Hi, guys. Ini adalah akhir S1 untuk istri sang CEO: Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku. Sejauh ini ceritanya gimana guys? Agak terlalu berat kah? Perlu yang lebih sweet lagikah? Atau mungkin ada karakter sampingan yang kalian mau screen timenya dibanyakin? Jangan lupa untuk tinggalin komentar agar author tahu tanggapan kalian yaaa! Selain itu, ayo coba tebak season 2nya akan menceritakan tentang apa?!
Dalam waktu singkat nama Valency telah menjadi pembahasan panas di berbagai media sosial. Ribuan berita yang meliput hasil persidangan antara Felix Smith, Cecilia Owen, dan Valency Lambert memenuhi portal berita dan ramai dibicarakan oleh orang-orang. Ada beberapa topik utama yang kebanyakan dibicarakan oleh masyarakat, yaitu mengenai identitas asli Valency, kebohongan yang Felix lakukan, dan percobaan pembunuhan yang dilakukan Cecilia. Hal ini berefek pada banyak hal. Salah satunya yang paling besar adalah nama baik Cecilia dan keluarga Owen. Banyak orang memaki Cecilia karena dianggap bermuka dua dengan wajah manisnya selama ini. Namun, anehnya … saham keluarga Owen tetap stabil seolah tak terjadi apa-apa. Valency yang tengah duduk di kursi mini bar dengan ponsel di tangan mengernyitkan kening, kemudian mendengus. Tatapannya menelisik penasaran pada Jayden yang sedang berada di balik konter dapur. “Jadi ... keluarga Owen bersedia menyerahkan Cecilia selama kamu dapat membantu
Saat Valency menoleh, dia dikagetkan dengan jarak wajah Jayden yang begitu dekat. Tampak pria itu sedang menaruh dagunya di pundak Valency. Hal tersebut membuat bibir mereka hampir bersentuhan.Alhasil, Valency pun agak memekik.Melihat reaksi itu, Jayden hanya tersenyum dan mengecup singkat bahu Valency yang terbuka, membuat tubuh gadis itu agak bergetar, merasa area yang Jayden cium terasa panas.“Sepertinya, istriku senang melamunkan hal lain dibandingkan memandang diriku,” ujar Jayden dengan sedikit memiringkan kepalanya.Jantung Valency terasa ingin meledak. Bagaimana bisa pria ini terlihat tampan dan menggemaskan di waktu yang bersamaan!!!‘Tenang, Valency! Tenang!’ peringat Valency kepada dirinya sendiri. Kemudian, setelah tenang, Valency tersenyum tipis. “Bukan apa-apa. Hanya sedikit melamun karena bosan.”Kening Jayden mengernyit, matanya menatap lekat kedua mata Valency sambil terdiam, mencoba menggali kebenaran dari sepasang mata itu. Namun, karena tidak bisa mendapatkan a
Uhuk, uhuk! Valency langsung terbatuk-batuk begitu mendengar ucapan Jayden yang sangat frontal. Sementara itu, Jayden langsung menyodorkan segelas air putih yang langsung diteguk habis oleh Valency. Saat batuknya selesai diredakan, wajah Valency berubah sangat merah! “J-Jay! B-bagaimana kamu bisa bercanda seperti itu!?” tegur Valency, membuat Jayden hanya tersenyum. “Tapi, aku tidak bercanda.” Wajah Valency menjadi semakin merah. Dia tidak percaya pria tersebut bisa bersikap begitu santai membicarakan hal seperti itu! “M-makan! J-jangan bicarakan yang tidak-tidak!” ucap Valency pada akhirnya sembari langsung mengunyah steiknya dengan kepala tertunduk dan usaha untuk menahan malu. Keduanya pun melanjutkan makan dalam diam, tapi pikiran Valency sangat berisik. Karena ucapan Jayden, gadis itu jadi terus memikirkan kenyataan bahwa dirinya dan Jayden memang tidak pernah melakukan hal itu lagi setelah malam pertama mereka. Dan, alasan utamanya adalah masalah hak cipta, Felix dan
“Hnngh!” Di bawah remang lampu, lenguhan dan desahan bisa terdengar bergema dalam kamar tidur mewah itu. Sosok seorang pria yang tengah mengungkung seorang wanita bisa terlihat. “Jayden!” panggil Valency dengan mata berkaca-kaca. Tangannya berada di rambut pria tersebut, sesekali agak mencengkeramnya karena kaget dengan tiap tindakan yang pria itu lakukan pada tubuhnya. “H-hentikan …,” pintanya. Namun, ucapan itu tidak dihiraukan. Dengan ciuman hangat yang menuruni lehernya, Valency mendesis tajam. Dia merasakan ciuman Jayden bermain di tubuhnya, menyentuh beberapa titik sensitif yang memaksanya melenguh rendah. “Berhenti?” ulang pria itu sembari mengangkat pandangan dan menatap Valency dengan sorot mata terbakar gairah. “Aku tidak mau.” Jayden mendaratkan sebuah ciuman di bibir Valency, membuat gadis itu hanya bisa menggeliat resah saat tali pakaian tidurnya dengan mudah ditarik lepas oleh pria tersebut. Hanya dalam hitungan detik, tubuh Valency telah berakhir polos. Berad
Terbangun keesokan paginya, Valency membuka dan mengerjapkan matanya beberapa kali. “Selamat pagi,” sapa sebuah suara bariton yang menenangkan. Pandangan Valency pun terangkat, melihat wajah tampan Jayden sedang menatap lembut dirinya entah sejak kapan. Tangan Jayden memeluk pinggangnya posesif, seakan memastikan tubuh Valency tetap diselimuti kehangatannya. Perlahan, sudut bibir Valency pun tertarik membentuk senyuman. “Selamat pagi,” balasnya dengan manis, membuat Jayden menghadiahkan sebuah kecupan kecil di keningnya. Jayden bangkit dari ranjang dan meraih segelas susu hangat yang sejak tadi berada di atas nakas. “Sarapan?” tanyanya, memperlakukan sang istri dengan sangat lembut dan penuh perhatian. Valency mendudukkan diri, lalu dia pun langsung menerima gelas susu tersebut sebelum meneguknya sedikit. Perutnya memang terasa lapar. Selesai meneguk susu tersebut, hidung Valency menangkap aroma wangi yang familier. Matanya pun beralih pada nakas yang di atasnya ada sebuah nam
“Pastikan agar jahitannya tidak terkena air dulu sebelum benar-benar kering.”Dokter baru saja selesai mengobati luka di kepala Jayden, menatap Valency dan May untuk memastikan bahwa luka tersebut mendapat perawatan yang sesuai.Sengaja mereka memanggil dokter keluarga yang datang kemarin agar tak menimbulkan kehebohan jika tiba-tiba saja Jayden diketahui masuk rumah sakit oleh media. Pasti akan menimbulkan banyak tanda tanya. “Terima kasih, Dok,” ucap Valency disertai senyum kecil yang ramah.“Mari saya antar Anda keluar.” May mengirim dokter tersebut dengan sopan keluar dari kamar majikannya, membiarkan Valency dan Jayden tinggal berdua di dalam. Valency mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, menatap wajah Jayden yang tengah tertidur efek dari anestesi yang disuntikkan padanya tadi. Gadis itu pun tersenyum kecut. Matanya enggan beralih sejenak pun dari wajah Jayden, memastikan bahwa suaminya hanya sedang tertidur. “Kamu membuatku gila, Jay,” gumam Valency. Bukan hanya ungkapan b
Usai mengatakan itu, May langsung membungkuk ketakutan dan meminta maaf berkali-kali pada Valency. Tentunya, Valency mengatakan dia tidak marah. Memang benar, Valency tidak marah pada May, melainkan pada Rosa yang sama sekali tidak tahu batasan dalam memanjakan cucunya! Teganya wanita itu berkata begitu keji kepada Jayden saat menyadari kenyataan bahwa Felix sebenarnya memang bersalah!! Tidak heran bukan hanya Felix, tapi Angela juga sama tidak tahu aturan! “Lalu, apa balasan Jayden?” tanya Valency lagi setelah menenangkan diri. “Tentu saja Tuan langsung marah.” Di saat ini, May kembali tampak kesulitan saat menjelaskan, “Tuan Jayden mengatakan untuk tidak menyamakannya dengan Tuan Besar yang tidur dengan sembarang pelacur.” Wanita itu memejamkan mata erat. “Karena ucapan itu, Nyonya Rosa marah besar dan langsung melempar guci terdekat pada Tuan.” Kedua mata Valency membola. Tuan Besar? Bukankah itu merujuk pada ayahnya Jayden? Apa maksud Jayden dengan berkata ayahnya itu tid
“Kenapa?” Pertanyaan itu membuat Jayden yang tertunduk menatap Valency. Mata wanita itu tidak mencemooh, maupun menghakiminya. Sebaliknya, istri manisnya itu tampak sedang bersimpati dan sedikit marah. “Kenapa kamu harus mengakuinya sebagai putramu dan merusak reputasimu sendiri?” tanya Valency dengan mata berkaca-kaca. Jayden melihat tangan Valency yang mengepal meremas ujung bajunya sendiri. Pria tersebut pun mengulurkan tangannya, meraih tangan mungil itu dan menggenggamnya. Kemudian, dengan satu tangannya yang lain, Jayden mengusap wajah Valency lembut. “Karena aku tidak bisa membiarkan pria tidak bertanggung jawab itu menyakiti hati ibuku,” jawab Jayden dengan suara rendah. Valency terperangah. Karena Rosa? Jadi, pun Jayden begitu dingin dan selalu membantah sang ibu, tapi sebenarnya pria itu begitu menyayangi wanita itu! Melihat Valency lebih tenang, Jayden menurunkan tangannya dan lanjut berkata, “Sesuai dugaanmu, Felix memang anak ayahku.” Dia mengingat-ingat kejadian