Share

Sendiri

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 13:42:14

Jihan termangu sejenak, seakan tidak percaya pada apa yang ada di hadapannya. Livia berdiri di depannya dengan wajah yang terlihat lelah dan penuh kesedihan.

"Kenapa ke sini?" Jihan bertanya. Ada nada tidak senang dalam suaranya.

“Ma, izinkan aku masuk dulu. Nanti akan kuceritakan," pinta Livia begitu penuh harap.

Meski dengan berat hati Jihan tetap mengizinkan Livia masuk. Setelah duduk di sofa ruang tamu Livia mulai bercerita.

"Aku dan Rajendra sedang ada masalah, Ma. Aku nggak tahu lagi harus pergi ke mana. Jadi tolong izinkan aku tinggal sementara di sini."

Jihan menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Sorot matanya menajam saat ia menatap Livia yang duduk dengan wajah penuh keputusasaan.

“Kenapa kamu sebodoh itu, Livia?" Suara Jihan meningkat drastis. "Apa kamu nggak berpikir dari mana kita mendapat uang kalau bukan dari Rajendra? Kamu lupa kalau Mama sakit? Atau kamu ingin Mama mati? Begitu kan yang kamu inginkan?"

Livia terdiam mendengar kemarahan ibunya. Ia tidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yulrong
udah ceritain aja ama langit jujur ama langit pasti langit akan bantu kamu biar nysel tu laki yg egois
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Mending Livia cari kos-kosan. Gak perlu peduliin penyakit ibu tirinya yang perlu biaya untuk pengobatan. Hidup sendiri aja. Aku yakin kok mereka yang bakal ketar ketir kalo kamu pergi. Dan saat itu mereka akan sadar kalo mereka udah ketergantungan sama kamu. Ayo Liv, kamu bisa, kamu kuat, kamu beran
goodnovel comment avatar
Debora Susana
Livia kmu bisa kok sendiri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Galau

    Livia merebahkan tubuhnya ke ranjang. Ia ingin tidur sekarang mengistirahatkan badan dan pikirannya. Ketika ia hendak memejamkan mata pintu kamarnya diketuk bersamaan dengan suara Jihan."Livia, buka pintunya!"Dengan enggan Livia bangun lalu berjalan ke arah pintu. Tampak Jihan sedang membawa nampan berisi sepiring nasi dan gelas air putih."Kamu pasti lapar, ayo makan dulu.""Aku nggak selera, Ma," jawab Livia menolak."Ayolah, Livia, Mama sudah susah payah menyiapkannya untukmu. Hargai Mama sedikit."Livia terpaksa menerima nampan tersebut. "Makasih, Ma.""Hm." Jihan menggumam pelan kemudian meninggalkan kamar Livia.Livia menutup pintu. Diletakkannya nampan di atas meja. Ia benar-benar kehilangan selera makan. Yang dilakukannya hanya meneguk air putih di gelas sampai tandas kemudian kembali ke tempat tidur.***Belum sampai sehari Livia pergi tapi Rajendra sudah seperti cacing kepanasan. Biasanya Livialah yang mengurus segalanya. Mulai dari pakaian sampai makanan. Rajendra pikir h

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Akulah Rumahmu

    Jihan.Untuk apa mertuanya itu menelepon? Mau minta uang lagi?Namun sesaat kemudian ia teringat pada Livia. Bisa saja panggilan dari Jihan untuk membicarakan mengenai Livia kan? Atau jangan-jangan saat ini Livia memang sedang berada di rumah Jihan.Demi menjawab rasa penasarannya Rajendra terpaksa menjawab panggilan dari orang yang sebenarnya ia malas bicara dengannya."Halo," suaranya datar."Rajendra?""Ya.""Ini Tante Jihan. Tante hanya ingin memberitahu bahwa Livia ada di sini."Entah mengapa Rajendra merasa lega mendengar informasi yang diterimanya."Tadi Livia datang dan mengatakan kalian sedang ada masalah. Tante sudah menyuruhnya pulang ke rumah kalian tapi dia nggak mau. Tolong maafkan anak Tante ya. Walau sudah dewasa tapi kadang dia masih kekanakan.""Ya, Tante, saya mengerti," jawab Rajendra pendek."Tante sudah nasihati dia bahwa masalah dalam rumah tangga itu biasa. Livia nggak seharusnya pergi dari rumah." Jihan melanjutkan perkataannya. "Bisa kamu jemput Livia sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tulus

    Hari sudah pagi di saat Livia terbangun di sofa dingin di kamarnya. Perempuan itu menggeliatkan badannya. Pikirannya bingung. Ia juga merasa asing. Seingatnya kemarin ia berada di rumah ibu tirinya. Lantas kenapa sekarang ia kembali ke tempat ini? Apa yang terjadi?Setelah berpikir dengan keras Livia segera menyadari bahwa seseorang sudah membawanya pulang di saat ia tengah tidur nyenyak. Namun kenapa ia tidak terbangun? Bagaimana bisa ia tidur sepulas itu?Livia akan bangkit dari sofa, terdengar langkah kaki menghampiri. Rajendra. "Sudah bangun?" ujarnya singkat.Pertanyaan Rajendra mendapat balasan yang tidak menyenangkan dari Livia."Jadi kamu yang membawa saya pulang?" tatapnya tajam."Ibu tirimu yang meneleponku memohon-mohon agar aku menjemputmu. Padahal aku juga nggak ingin kamu berada di sini. Tapi karena aku masih menghargainya sebagai mertua dan dia tampak tersiksa oleh kehadiranmu di sana aku terpaksa menjemput."Livia rasanya ingin ngamuk mendengar jawaban Rajendra yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Nggak Penting

    "Liv, kamu ke mana? Dari semalam aku nggak ngeliat kamu," ujar Utary begitu Livia menyediakan sarapan untuk Rajendra dan kekasihnya."Oh, kemarin ada sedikit urusan yang harus diselesaikan di luar. Silakan dimakan, Tar," jawab Livia sambil menata roti di atas meja. Ia juga meletakkan segelas susu hamil tepat di hadapan Utary. "Susunya juga dihabisin ya biar nutrisi kamu terpenuhi dan kamu selalu kuat."Utary merasa heran atas sikap Livia pagi ini yang terkesan tidak seperti biasa. Livia bersikap ramah dan penuh perhatian.Begitu pun dengan Rajendra. Lelaki itu menatap Livia tajam tapi sang istri membalas dengan senyum lembut."Kamu nggak kerja?" Utary menanyakannya lantaran melihat Livia hanya memakai baju harian. Tidak seperti biasa. Biasanya Livia sudah siap dengan pakaian kerjanya."Mulai hari ini saya resign. Saya nggak kerja lagi. Saya akan terus berada di rumah." Setelah memberi jawaban, Livia menatap Rajendra sekilas. Pria itu hanya diam sambil menyeruput kopinya."Oh ya? Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rajendra Jangan Dilawan

    Livia membersihkan meja makan serta membawa peralatan makan yang kotor ke belakang. Ia membuka lemari penyimpanan makanan tapi tidak ada bahan-bahan untuk membuat donat. Ia harus membelinya terlebih dulu.Livia masuk ke kamarnya untuk mengganti baju. Disampirkannya tas selempang ke bahu. Tepat ketika ia akan memasukkan handphonenya ke sana benda itu berbunyi dan membuat Livia terkesiap.Ada nama Langit tertera di layar.Untuk sejenak Livia terpaku. Ia hampir bisa memastikan untuk apa Langit meneleponnya. Lantaran ponselnya terus berbunyi Livia terpaksa menerima telepon dari Langit."Halo, Langit," sapa Livia pelan dengan suara sedikit bergetar."Kamu di mana, Liv? Kenapa nggak datang ke kantor?" berondong Langit dengan pertanyaan.Livia menghela napas panjang kemudian menjawab, "Maaf kalau saya belum memberi kabar dan terkesan tidak sopan. Saya memutuskan untuk berhenti mulai hari ini."Di ujung telepon Langit terdiam sebentar seakan tengah menganalisis perkataan Livia. "Berhenti? Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Belatung

    Setelah lama duduk termenung setelah menerima telepon dari Langit tadi, Livia langsung bergegas ke luar kamar."Livia, mana donatnya?" tuntut Utary saat Livia berpapasan dengan Utary yang sedang santai nonton televisi di ruang tengah."Ini saya baru mau beli bahan-bahannya dulu ke toko.""Ya ampun, Livia! Jadi dari tadi kamu ngapain aja?" bentak Utary geram. Ia pikir Livia sedang sibuk di dapur menyiapkan donat tersebut untuknya."Sorry, Tary, tadi saya ngeliat tutorialnya dulu di YT.""Pokoknya harus enak ya. Aku ini sedang hamil. Aku nggak mau sampai keracunan," kata Utary setengah mengancam.Livia menganggukkan kepalanya kemudian berlalu pergi menggunakan ojek online.Di atas sepeda motor yang membawanya Livia terus menguatkan diri. Ia mengingat janji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah dan putus asa. Livia akan menjadi istri yang baik untuk Rajendra sampai hati lelaki itu terbuka dan dia bisa 'melihat' keberadaan Livia.Sesampainya di toko yang dituju Livia langsung membeli

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Lelaki Itu Sudah Pulang

    Dengan cepat Livia berlari kembali ke kamar Utary ketika mendengar teriakan histeris perempuan itu. Jantungnya berdegup tanpa kendali. Benaknya seketika dihantui kecemasan mengenai adanya kesalahan dalam proses membuat donat tersebut.Di kamar Utary, Livia melihat perempuan itu berdiri di atas tempat tidur sembari menunjuk-nunjuk ke arah donat di dalam piring dengan raut jijik dan panik."Ada belatung di sana! Cepat buang semuanya!" Utary berteriak histeris. "Tenang, Tary, tenang dulu," kata Livia. Ia memandangi piring berisi donat itu dengan saksama. Tidak ada belatung di sana. Yang ada hanya irisan keju yang banyak.Livia bingung kenapa Utary mengatakan ada ulat tersebut. Livia tahu persis bahan-bahan yang dibelinya untuk membuat donat tersebut masih baru dan bersih."Tary, nggak ada belatung di sini. Mungkin kamu hanya salah lihat. Yang kamu kira belatung adalah irisan keju," terang Livia tetap tenang."Aku nggak bohong dan aku juga belum rabun. Aku ngeliat sendiri ada belatung di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Penghakiman

    Livia menegakkan posisinya, mengatur napas yang sejak tadi terasa sesak dan begitu sulit untuk ditenangkan.Dilemparnya pandangan ke luar jendela, melihat kendaraan roda empat suaminya yang baru saja berhenti dan parkir di depan rumah.Rajendra keluar dari mobil bersama wajah tegang dan langkah kilat menuju pintu rumah. Dari ekspresi lelaki itu Livia yakin Rajendra akan memuntahkan kemarahan padanya.Livia yang tidak ingin kesalahpahaman ini berlarut-larut keluar dari kamarnya. Ia harus menjelaskan pada Rajendra mengenai situasi yang terjadi sebelum Utary yang bicara.“Ndra, saya nggak seperti yang Tary bilang,” kata Livia langsung dengan suara bergetar. “Saya nggak pernah berpikir untuk mencelakainya, apalagi sampai meracuni. Saya masih waras. Saya nggak sejahat itu. Tadi itu cuma irisan keju, bukan belatung. Mungkin Tary salah lihat. Donat itu bersih, bahan-bahannya masih baru tadi saya beli di toko. Saya sudah cicipi. Saya bahkan sudah sisihkan donatnya untuk kamu." Livia mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Om Rajendra

    Rajendra cuma bisa berdiri di depan pintu ruang bersalin yang tertutup rapat. Perasaan tidak karuan menghantamnya dari segala arah.Ia menyandarkan punggungnya ke dinding dengan tangan terkepal erat. Tatapannya kabur, bukan karena ia rabun, tetapi karena menahan air mata agar tidak jatuh.Dirinya laki-laki. Pantang baginya untuk menangis, namun ini terlalu menyakitkan. Dirinya yang punya anak dan akan menjadi bapak, tetapi kenapa orang lain yang harus mendampingi istrinya?Di dalam ruangan bersalin terdengar samar suara Livia yang mengerang menahan sakit. Ingin rasanya Rajendra menerobos masuk ke dalam ruangan itu dan mengatakan bahwa dirinyalah yang berhak mendampingi Livia, bukan Langit. Lola kemudian mendekat. Disentuhnya bahu Rajendra dengan lembut. "Nggak usah sedih, Ndra. Jangan pernah lupakan, sakit yang kamu rasakan nggak ada apa-apanya dengan yang dirasakan Livia dulu.""Tapi ini kelewatan, Tante. Aku yang seharusnya berada di sana, bukan laki-laki lain," lirih Rajendra putu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melahirkan Bersamanya

    Napas Livia tertahan. Dadanya langsung sesak begitu melihat sosok yang telah ia coba lupakan berdiri tidak jauh dari tempatnya.Rajendra terlihat berbeda. Sosoknya lebih kurus dan wajahnya tampak lelah.Langit yang memerhatikan ekspresi Livia memegang tangannya dengan erat. "Kita pergi ke arah lain atau tunggu sampai mereka selesai?" tanyanya.Livia menggerakkan kepalanya ke arah Langit. "Kita hadapi saja. Mungkin sudah saatnya saya ketemu sama mereka.""Kamu yakin?"Livia mengangguk penuh keyakinan. Perutnya kembali ditendang dari dalam, membuatnya meringis kesakitan.Tangisan keras Randu tiba-tiba terdengar. Tangisan yang pernah mengisi hari-hari Livia. Membuat Livia tanpa sadar melangkah ke arah mereka. Dan Langit tidak sempat mencegah.Rajendra memandang ke sumber suara langkah yang menghampirinya. Kedua matanya refleks melebar ketika menyaksikan wanita yang selama ini ia cari ada di dekatnya. Seluruh badannya gemetar. Ia ingin melafalkan nama wanita itu tapi suaranya tercekat."L

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melihatmu Dari Jauh

    Pertanyaan ibu tirinya tentang sang istri seolah melempar pukulan tidak kasat mata pada Rajendra.Livia. Nama itu membuat dadanya sesak. Ia menunduk, menghindari tatapan Lola padanya. Sedangkan Erwin yang masih berdiri dengan tangan berkacak pinggang mendengkus keras."Liv ... Livia--" Rajendra membuka mulut tetapi kata-katanya terhenti begitu saja."Kenapa, Ndra? Livia baik-baik aja kan?" Lola bertanya lagi dengan penuh rasa ingin tahu."Livia nggak di rumah, Tante," jawab Rajendra pada akhirnya dengan suara seperti bisikan.Lola terlihat kaget. "Maksud kamu apa? Livia ke mana? Kenapa nggak ada di rumah?"Rajendra telan salivanya. Ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab. "Livia ... pergi, Tante. Waktu itu aku salah paham tentang dia. Dan akhirnya dia pergi dari rumah."Erwin yang mendengarkan keterangan Rajendra spontan menggebrak meja di hadapannya. "Apaan lu, Ndra? Cewek yang benar malah lu usir, yang nipu malah lu sayang-sayang. Otak lu ditaruh di mana, hah? Atau jangan-

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Lu Orang Memang Bego

    Akhirnya malam itu Rajendra membawa Randu kembali bersamanya. Sepanjang malam ia hampir tidak bisa tidur memikirkan keputusan besar yang yang telah diputuskannya.Membiarkan Randu tetap bersamanya sama artinya dengan berkomitmen ia akan mengurus, menjaga dan merawat anak itu. Ia akan menjadi bapak dari anak itu.Keesokan harinya Rajendra terbangun dengan kepala berat, sebab ia hanya tidur beberapa jam saja. Randu sudah terbangun lebih dulu. Anak itu mengoceh sendirian sambil mencolek-colek tangan Rajendra."Hai, kamu mau bangunin Papa ya?"Randu terus mengoceh tanpa tahu kekalutan hati Rajendra."Papa harus kerja hari ini. Di rumah ini nggak ada siapa-siapa. Papa juga belum sempat nyari pengasuh buat kamu. Dan kamu nggak mungkin Papa tinggalin sendiri di rumah."Rajendra menghela napas panjang memikirkan segala keruwetan itu. Ia tidak mungkin membawa Randu ke kantor. Para pegawainya pasti heboh. Ia juga tidak yakin mendapatkan pengasuh secepat ia mendapatkan Asih dulu."Coba kalau ada

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ketika Hati Nurani Berbicara

    "Persetan dengan semuanya. Anak ini bukan anak gue. Gue nggak ada sangkut pautnya sama dia. Dia cuma bakal jadi beban buat gue. Masalah gue udah banyak, gue nggak mau nambah lagi." Itulah kesimpulan Rajendra setelah mempertimbangkan apakah akan meletakkan Randu ke panti asuhan.Randu membelokkan mobilnya ke apartemen. Ia akan mengambil perlengkapan Randu di sana seperti pakaian, selimut dan susu. "Shit!" makinya ketika sepatunya menginjak pecahan kaca besar yang hampir membuatnya tersandung.Sejak ngamuk waktu itu Rajendra membiarkan apartemennya porak poranda. Nggak ada gunanya juga dibersihkan.Ia menendang pecahan kaca di lantai dengan jengkel, yang membuat bunyi berderak, memecah keheningan apartemen. Tempat yang kacau balau tersebut lebih mirip dengan area perperangan ketimbang sebagai kediaman. Serpihan-serpihan kaca, potongan-potongan foto, dan barang yang berserakan di mana-mana menjadi reminder kemarahannya beberapa hari yang lalu.Rajendra membawa langkahnya menuju kamar u

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rajendra Yang Hampir Gila

    Sudah tiga hari pasca operasi Randu dirawat di rumah sakit. Hari ini anak itu sudah boleh dibawa pulang. Tapi Rajendra masih bingung. Ia tidak tahu akan membawa Randu ke mana. Sebenarnya Rajendra bisa saja meninggalkan Randu di rumah sakit, tapi pasti pihak rumah sakit akan mencarinya karena data-data Rajendra sebagai orang tua Randu tercantum di sana.Rajendra memandang Randu yang terbaring di ranjang rumah sakit. Anak itu begitu kecil dan rapuh. Kalau ingin mengikuti keegoisan hatinya Rajendra bisa saja membuangnya di jalan."Mau gue bawa ke mana anak ini?" Rajendra bergumam dalam kebingungan. Ia sudah mencoba mencari Utary dengan menghubungi teman-teman perempuan itu. Namun tidak satu pun yang mengetahui keberadaan Utary. Atau mungkin mereka berbohong? Entahlah."Pak Rajendra," suara pelan seorang perawat mengeluarkan Rajendra dari lamunannya.Rajendra menoleh."Apa sudah ada yang akan menjemput atau mengantar Bapak dan Randu pulang ke rumah?"Rajendra termangu dalam keterdiaman.

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Yang Terjadi Berikutnya

    Rajendra sampai di rumah sakit dengan pikiran kusut. Ia memarkir mobilnya sembarangan tanpa peduli apakah posisinya sudah benar atau tidak.Ia melangkah cepat menuju ruang tunggu operasi. Rasa marah, sedih, kecewa dan dikhianati berbaur dalam dadanya.Ketika melihat Rajendra muncul, Utary langsung berdiri. Wajah perempuan itu begitu kesal."Ke mana aja sih? Lama banget dari tadi. Randu sudah selesai operasinya!" ketus Utary dengan keras.Rajendra tidak memedulikan pertanyaan itu. Matanya menatap Utary dengan dingin. Mungkin ini adalah untuk pertama kalinya mata yang biasa penuh perhatian itu menyorot penuh kebencian."Kita perlu bicara, Tar," ucap Rajendra dengan nada rendah tapi tajam.Dahi Utary mengernyit. "Mau bicara apa? Randu butuh kita sekarang.""Justru karena Randu kita harus bicara sekarang." Rajendra menarik langkahnya mendekati Utary yang membuat perempuan itu mundur selangkah. "Lo pikir gue nggak tahu apa yang lo sembunyiin selama ini?""Maksud kamu apa sih, Ndra? Aku ngg

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hasil Tes DNA

    Kecurigaan yang terus mengganggu pikirannya mendorong lelaki itu untuk mengambil langkah sulit. Ia tahu hal ini akan merusak hubungan antara dirinya dan Utary. Tapi Rajendra tidak memiliki jalan lain. Jika Utary tidak dapat memberinya kebenaran, maka Rajendra akan menemukannya sendiri.Setelah memastikan Randu tertidur pulas dan Utary sedang berada di luar, Rajendra memiliki kesempatan untuk mengumpulkan sampel DNA. Rajendra mengusap bagian dalam pipi Randu untuk mengambil salivanya menggunakan kapas swab yang sebelumnya ia dapatkan dari laboratorium. "Maafin Papa, Sayang," gumamnya pelan.Rajendra memasukkan swab tersebut dengan hati-hati ke dalam wadah steril. Tak lupa ia juga mengambil beberapa helai rambut Randu sebagai sampel alternatif.Setelahnya ia mengatakan pada Utary akan ke apartemen untuk mengambil baju ganti.Rajendra menyetir menuju laboratorium swasta yang menerima tes DNA dengan cepat dan kerahasiaannya terjaga. Petugas laboratorium mengatakan hasilnya akan keluar se

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Curiga

    Keluar dari ruangan dokter, Rajendra terus memikirkan penjelasan yang tadi didengarnya. Walaupun merasa lega lantaran kondisi Randu bisa diatasi namun hatinya tetap dihantui pertanyaan mengenai asal penyakit tersebut.Diliriknya Utary yang berjalan di sebelahnya dengan ekspresi kesal. Rajendra tidak tahu entah kenapa Utary tidak suka dengan keputusan untuk menjalani pemeriksaan. "Kenapa kamu menolak buat diperiksa?" Rajendra bertanya di sela-sela langkah mereka.Utary menghentikan langkahnya dan menatap Rajendra tidak suka. "Aku cuma nggak mau masalah ini jadi besar, Ndra. Apa nggak cukup kita tahu kalau Randu bisa sembuh?""Bukan itu masalahnya, Tar. Kalau memang penyakit ini penyakit genetik, kita harus tahu sumbernya supaya Randu nggak mengalami hal buruk ke depannya.""Kenapa sih kamu bikin rumit semuanya? Kamu cuma mau nyari alasan buat nyalahin aku kan?" Utary menyedekapkan tangannya."Aku nggak mau menyalahkan siapa pun. Aku cuma mau yang terbaik buat Randu," ujar Rajendra men

DMCA.com Protection Status