Arjuna melihat coklat yang anak kecil itu berikan padanya. Hana hanya menatapnya enggan membuka apalagi memakannya.
"Aku tidak akan memakan coklat ini sebelum aku tahu siapa yang memberi coklat ini untuk aku," kata Hana memasukan coklat itu ke dalam saku hoodie yang dia kenakan."Kenapa kamu tidak memakannya Hana," gumam Arjuna di balik semak yang tidak jauh dari tempat Hana berada.Arjuna tahu jika Hana sedih, karena itu Arjuna sengaja membawa coklat pada Hana. Karena Hana menolak untuk bertemu dengannya. Arjuna meminta tolong pada anak kecil yang sedang bermain di sekitar taman itu untuk menyerahkan coklat itu pada Hana.Melihat wajah Hana yang masih tampak sedih, Arjuna memakai masker dan berjalan menghampiri Hana dengan membawa gitar yang dia pinjam dari seorang pemuda."Hay, boleh duduk disini, gak?" tanya Arjuna dengan suaratang dia buat berbeda agar Hana tidak mengenalinya."Silahkan!" jawab Hana tersenyum walau hanya sekilas.Arjuna menoleh ke arah Hana yang kembali terdiam dengan wajah sedihnya. Arjuna memetik senar gitar yang dia bawa hingga tercipta suara yang begitu indah. Arjuna mulai menyanyikan lagu membuat Hana menoleh ke arahnya. Suara Arjuna yang sangat merdu membuat Hana terpukau. Hana merasa terbawa suasana alunan lagu yang Arjuna nyanyikan. Hana bisa merasakan Arjuna menyayikan lagu itu dengan penuh perasaan."Apa kamu sedang merindukan seseorang?" tanya Hana menatap Arjuna yang tersenyum menunduk.Arjuna mengangguk dengan senyum di bibirnya. Namun, Hana tidak dapat melihatnya karena dia menutup wajahnya dengan masker."Semoga segera bertemu dengan seseorang yang kamu rindu," kata Hana mendoakan Arjuna. Tanpa Hana tahu yang sebenarnya pria di sampingnya rindukan adalah dirinya."O iya, sepertinya kamu sedang sedih!" kata Arjuna menatap wajah Ayu yang selalu berkeliaran di pelupuk matanya."Ma'af jika sudah lancang bertanya seperti itu padamu," kata Arjuna saat Hana menoleh ke arahnya dengan tatapan tidak suka."Iya, aku sedih karena seorang lelaki yang merebut kasih sayang ibuku padaku," jawab Hana menatap sendu."Aku tahu aku bukan anak yang baik! tapi apa semua itu karena salahku? kenapa semua harus aku yang disalahkan?" tanya Hana dengan air mata yang tak sanggup dia bendung lagi."Padahal ibu baru mengenal pria itu, tapi dia lebih membela lelaki itu dan menyalahkan aku," katanya lagi."Disalahkan seperti apa?" tanya Arjuna menatap iba.Hana mendoangakkan wajahnya menatap langit agar air matanya tidak terjatuh. "Ibu bilang aku keterlaluan dengan Arjuna, ibu juga bilang harusnya aku tidak bersikap seperti itu pada Arjuna, aku tahu aku salah karena sudah berkata kasar pada Arjuna. Tapi aku tidak suka dibandingkan dengan orang lain. Itu sakit sekali," kata Hana menatap kosong."Siapa namamu?" tanya Arjuna pura-pura tidak mengenal Hana."Hana," jawab Hana meneh ke arah Arjuna."Hana, mungkin ibu kamu tudak bermaksud membandingkan kamu dengan Arjuna, tapi karena dia kesal denganmu, ibu kamu berkata seperti itu," kata Arjuna dengan lembut."Benarkah?" tanya Hana tersenyum. Namun masih ada setitik kesedihan yang enggan menjauh dari hatinya."Aku yakin seperti itu, karena orang tuaku juga begitu," jawab Arjuna."Kalau begitu aku yang salah, aku harus minta ma'af sama," kata Hana. "Terima kasih ya, aku pulang dulu!" pamit Hana yang sudah tidak sabar untuk menemui ibunya dan meminta ma'af.Hana berdiri dari tempatnya. Namun, saat dia akan melangkah, kaki Hana masih belum kuat menahan beban tubuhnya hingga Hana terjatuh. Namun beruntung karena Arjuna segera menangkapnya hingga Hana tidak jatuh ke tanah.Mata mereka bertemu, ada rasa yang tidak bisa Arjuna ungkapkan dengan kata-kata. Arjuna merasakan jantungnya berdetak lebih cepat saat menatap wajah cantik gadis yang dia rindukan. Nafasnya memberat, Arjuna juga merasakan desiran aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya."Hati-hati," ucapnya dengan lembut. Arjuna kesusahan menelan salivanya saat wajah mereka semakin dekat."Iya, terima kasih sudah membantuku," kata Hana menegakkan tubuhnya dan mengambil tongkatnya."Sama-sama, Hana," balas Arjuna menatap kepergian Hana yang berjalan meninggalkannya."Harusnya aku yang minta maaf sama kamu, Han, karena aku, hubungan keluarga kamu jadi tidak baik," gumam Arjuna yang masih setia menatap Hana yang semakin menjauh darinya."Kang, sudah selesai kan, saya sudah boleh ambil gitar saya?" tanya seorang pria pemilik gitar itu."Eh, iya, maaf ya Mas, saya sampai lupa sama gitarnya. Ini gitarnya, dan ini bonus untuk mas yang sudah kasih pinjam gitar pada saya," ucap Arjuna menyerahkan lima lembar uang merah."Banyak sekali, Kang," kata pria itu tidak menyangka bisa mendapatkan rezeki sebanyak itu."Memang rezeki Mas segitu," balas Arjuna. "Saya pulang duluan ya Mas," pamit Arjuna sebelum meningalkan pria itu."Iya, hati-hati Kang, kalau besok mau pinjam lagi, saya akan kesini lagi," kata pria itu."Terima kasih Mas, besok.mas tunggu saya di tempat tadi saja, kalau dia kesini saya tinggal ambil gitar Mas, kalau Hana tidak kesini pun, saya akan bayar," kata Arjuna semakin menjauh."Siap Kang, terima kasih banyak," teriak pria itu.Setiap langkah, Arjuna mengingat lerkataan Hana. Arjuna menjadi semakin merasa bersalah saat mengingat apa yang Hana ceritakan padanya."Maafkan aku, Han, aku tidak menyangka jika pertemuan kita membuat lubang kecil di dalam hati kamu hingga menyebabkan luka," gumam Arjuna terus melangkahkan kakinya menuju ke villa milik kakeknya."Bu," panggil Hana menghampiri sang ibu yang berada di dapur. Ibu Hana menoleh dan tersenyum pada sang anak.Hana berjalan mendekati ibunya. "Hana minta maaf, Bu, maafkan Hana yang selalu membuat ibu marah, maafkan Hana yang tidak kernah memedulikan nasehat ibu," kata Hana menunduk malu."Kamu gak salah, Nak, kenapa harus minta maaf," balas ibu Hana mengusap puncak kepala sang anak."Hana salah, Bu, Hana belum bisa menjadi anak yang baik untuk ibu," kata Hana terisak.Ibu Hana tersenyum memeluk sang anak, "Kamu anak yang baik Hana, siapa yang bilang kamu anak tidak baik?" tanya ibu Hana mengusap punggung anaknya."Hana sendiri, karena Hana tidak pernah nurut sama ibu, Hana selalu bikin ibu marah," jawab Hana menenggelamkan wajahnya dalam dekapan sang ibu. "Kalau begitu, mulai saat ini kamu harus jadi anak yang patuh sama ibu," kata ibu Hana mengurai pelukannya. Hana mengangguk dengan senyum menatap.sang ibu yang juga tersenyum padanya. Di sisi lain, Arjuna yang sedang berada di dala
Saat ini, kaki Hana sudah sembuh seperti sedia kala. Dengan senyum merekah, Hana keluar dari kamarnya. Hana menghampiri sang ibu dan pamit keluar sebentar. Setelah pamit pada ibunya, Hana meninggalkan rumah menuju ke taman tempatnya bertemu dengan pria yang tidak dia kenal."Aku berharap dia datang ke sini!" gumam Hana duduk di kursi taman itu. Hana menatap sekitar berharap pria itu menghampirinya seperti waktu itu."Hay," panggil seseorang membuat wajah Hana berbinar. "Ha-" ucapan Hana terhenti saat dia melihat yang datang adalah Arjuna. Hana tersenyum pada Arjuna. Namun, Arjuna bisa melihat dengan jelas wajah kecewa Hana."Apa kamu sedang menunggu seseorang?" tanya Arjuna menghampiri Hana dan duduk di samping gadis itu. "Iya, tapi mungkin dia gak datang ke sini," jawab Hana dengan wajah sedihnya."Memangnya siapa yang kamu tunggu?" tanya Arjuna penasaran."Seseorang yang selalu membuatku rindu meski aku belum melihat wajahnya," jawab Hana tersenyum membayangkan pria yang menghibur
Ibu Hana duduk di teras depan menunggu sang anak pulang. Khawatir? Iya! Ibu Hana sangat mengkhawatirkan sang anak yang tidak kunjung pulang. Namun, tak lama kemudian senyum terukir dibibirnya saat melihat Hana pulang bersama Arjuna."Assalamualaikum, Bu," ucap mereka mengucapkan salam."Waalaikumsalam," jawab ibu Hana menghampiri mereka. Hana meraih tangan sang ibu dan menciumnya dengan takzim, begitu juga dengan Arjuna."Ibu cemas sekali, takut kamu kenapa - napa lagi," kata ibu Hana memeluk sang anak. Hana tersenyum bahagia mendengar pernyataan sang ibu yang begitu mengkhawatirkan dirinya. "Ibu jangan khawatir, Hana hanya main di dekat sini, Bu," jawab Hana tersenyum lembut. Ibu Hana mengangguk mendengar apa yang Hana katakan.Ibu Hana menoleh menatap Arjuna yang dari tadi hanya memperhatikan mereka. "Nak, terima kasih kamu selalu menemani Hana," ucap ibu Hana dengan senyum teduh."Sama-sama, Bu, jujur saya senang berteman dengan Hana karena dia sangat menyenangkan," kata Arjuna me
Hana tertawa setelah mendengar jawaban Arjuna. Arjuna mengerutkan dahinya saat melihat Hana yang tertawa terbahak."Juna, kalau kamu mau melulu itu yang bener dong! Kamu samain aku dengan bunga yang indah ini? Yang sudah jelas sangat cantik dan sangat indah, sedangkan aku ... -" kata Hanaq tidak melanjutkan ucapnnya, karena Arjuna pasti sudah tahu apa yang ingin dia katakan."Aku berkata jujur, Hana, secantik dan seindah apapun yang aku lihat, tidak ada yang seindah dan secantik Kamu, Hana," balas Arjuna jujur dari dalam hatinya. Namun, Hana sama sekali tidak mempercayainya."Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanya Hana menatap dalam wajah tampan yang selalu menghindari tatapannya."Karena ... karena aku menyukai kamu, Han," jawab Arjuna dengan jujur. Arjuna pasrah seandainya setelah mengungkapkan isi hatinya, Hanaakan membencinya dan tidak lagi mau bertemu dengannya."Apa itu cinta, Juna? Karena akupun tidak pernah merah merasakan yang namany
Setelah berbicara dengan sang kakek, Arjuna tak henti mengukir senyum. Arjuna begitu bahagia saat sang kakek berjanji akan membantunya mendapatkan restu dari Papa dan mamanya. Arjuna mesem - mesem jatuh cinta saat membayangkan dirinya dan Hana menyatu dalam ikatan suci. Sampai - sampai Arjuna lupa jika Hana belum te tu menerima dirinya. "Han, kita akan bersama untuk selamanya, aku akan selalu ada untuk kamu, Hana, aku janji aku tidak akan pernah berpaling dari kamu, apalagi meninggalkan kamu," gumam Arjuna. "Aku akan berusaha menjaga kamu dengan sepenuh jiwa dan ragaku, Hana, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti kamu, Hana, aku pastikan itu," gumannya lagi berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit sore yang begitu indah. "Ah, apa setiap orang yang sedang jatuh cinta seperti aku?" tanya Arjuna pada dirinya sendiri. "Baru beberapa jam aku jauh darinya ... Tapi rasa rindu ini tidak sanggup aku tahan. Jika melihat langit sore, rasa rin
Arjuna merenung di bawah gelapnya langit malam. Arjuna membayangkan masa kelam sang kakek. Sakit memang, Arjuna tidak memungkiri itu karena Arjuna bisa merasakannya saat Arjuna mendengar cerita sang kakek."Han, aku tidak akan pernah membiarkan kisah kakek terulang lagi, aku akan mempertahankan kamu apapun yang terjadi, walau orang tuaku tidak lagi menganggap aku sebagai seorang anak, karena aku akan lebih memilih kamu," gumam Arjuna, ada setitik rasa takut yang bersarang di dalam hatinya.Arjuna tidak bisa membayangkan jika dia jauh dari Hana. Dunia Arjuna pasti akan hancur, dari bayangannya saja Arjuna sudah bisa merasakan sesak yang teramat di dalam rongga dadanya.Arjuna menatap langit dengan perasaan gelisah. Awan pun bergerak gelisah seolah mengerti perasaan Arjuna saat ini. Angin begitu sejuk menerpa wajah Arjun. Namun entah mengapa kesejukan itu tidak mampu membuat hati Arjuna merasa tenang.Malam terus merangkak, udara di alam bebas s
Sebagai orang tua dari seorang anak perempuan yang begitu cantik, tentu saja membuat mereka waspada. Mereka tidak ingin anak perempuan mereka jatuh ketangan pria yang salah."Apa Hana menyukainya?" tanya ayah Hana dengan begitu serius."Sejauh ini, Ibu melihat Hana sama sekali tidak tertarik dengan Nak Arjuna," jawab ibu Hana sejauh yang dia tahu saat ini. "Bu, Yah, Hana izin ke taman sebentar, apa boleh?" tanya Hana dengan tatapan memohon."Tentu saja!" jawab sang ibu mengusap puncak kepala Hana.Hana berlari sambil mengucapkan terima kasih kada orang tuanya. Ayah dan ibu Hana menggeleng saat melihat tingkah sang anak yang tidak pernah berubah meski sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik."Dia tetap putri kecil kita," kata ayah Hana membuat keduanya tersenyum bahagia. Ayah Hana memeluk sang istri dan mencium puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang. "Ini adalah ucapan terima kasih ku padamu, istriku. Terima kasih karena kamu sudah memberikan aku seorang putri cantik
Keesokan harinya Arjuna kembali menemui Hana di rumahnya. Arjuna ingin meminta maaf untuk.yang terakhir kalinya, karena besok dia harus kembali ke kota. "Assalamualaikum, Bu," tanya Arjuna."Waalaikusalam," jawab ibu Hana. "Cari Hana ya! Mari masuk!" kata ibu Hana. Arjuna mengangguk dengan senyum sopan kemudian berjalan mengikuti ibu Hana masuk ke rumah. "Sebentar ibu panggilkan," pamit ibu Hana sebelum meningalkan ruangan itu. "Han," panggil ibu Hana mengetuk kamar anak gadisnya. "Iya, Bu," jawab Hana dari dalam kamar. Entah mengapa hari ini Hana begitu malas untuk keluar dari kamarnya. Hana merasa nyaman mengurung diri di dalam kamar. Namun, dengan terpaksa Hana membuka pintu kamarnya, Ia tidak ingin sang ibu mencemaskan dirinya. "Ada apa, Bu?" tanya Hana setelah membuka pintu dan melihat sang ibu masih berdiri di depan pintu. "Ada Nak Arjuna, dia mencari kamu," jawab ibu Hana. "Iya," balas Hana. Hana berjalan menuju ruangan dimana Arjuna berada, meskipun sebenarnya dia sang
"Ehem!" Ibu Hana berdehem saat melihat sang anak berdiam diri di teras belakang rumah."Ada apa sih, Bu?" tanya Hana menoleh ke arah sang ibu."Kamu kenapa?" tanya ibu Hana."Memangnya Hana kenapa, Bu?" kata Hana balik bertanya pada ibunya."Sepertinya Kamu sedih sekali, Hana?" tanya ibu Hana."Entahlah, Bu! Seperti ada sesuatu yang hilang hari ini," jawab Hana menatap kosong. "Apa kamu merindukan Arjuna?" tanya ibu Hana."Aku? Merindukan dia?" tanya Hana menunjuk dirinya."Iya, kamu pasti merindukan dia! Buktinya kamu jadi pendiam saat dia kembali ke kota," jawab ibu Hana."Apa sih, Bu? Hana hanya butuh teman saja! Bukan jatuh cinta," kata Hana tidak setuju dengan apa yang ibunya katakan."Han, mungkin untuk sekarang kamu bisa berkata seperti itu! Tapi nanti kamu akan menyadari perasaan kamu saat dia kembali," kata Ibu Hana."Apa sih, Bu? Sudah Hana bilang juga! Hana tidak mencintai Arjuna!" kata Hana."Terserah kamu! Tapi nanti saat kamu sudah menyadarinya, dan saat itu kamu akan s
Keesokan harinya Arjuna kembali menemui Hana di rumahnya. Arjuna ingin meminta maaf untuk.yang terakhir kalinya, karena besok dia harus kembali ke kota. "Assalamualaikum, Bu," tanya Arjuna."Waalaikusalam," jawab ibu Hana. "Cari Hana ya! Mari masuk!" kata ibu Hana. Arjuna mengangguk dengan senyum sopan kemudian berjalan mengikuti ibu Hana masuk ke rumah. "Sebentar ibu panggilkan," pamit ibu Hana sebelum meningalkan ruangan itu. "Han," panggil ibu Hana mengetuk kamar anak gadisnya. "Iya, Bu," jawab Hana dari dalam kamar. Entah mengapa hari ini Hana begitu malas untuk keluar dari kamarnya. Hana merasa nyaman mengurung diri di dalam kamar. Namun, dengan terpaksa Hana membuka pintu kamarnya, Ia tidak ingin sang ibu mencemaskan dirinya. "Ada apa, Bu?" tanya Hana setelah membuka pintu dan melihat sang ibu masih berdiri di depan pintu. "Ada Nak Arjuna, dia mencari kamu," jawab ibu Hana. "Iya," balas Hana. Hana berjalan menuju ruangan dimana Arjuna berada, meskipun sebenarnya dia sang
Sebagai orang tua dari seorang anak perempuan yang begitu cantik, tentu saja membuat mereka waspada. Mereka tidak ingin anak perempuan mereka jatuh ketangan pria yang salah."Apa Hana menyukainya?" tanya ayah Hana dengan begitu serius."Sejauh ini, Ibu melihat Hana sama sekali tidak tertarik dengan Nak Arjuna," jawab ibu Hana sejauh yang dia tahu saat ini. "Bu, Yah, Hana izin ke taman sebentar, apa boleh?" tanya Hana dengan tatapan memohon."Tentu saja!" jawab sang ibu mengusap puncak kepala Hana.Hana berlari sambil mengucapkan terima kasih kada orang tuanya. Ayah dan ibu Hana menggeleng saat melihat tingkah sang anak yang tidak pernah berubah meski sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik."Dia tetap putri kecil kita," kata ayah Hana membuat keduanya tersenyum bahagia. Ayah Hana memeluk sang istri dan mencium puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang. "Ini adalah ucapan terima kasih ku padamu, istriku. Terima kasih karena kamu sudah memberikan aku seorang putri cantik
Arjuna merenung di bawah gelapnya langit malam. Arjuna membayangkan masa kelam sang kakek. Sakit memang, Arjuna tidak memungkiri itu karena Arjuna bisa merasakannya saat Arjuna mendengar cerita sang kakek."Han, aku tidak akan pernah membiarkan kisah kakek terulang lagi, aku akan mempertahankan kamu apapun yang terjadi, walau orang tuaku tidak lagi menganggap aku sebagai seorang anak, karena aku akan lebih memilih kamu," gumam Arjuna, ada setitik rasa takut yang bersarang di dalam hatinya.Arjuna tidak bisa membayangkan jika dia jauh dari Hana. Dunia Arjuna pasti akan hancur, dari bayangannya saja Arjuna sudah bisa merasakan sesak yang teramat di dalam rongga dadanya.Arjuna menatap langit dengan perasaan gelisah. Awan pun bergerak gelisah seolah mengerti perasaan Arjuna saat ini. Angin begitu sejuk menerpa wajah Arjun. Namun entah mengapa kesejukan itu tidak mampu membuat hati Arjuna merasa tenang.Malam terus merangkak, udara di alam bebas s
Setelah berbicara dengan sang kakek, Arjuna tak henti mengukir senyum. Arjuna begitu bahagia saat sang kakek berjanji akan membantunya mendapatkan restu dari Papa dan mamanya. Arjuna mesem - mesem jatuh cinta saat membayangkan dirinya dan Hana menyatu dalam ikatan suci. Sampai - sampai Arjuna lupa jika Hana belum te tu menerima dirinya. "Han, kita akan bersama untuk selamanya, aku akan selalu ada untuk kamu, Hana, aku janji aku tidak akan pernah berpaling dari kamu, apalagi meninggalkan kamu," gumam Arjuna. "Aku akan berusaha menjaga kamu dengan sepenuh jiwa dan ragaku, Hana, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti kamu, Hana, aku pastikan itu," gumannya lagi berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit sore yang begitu indah. "Ah, apa setiap orang yang sedang jatuh cinta seperti aku?" tanya Arjuna pada dirinya sendiri. "Baru beberapa jam aku jauh darinya ... Tapi rasa rindu ini tidak sanggup aku tahan. Jika melihat langit sore, rasa rin
Hana tertawa setelah mendengar jawaban Arjuna. Arjuna mengerutkan dahinya saat melihat Hana yang tertawa terbahak."Juna, kalau kamu mau melulu itu yang bener dong! Kamu samain aku dengan bunga yang indah ini? Yang sudah jelas sangat cantik dan sangat indah, sedangkan aku ... -" kata Hanaq tidak melanjutkan ucapnnya, karena Arjuna pasti sudah tahu apa yang ingin dia katakan."Aku berkata jujur, Hana, secantik dan seindah apapun yang aku lihat, tidak ada yang seindah dan secantik Kamu, Hana," balas Arjuna jujur dari dalam hatinya. Namun, Hana sama sekali tidak mempercayainya."Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanya Hana menatap dalam wajah tampan yang selalu menghindari tatapannya."Karena ... karena aku menyukai kamu, Han," jawab Arjuna dengan jujur. Arjuna pasrah seandainya setelah mengungkapkan isi hatinya, Hanaakan membencinya dan tidak lagi mau bertemu dengannya."Apa itu cinta, Juna? Karena akupun tidak pernah merah merasakan yang namany
Ibu Hana duduk di teras depan menunggu sang anak pulang. Khawatir? Iya! Ibu Hana sangat mengkhawatirkan sang anak yang tidak kunjung pulang. Namun, tak lama kemudian senyum terukir dibibirnya saat melihat Hana pulang bersama Arjuna."Assalamualaikum, Bu," ucap mereka mengucapkan salam."Waalaikumsalam," jawab ibu Hana menghampiri mereka. Hana meraih tangan sang ibu dan menciumnya dengan takzim, begitu juga dengan Arjuna."Ibu cemas sekali, takut kamu kenapa - napa lagi," kata ibu Hana memeluk sang anak. Hana tersenyum bahagia mendengar pernyataan sang ibu yang begitu mengkhawatirkan dirinya. "Ibu jangan khawatir, Hana hanya main di dekat sini, Bu," jawab Hana tersenyum lembut. Ibu Hana mengangguk mendengar apa yang Hana katakan.Ibu Hana menoleh menatap Arjuna yang dari tadi hanya memperhatikan mereka. "Nak, terima kasih kamu selalu menemani Hana," ucap ibu Hana dengan senyum teduh."Sama-sama, Bu, jujur saya senang berteman dengan Hana karena dia sangat menyenangkan," kata Arjuna me
Saat ini, kaki Hana sudah sembuh seperti sedia kala. Dengan senyum merekah, Hana keluar dari kamarnya. Hana menghampiri sang ibu dan pamit keluar sebentar. Setelah pamit pada ibunya, Hana meninggalkan rumah menuju ke taman tempatnya bertemu dengan pria yang tidak dia kenal."Aku berharap dia datang ke sini!" gumam Hana duduk di kursi taman itu. Hana menatap sekitar berharap pria itu menghampirinya seperti waktu itu."Hay," panggil seseorang membuat wajah Hana berbinar. "Ha-" ucapan Hana terhenti saat dia melihat yang datang adalah Arjuna. Hana tersenyum pada Arjuna. Namun, Arjuna bisa melihat dengan jelas wajah kecewa Hana."Apa kamu sedang menunggu seseorang?" tanya Arjuna menghampiri Hana dan duduk di samping gadis itu. "Iya, tapi mungkin dia gak datang ke sini," jawab Hana dengan wajah sedihnya."Memangnya siapa yang kamu tunggu?" tanya Arjuna penasaran."Seseorang yang selalu membuatku rindu meski aku belum melihat wajahnya," jawab Hana tersenyum membayangkan pria yang menghibur
"Bu," panggil Hana menghampiri sang ibu yang berada di dapur. Ibu Hana menoleh dan tersenyum pada sang anak.Hana berjalan mendekati ibunya. "Hana minta maaf, Bu, maafkan Hana yang selalu membuat ibu marah, maafkan Hana yang tidak kernah memedulikan nasehat ibu," kata Hana menunduk malu."Kamu gak salah, Nak, kenapa harus minta maaf," balas ibu Hana mengusap puncak kepala sang anak."Hana salah, Bu, Hana belum bisa menjadi anak yang baik untuk ibu," kata Hana terisak.Ibu Hana tersenyum memeluk sang anak, "Kamu anak yang baik Hana, siapa yang bilang kamu anak tidak baik?" tanya ibu Hana mengusap punggung anaknya."Hana sendiri, karena Hana tidak pernah nurut sama ibu, Hana selalu bikin ibu marah," jawab Hana menenggelamkan wajahnya dalam dekapan sang ibu. "Kalau begitu, mulai saat ini kamu harus jadi anak yang patuh sama ibu," kata ibu Hana mengurai pelukannya. Hana mengangguk dengan senyum menatap.sang ibu yang juga tersenyum padanya. Di sisi lain, Arjuna yang sedang berada di dala