandatangani kontrak kerja sama.Terus berlanjut sampai hari-hari berikutnya, di mana Sania tak kunjung menemuinya. Sepertinya Sania marah pada nya yang terus-terusan melakukan lembur tak memperhatikan Sania.Karena sudah jam 1. Luke berniat mengajak Sania untuk makan es krim kesukaan Sania agar hatinya yang terluka bisa kembali sembuh.Dengan langkah tegas, Luke yang tak pernah keluar dari ruangannya itu akhirnya melangkah keluar.Tentu saja suara sepatu Luke dan langkah kakinya yang penuh dengan ciri khas bisa di dengar oleh Nael dari jarak jatuh sekalipun.Dia dengan cepat menemui Luke. “Anda sudah selesai?”“Dimana Sania?” Tanya Luke sinis sambil melangkah kakinya ke arah kantor Sania yang berada cukup jauh darinya.Harusnya tidak jauh. Tapi Sania menolak ruangan pribadinya dengan alasan ia akan
Selamat membaca.Byuuur!Nael menyemburkan air yang bahkan belum ia telan. Dan sepertinya pria itu juga memuntahkan kembali minumanya.Nael ingin protes. Akan tetapi, ‘‘kenapa kau selalu bertindak tanpa berpikir terlebih dulu?” tanya Sania yang tentu saja membela teman barunya saat ini. Dia berdiri, mencoba untuk menantang Luke. Nael juga berdiri namun bedanya saat ini Nael mencoba untuk menghentikan Sania, ‘‘tenanglah!’’ saran Nael mencoba untuk membuat keadaan tak menjadi semakin parah.Mendengar istrinya cukup marah dengan tindakan yang Luke pikir benar, malah membuat pria itu semakin tertarik untuk menggoda sang istri yang lebih mementingkan orang lain, di bandingkan dengan suaminya sendiri.Luke tersenyum sinis. ‘keputusan saya sudah bulat dan tidak dapat ditentang oleh siapapum kecuali istri saya!’’ tekan Luke pada kalimat akhirnya.Tatapan keduanya bertemu namun hanya ada peremusuhan yang telihat begitu jelas di hadapan semua karyawan yang tidak berniat untuk menonton perkela
Selamat membaca.Bangun-bangun Sania sudah berada diranjang, tentu saja dengan Luke yang saat ini sedang bekerja di sampingnya.Kadang-kadang menuruti Luke ada baiknya juga.‘‘sudah bangun?’’ tanya Luke, menoleh ke arah Sania yang saat ini lebih memilih diam tak mau menatap suaminya yang makin hari semakin membuatnya putus harapan untuk mempertahankan Luke di sisinya.‘‘Sania?’’‘‘Apa?’’ tanyanya sambil menatap Luke dengan penuh kepasraan yang terlihat bgitu jelas.‘‘Kakek inin bertemu dengan mu. Jadi bisakah kita menemuinya?’’Itu bukan permintaan. Itu hukuman karen Sania mencoba untuk menyembunyikan sesuatu dari Luke. Pria itu jelas tahu kalau kakeknya meragukan Sania yang mencoba untuk mengambil jalan lain dari rencana keluarganya yang tidak ia ketahui dengan pasti.Ia juga tahu kalau Sania pasti aka mendapat masalah, tetepi Luke butuh maslah itu untuk membuat Sania begantung padanya dari pada keluarganya sendiri.Lama saling tatap, Sania akhirnya tertawa seperti orang jahat yang s
Selamat membaca.‘‘Dosa? bukankah apa yang saat ini kau lakukan juga di sebut sebagai dosa?’’Sania tersenyum berdesis menatap pria tua yang ada di depannya saat ini.‘‘Memangnya aku habis melakukan apa sampai di sebut sebagai dosa?’’‘‘Bunuh diri juga di sebut sebagai dosa Sania, bukankah itu yang saat ini coba Anda lakukan di hadapan kami semua? menghindar dan menghilang, memilih menetap pada dunia yang salah dan memilih tempat berteduh yang salah! Sania, lepaskan mimpimu, dengan begitu kau akan bisa melepaskan Luke.’’ muntanya pada Sania yang ssekali lagi terdiam di tempatnya.Bukan salah Sania ia memilih hidup yang ia inginkan, juga buka keinginannya untuk berasa dalam dua permainan dengan pemain yang sama-sama tidak menguntungkan.‘‘Anda tahu kalau Luke adalah tipe yang seperti itu, tapi mengapa permaian ini tidak di hentikan, hasil dan hadiah yang akan aku dapatkan di akhir permaian nanti hanya akan menjadi sampah. Bukankah itu tidak adauntungnya bagiku selain memuaskan keingina