Setelah ibu Hana kembali, Arjuna pamit pulang. Arjuna tidak ingin membuat Hana semakin tidak nyaman karena kehadirannya. Hana pun hanya diam tidak saat Arjuna pergi meninggalkan rumahnya.
Hari telah berganti, langit jingga kini berangsur-angsur mulia gelap. Di dalam kamar, Hana berbaring menatap langit-langit kamarnya. "Apa aku sangat keterlaluan padanya?" tanya Hana pada dirinya sendiri.Hana mengingat pertama kali dia bertemu Arjuna. Pria itu begitu sabar menghadipi sikapnya yang menyebalkan, tapi entah mengapa kesabaran pria itu membuat Hana semakin bencinya."Han," panggil ibu Hana masuk ke kamar sang anak. Ibu Hana menghampiri Hana yang berbaring di atas ranjangnya."Ada apa, Bu?" tanya Hana saat sang ibu sudah duduk di ranjangnya."Seharusnya kamu tidak bersikap seperti itu pada nak Arjuna, Hana," kata ibu Hana menatap sendu. "Kamu harus menghargainya, Hana, karena biar bagaimanapun dia sudah menolong kamu," katanya lagi."Bela saja dia terus, Bu! Sebenarnyayang anak ibu itu Hana apa Arjuna?" tanya Hana semakin kesal pada ibunya."Bukan begitu, Nak, ibu juga tidak ingin membelanya jika dia salah, tapidia tidak salah dan ibu merasa kasihan pada nak Arjuna karena kamu terlalu kasar padanya," kata ibu Hana berusaha menyingkirkan pikiran negatif Hana terhadapnya."Hana mohon jangan bahas dia lagi, Bu, Hana tidak ingin mendengar namanya lagi!" kata Hana dengan penekanan."Han," panggil ibu Hana tidak ingin sang anak salah paham."Sudahlah, Bu, tinggalkan Hana, Hana hanya butuh waktu untuk sendiri!" pinta Hana yang tidak ingin lagi berdebat dengan ibunya hanya karena Arjuna.Ibu Hana pasrah, dia tidak tahu lagi harus bagaimana menjelaskan pada sang anak yang memang sangat keras kepala. Ibu Hana keluar dari kamar Hana, membiarkan sang anak merenung seorang diri.Disisi lain, Arjuna berdiri di balkon kamarnya. Arjuna menatap langit malam yang begitu gelap tanpa ada satu bintang pun yang terlihat. Bibir Arjuna mengukir senyum saat mengingat pertama kali dia bertemu Hana."Dasar, gadis menyebalkan," gumam Arjuna tersenyum sendiri. "Tapi kenapa aku selalu ingin berada didekat kamu, Han," kata Arjuna menahan kerinduan yang perlahan menusuk ke dalam kalbunya."Aku merindukan kamu, Han! Tapi apa mungkin? kamu begitu membenciku ... dan aku juga sudah berjanji tidak akan pernah menemui kamu lagi," kata Arjuna tak kuasa menahan kesedihan akan kerinduan yang dia rasakan.Udara malam semakin dingin menerpa wajah tampan Arjuna. Namun, Arjuna enggan masuk ke kamarnya. Arjuna masih setia menatap langit gelap, segelap hatinya kerena cinta yang tidak terbalaskan."Seperti ini kah rasanya jika cinta kita tidak terbalaskan. Sakit sekali!" gumam Arjuna memegang dadanya yang berdenyut nyeri."Tapi ... Apa aku memang mencintainya? atau hanya perasaan ... Ah entahlah! kenapa rasanya seperti ini?" Arjuna sendiri merasa bingung dengan apa yang dia rasakan saat ini, karena sebelumnya Arjuna belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta.Udara semakin dingin menusuk kulit hingga terasa hingga ke tulang. Arjuna merapatkan jaketnya dan berjalan masuk ke kamarnya karena malam sudah semakin larut.Di dalam kamar pun Arjuna tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya terus melayang memikirkan gadis menyebalkan yang membuatnya merasakan kerinduan yang teramat sangat.Malam telah berlalu, suara kicau burung membangunkan Arjuna dari tidurnya. Arjuna mengerjabkan mata yang masih terasa berat karena memang dia baru saja berkelana ke alam mimpi. Arjuna duduk bersandarkan headbord ranjang sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Arjuna bangkit dari ranjang meski masih dalam keadaan setengah sadar. Arjuna berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.Di tempat lain, Hana duduk di taman yang berada tidak jauh dari rumahnya. Hana termenung, terlihat jelas sekali jika dia sedang bersedih.Ibu Hana memperhatikan sang anak dari kejauhan. Sedih! sudah pasti ibu Hana sangat sedih saat melihat sang anak yang dulu ceria kini menjadi lebih pendiam, bahkan Hana enggan berbicara padanya."Kak," panggil seorang anak kecil berjalan menghampiri Hana."Hana menoleh dan tersenyum pada anak itu, "Iya," jawab Hana dengan lembut."Ini ada coklat untuk kakak," kata anak itu menyerahkan sebatang coklat pada Hana."Kamu baik sekali, terima kasih, ya," kata Hana mengambil coklat itu dari tangan anak itu."Sama-sama, Kak, tapi kata yang kasih coklat ini, kakak jangan sedih lagi, kalau kakak sedih cantiknya nanti hilang," kata anak itu dengan polosnya."Kakak? kakak yang mana?" tanya Hana mengedarkan pandangannya."Itu rahasia kak, pokoknya, kakak harus makan coklat ini dan jangan bersedih lagi!" jawab anak kecil itu."Pasti kakak akan makan coklat ini, tapi kakak ingin tahu kakak mana yang kamu maksud?" tanya Hana berharap anak kecil itu memberitahunya."Itu rahasia, kak, suatu saat nanti kakak akan tahu," jawab anak kecil itu kemudian berlari meninggalakan tempat itu."Kakak? rahasia? siapa sebenarnya orang yang memberikan coklat ini?"Arjuna melihat coklat yang anak kecil itu berikan padanya. Hana hanya menatapnya enggan membuka apalagi memakannya."Aku tidak akan memakan coklat ini sebelum aku tahu siapa yang memberi coklat ini untuk aku," kata Hana memasukan coklat itu ke dalam saku hoodie yang dia kenakan."Kenapa kamu tidak memakannya Hana," gumam Arjuna di balik semak yang tidak jauh dari tempat Hana berada.Arjuna tahu jika Hana sedih, karena itu Arjuna sengaja membawa coklat pada Hana. Karena Hana menolak untuk bertemu dengannya. Arjuna meminta tolong pada anak kecil yang sedang bermain di sekitar taman itu untuk menyerahkan coklat itu pada Hana. Melihat wajah Hana yang masih tampak sedih, Arjuna memakai masker dan berjalan menghampiri Hana dengan membawa gitar yang dia pinjam dari seorang pemuda."Hay, boleh duduk disini, gak?" tanya Arjuna dengan suaratang dia buat berbeda agar Hana tidak mengenalinya."Silahkan!" jawab Hana tersenyum walau hanya sekilas.Arjuna menoleh ke arah Hana yang kembali terdiam d
"Bu," panggil Hana menghampiri sang ibu yang berada di dapur. Ibu Hana menoleh dan tersenyum pada sang anak.Hana berjalan mendekati ibunya. "Hana minta maaf, Bu, maafkan Hana yang selalu membuat ibu marah, maafkan Hana yang tidak kernah memedulikan nasehat ibu," kata Hana menunduk malu."Kamu gak salah, Nak, kenapa harus minta maaf," balas ibu Hana mengusap puncak kepala sang anak."Hana salah, Bu, Hana belum bisa menjadi anak yang baik untuk ibu," kata Hana terisak.Ibu Hana tersenyum memeluk sang anak, "Kamu anak yang baik Hana, siapa yang bilang kamu anak tidak baik?" tanya ibu Hana mengusap punggung anaknya."Hana sendiri, karena Hana tidak pernah nurut sama ibu, Hana selalu bikin ibu marah," jawab Hana menenggelamkan wajahnya dalam dekapan sang ibu. "Kalau begitu, mulai saat ini kamu harus jadi anak yang patuh sama ibu," kata ibu Hana mengurai pelukannya. Hana mengangguk dengan senyum menatap.sang ibu yang juga tersenyum padanya. Di sisi lain, Arjuna yang sedang berada di dala
Saat ini, kaki Hana sudah sembuh seperti sedia kala. Dengan senyum merekah, Hana keluar dari kamarnya. Hana menghampiri sang ibu dan pamit keluar sebentar. Setelah pamit pada ibunya, Hana meninggalkan rumah menuju ke taman tempatnya bertemu dengan pria yang tidak dia kenal."Aku berharap dia datang ke sini!" gumam Hana duduk di kursi taman itu. Hana menatap sekitar berharap pria itu menghampirinya seperti waktu itu."Hay," panggil seseorang membuat wajah Hana berbinar. "Ha-" ucapan Hana terhenti saat dia melihat yang datang adalah Arjuna. Hana tersenyum pada Arjuna. Namun, Arjuna bisa melihat dengan jelas wajah kecewa Hana."Apa kamu sedang menunggu seseorang?" tanya Arjuna menghampiri Hana dan duduk di samping gadis itu. "Iya, tapi mungkin dia gak datang ke sini," jawab Hana dengan wajah sedihnya."Memangnya siapa yang kamu tunggu?" tanya Arjuna penasaran."Seseorang yang selalu membuatku rindu meski aku belum melihat wajahnya," jawab Hana tersenyum membayangkan pria yang menghibur
Ibu Hana duduk di teras depan menunggu sang anak pulang. Khawatir? Iya! Ibu Hana sangat mengkhawatirkan sang anak yang tidak kunjung pulang. Namun, tak lama kemudian senyum terukir dibibirnya saat melihat Hana pulang bersama Arjuna."Assalamualaikum, Bu," ucap mereka mengucapkan salam."Waalaikumsalam," jawab ibu Hana menghampiri mereka. Hana meraih tangan sang ibu dan menciumnya dengan takzim, begitu juga dengan Arjuna."Ibu cemas sekali, takut kamu kenapa - napa lagi," kata ibu Hana memeluk sang anak. Hana tersenyum bahagia mendengar pernyataan sang ibu yang begitu mengkhawatirkan dirinya. "Ibu jangan khawatir, Hana hanya main di dekat sini, Bu," jawab Hana tersenyum lembut. Ibu Hana mengangguk mendengar apa yang Hana katakan.Ibu Hana menoleh menatap Arjuna yang dari tadi hanya memperhatikan mereka. "Nak, terima kasih kamu selalu menemani Hana," ucap ibu Hana dengan senyum teduh."Sama-sama, Bu, jujur saya senang berteman dengan Hana karena dia sangat menyenangkan," kata Arjuna me
Hana tertawa setelah mendengar jawaban Arjuna. Arjuna mengerutkan dahinya saat melihat Hana yang tertawa terbahak."Juna, kalau kamu mau melulu itu yang bener dong! Kamu samain aku dengan bunga yang indah ini? Yang sudah jelas sangat cantik dan sangat indah, sedangkan aku ... -" kata Hanaq tidak melanjutkan ucapnnya, karena Arjuna pasti sudah tahu apa yang ingin dia katakan."Aku berkata jujur, Hana, secantik dan seindah apapun yang aku lihat, tidak ada yang seindah dan secantik Kamu, Hana," balas Arjuna jujur dari dalam hatinya. Namun, Hana sama sekali tidak mempercayainya."Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanya Hana menatap dalam wajah tampan yang selalu menghindari tatapannya."Karena ... karena aku menyukai kamu, Han," jawab Arjuna dengan jujur. Arjuna pasrah seandainya setelah mengungkapkan isi hatinya, Hanaakan membencinya dan tidak lagi mau bertemu dengannya."Apa itu cinta, Juna? Karena akupun tidak pernah merah merasakan yang namany
Setelah berbicara dengan sang kakek, Arjuna tak henti mengukir senyum. Arjuna begitu bahagia saat sang kakek berjanji akan membantunya mendapatkan restu dari Papa dan mamanya. Arjuna mesem - mesem jatuh cinta saat membayangkan dirinya dan Hana menyatu dalam ikatan suci. Sampai - sampai Arjuna lupa jika Hana belum te tu menerima dirinya. "Han, kita akan bersama untuk selamanya, aku akan selalu ada untuk kamu, Hana, aku janji aku tidak akan pernah berpaling dari kamu, apalagi meninggalkan kamu," gumam Arjuna. "Aku akan berusaha menjaga kamu dengan sepenuh jiwa dan ragaku, Hana, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti kamu, Hana, aku pastikan itu," gumannya lagi berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit sore yang begitu indah. "Ah, apa setiap orang yang sedang jatuh cinta seperti aku?" tanya Arjuna pada dirinya sendiri. "Baru beberapa jam aku jauh darinya ... Tapi rasa rindu ini tidak sanggup aku tahan. Jika melihat langit sore, rasa rin
Arjuna merenung di bawah gelapnya langit malam. Arjuna membayangkan masa kelam sang kakek. Sakit memang, Arjuna tidak memungkiri itu karena Arjuna bisa merasakannya saat Arjuna mendengar cerita sang kakek."Han, aku tidak akan pernah membiarkan kisah kakek terulang lagi, aku akan mempertahankan kamu apapun yang terjadi, walau orang tuaku tidak lagi menganggap aku sebagai seorang anak, karena aku akan lebih memilih kamu," gumam Arjuna, ada setitik rasa takut yang bersarang di dalam hatinya.Arjuna tidak bisa membayangkan jika dia jauh dari Hana. Dunia Arjuna pasti akan hancur, dari bayangannya saja Arjuna sudah bisa merasakan sesak yang teramat di dalam rongga dadanya.Arjuna menatap langit dengan perasaan gelisah. Awan pun bergerak gelisah seolah mengerti perasaan Arjuna saat ini. Angin begitu sejuk menerpa wajah Arjun. Namun entah mengapa kesejukan itu tidak mampu membuat hati Arjuna merasa tenang.Malam terus merangkak, udara di alam bebas s
Sebagai orang tua dari seorang anak perempuan yang begitu cantik, tentu saja membuat mereka waspada. Mereka tidak ingin anak perempuan mereka jatuh ketangan pria yang salah."Apa Hana menyukainya?" tanya ayah Hana dengan begitu serius."Sejauh ini, Ibu melihat Hana sama sekali tidak tertarik dengan Nak Arjuna," jawab ibu Hana sejauh yang dia tahu saat ini. "Bu, Yah, Hana izin ke taman sebentar, apa boleh?" tanya Hana dengan tatapan memohon."Tentu saja!" jawab sang ibu mengusap puncak kepala Hana.Hana berlari sambil mengucapkan terima kasih kada orang tuanya. Ayah dan ibu Hana menggeleng saat melihat tingkah sang anak yang tidak pernah berubah meski sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik."Dia tetap putri kecil kita," kata ayah Hana membuat keduanya tersenyum bahagia. Ayah Hana memeluk sang istri dan mencium puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang. "Ini adalah ucapan terima kasih ku padamu, istriku. Terima kasih karena kamu sudah memberikan aku seorang putri cantik
"Ehem!" Ibu Hana berdehem saat melihat sang anak berdiam diri di teras belakang rumah."Ada apa sih, Bu?" tanya Hana menoleh ke arah sang ibu."Kamu kenapa?" tanya ibu Hana."Memangnya Hana kenapa, Bu?" kata Hana balik bertanya pada ibunya."Sepertinya Kamu sedih sekali, Hana?" tanya ibu Hana."Entahlah, Bu! Seperti ada sesuatu yang hilang hari ini," jawab Hana menatap kosong. "Apa kamu merindukan Arjuna?" tanya ibu Hana."Aku? Merindukan dia?" tanya Hana menunjuk dirinya."Iya, kamu pasti merindukan dia! Buktinya kamu jadi pendiam saat dia kembali ke kota," jawab ibu Hana."Apa sih, Bu? Hana hanya butuh teman saja! Bukan jatuh cinta," kata Hana tidak setuju dengan apa yang ibunya katakan."Han, mungkin untuk sekarang kamu bisa berkata seperti itu! Tapi nanti kamu akan menyadari perasaan kamu saat dia kembali," kata Ibu Hana."Apa sih, Bu? Sudah Hana bilang juga! Hana tidak mencintai Arjuna!" kata Hana."Terserah kamu! Tapi nanti saat kamu sudah menyadarinya, dan saat itu kamu akan s
Keesokan harinya Arjuna kembali menemui Hana di rumahnya. Arjuna ingin meminta maaf untuk.yang terakhir kalinya, karena besok dia harus kembali ke kota. "Assalamualaikum, Bu," tanya Arjuna."Waalaikusalam," jawab ibu Hana. "Cari Hana ya! Mari masuk!" kata ibu Hana. Arjuna mengangguk dengan senyum sopan kemudian berjalan mengikuti ibu Hana masuk ke rumah. "Sebentar ibu panggilkan," pamit ibu Hana sebelum meningalkan ruangan itu. "Han," panggil ibu Hana mengetuk kamar anak gadisnya. "Iya, Bu," jawab Hana dari dalam kamar. Entah mengapa hari ini Hana begitu malas untuk keluar dari kamarnya. Hana merasa nyaman mengurung diri di dalam kamar. Namun, dengan terpaksa Hana membuka pintu kamarnya, Ia tidak ingin sang ibu mencemaskan dirinya. "Ada apa, Bu?" tanya Hana setelah membuka pintu dan melihat sang ibu masih berdiri di depan pintu. "Ada Nak Arjuna, dia mencari kamu," jawab ibu Hana. "Iya," balas Hana. Hana berjalan menuju ruangan dimana Arjuna berada, meskipun sebenarnya dia sang
Sebagai orang tua dari seorang anak perempuan yang begitu cantik, tentu saja membuat mereka waspada. Mereka tidak ingin anak perempuan mereka jatuh ketangan pria yang salah."Apa Hana menyukainya?" tanya ayah Hana dengan begitu serius."Sejauh ini, Ibu melihat Hana sama sekali tidak tertarik dengan Nak Arjuna," jawab ibu Hana sejauh yang dia tahu saat ini. "Bu, Yah, Hana izin ke taman sebentar, apa boleh?" tanya Hana dengan tatapan memohon."Tentu saja!" jawab sang ibu mengusap puncak kepala Hana.Hana berlari sambil mengucapkan terima kasih kada orang tuanya. Ayah dan ibu Hana menggeleng saat melihat tingkah sang anak yang tidak pernah berubah meski sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik."Dia tetap putri kecil kita," kata ayah Hana membuat keduanya tersenyum bahagia. Ayah Hana memeluk sang istri dan mencium puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang. "Ini adalah ucapan terima kasih ku padamu, istriku. Terima kasih karena kamu sudah memberikan aku seorang putri cantik
Arjuna merenung di bawah gelapnya langit malam. Arjuna membayangkan masa kelam sang kakek. Sakit memang, Arjuna tidak memungkiri itu karena Arjuna bisa merasakannya saat Arjuna mendengar cerita sang kakek."Han, aku tidak akan pernah membiarkan kisah kakek terulang lagi, aku akan mempertahankan kamu apapun yang terjadi, walau orang tuaku tidak lagi menganggap aku sebagai seorang anak, karena aku akan lebih memilih kamu," gumam Arjuna, ada setitik rasa takut yang bersarang di dalam hatinya.Arjuna tidak bisa membayangkan jika dia jauh dari Hana. Dunia Arjuna pasti akan hancur, dari bayangannya saja Arjuna sudah bisa merasakan sesak yang teramat di dalam rongga dadanya.Arjuna menatap langit dengan perasaan gelisah. Awan pun bergerak gelisah seolah mengerti perasaan Arjuna saat ini. Angin begitu sejuk menerpa wajah Arjun. Namun entah mengapa kesejukan itu tidak mampu membuat hati Arjuna merasa tenang.Malam terus merangkak, udara di alam bebas s
Setelah berbicara dengan sang kakek, Arjuna tak henti mengukir senyum. Arjuna begitu bahagia saat sang kakek berjanji akan membantunya mendapatkan restu dari Papa dan mamanya. Arjuna mesem - mesem jatuh cinta saat membayangkan dirinya dan Hana menyatu dalam ikatan suci. Sampai - sampai Arjuna lupa jika Hana belum te tu menerima dirinya. "Han, kita akan bersama untuk selamanya, aku akan selalu ada untuk kamu, Hana, aku janji aku tidak akan pernah berpaling dari kamu, apalagi meninggalkan kamu," gumam Arjuna. "Aku akan berusaha menjaga kamu dengan sepenuh jiwa dan ragaku, Hana, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti kamu, Hana, aku pastikan itu," gumannya lagi berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit sore yang begitu indah. "Ah, apa setiap orang yang sedang jatuh cinta seperti aku?" tanya Arjuna pada dirinya sendiri. "Baru beberapa jam aku jauh darinya ... Tapi rasa rindu ini tidak sanggup aku tahan. Jika melihat langit sore, rasa rin
Hana tertawa setelah mendengar jawaban Arjuna. Arjuna mengerutkan dahinya saat melihat Hana yang tertawa terbahak."Juna, kalau kamu mau melulu itu yang bener dong! Kamu samain aku dengan bunga yang indah ini? Yang sudah jelas sangat cantik dan sangat indah, sedangkan aku ... -" kata Hanaq tidak melanjutkan ucapnnya, karena Arjuna pasti sudah tahu apa yang ingin dia katakan."Aku berkata jujur, Hana, secantik dan seindah apapun yang aku lihat, tidak ada yang seindah dan secantik Kamu, Hana," balas Arjuna jujur dari dalam hatinya. Namun, Hana sama sekali tidak mempercayainya."Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanya Hana menatap dalam wajah tampan yang selalu menghindari tatapannya."Karena ... karena aku menyukai kamu, Han," jawab Arjuna dengan jujur. Arjuna pasrah seandainya setelah mengungkapkan isi hatinya, Hanaakan membencinya dan tidak lagi mau bertemu dengannya."Apa itu cinta, Juna? Karena akupun tidak pernah merah merasakan yang namany
Ibu Hana duduk di teras depan menunggu sang anak pulang. Khawatir? Iya! Ibu Hana sangat mengkhawatirkan sang anak yang tidak kunjung pulang. Namun, tak lama kemudian senyum terukir dibibirnya saat melihat Hana pulang bersama Arjuna."Assalamualaikum, Bu," ucap mereka mengucapkan salam."Waalaikumsalam," jawab ibu Hana menghampiri mereka. Hana meraih tangan sang ibu dan menciumnya dengan takzim, begitu juga dengan Arjuna."Ibu cemas sekali, takut kamu kenapa - napa lagi," kata ibu Hana memeluk sang anak. Hana tersenyum bahagia mendengar pernyataan sang ibu yang begitu mengkhawatirkan dirinya. "Ibu jangan khawatir, Hana hanya main di dekat sini, Bu," jawab Hana tersenyum lembut. Ibu Hana mengangguk mendengar apa yang Hana katakan.Ibu Hana menoleh menatap Arjuna yang dari tadi hanya memperhatikan mereka. "Nak, terima kasih kamu selalu menemani Hana," ucap ibu Hana dengan senyum teduh."Sama-sama, Bu, jujur saya senang berteman dengan Hana karena dia sangat menyenangkan," kata Arjuna me
Saat ini, kaki Hana sudah sembuh seperti sedia kala. Dengan senyum merekah, Hana keluar dari kamarnya. Hana menghampiri sang ibu dan pamit keluar sebentar. Setelah pamit pada ibunya, Hana meninggalkan rumah menuju ke taman tempatnya bertemu dengan pria yang tidak dia kenal."Aku berharap dia datang ke sini!" gumam Hana duduk di kursi taman itu. Hana menatap sekitar berharap pria itu menghampirinya seperti waktu itu."Hay," panggil seseorang membuat wajah Hana berbinar. "Ha-" ucapan Hana terhenti saat dia melihat yang datang adalah Arjuna. Hana tersenyum pada Arjuna. Namun, Arjuna bisa melihat dengan jelas wajah kecewa Hana."Apa kamu sedang menunggu seseorang?" tanya Arjuna menghampiri Hana dan duduk di samping gadis itu. "Iya, tapi mungkin dia gak datang ke sini," jawab Hana dengan wajah sedihnya."Memangnya siapa yang kamu tunggu?" tanya Arjuna penasaran."Seseorang yang selalu membuatku rindu meski aku belum melihat wajahnya," jawab Hana tersenyum membayangkan pria yang menghibur
"Bu," panggil Hana menghampiri sang ibu yang berada di dapur. Ibu Hana menoleh dan tersenyum pada sang anak.Hana berjalan mendekati ibunya. "Hana minta maaf, Bu, maafkan Hana yang selalu membuat ibu marah, maafkan Hana yang tidak kernah memedulikan nasehat ibu," kata Hana menunduk malu."Kamu gak salah, Nak, kenapa harus minta maaf," balas ibu Hana mengusap puncak kepala sang anak."Hana salah, Bu, Hana belum bisa menjadi anak yang baik untuk ibu," kata Hana terisak.Ibu Hana tersenyum memeluk sang anak, "Kamu anak yang baik Hana, siapa yang bilang kamu anak tidak baik?" tanya ibu Hana mengusap punggung anaknya."Hana sendiri, karena Hana tidak pernah nurut sama ibu, Hana selalu bikin ibu marah," jawab Hana menenggelamkan wajahnya dalam dekapan sang ibu. "Kalau begitu, mulai saat ini kamu harus jadi anak yang patuh sama ibu," kata ibu Hana mengurai pelukannya. Hana mengangguk dengan senyum menatap.sang ibu yang juga tersenyum padanya. Di sisi lain, Arjuna yang sedang berada di dala