Share

Nggak Penting

last update Last Updated: 2024-11-06 18:24:19

"Liv, kamu ke mana? Dari semalam aku nggak ngeliat kamu," ujar Utary begitu Livia menyediakan sarapan untuk Rajendra dan kekasihnya.

"Oh, kemarin ada sedikit urusan yang harus diselesaikan di luar. Silakan dimakan, Tar," jawab Livia sambil menata roti di atas meja. Ia juga meletakkan segelas susu hamil tepat di hadapan Utary. "Susunya juga dihabisin ya biar nutrisi kamu terpenuhi dan kamu selalu kuat."

Utary merasa heran atas sikap Livia pagi ini yang terkesan tidak seperti biasa. Livia bersikap ramah dan penuh perhatian.

Begitu pun dengan Rajendra. Lelaki itu menatap Livia tajam tapi sang istri membalas dengan senyum lembut.

"Kamu nggak kerja?" Utary menanyakannya lantaran melihat Livia hanya memakai baju harian. Tidak seperti biasa. Biasanya Livia sudah siap dengan pakaian kerjanya.

"Mulai hari ini saya resign. Saya nggak kerja lagi. Saya akan terus berada di rumah." Setelah memberi jawaban, Livia menatap Rajendra sekilas. Pria itu hanya diam sambil menyeruput kopinya.

"Oh ya? Kenap
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Rahma Tika
banyak bener kerugian nya livia ...‍...greget bnget , karakter Livia nya terlalu Alus bnget
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
Makan tuh cinta Livia. kehidupan rmh tangga ibu mu sm bapak mu beda sm kamu. Inget itu. Bapak mu ga bw pacar nya hidup satu atap tanpa nikah dlm 1 rmh, dan tdk menghamili nya. Pacar suami kamu itu hidup kumpul kebo. Penulus juga ceritanya menindas livia terus. Lebayyyy.......
goodnovel comment avatar
erwintea152
Judulnya gk cocok,yg cocok Sicacat yang idiot
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rajendra Jangan Dilawan

    Livia membersihkan meja makan serta membawa peralatan makan yang kotor ke belakang. Ia membuka lemari penyimpanan makanan tapi tidak ada bahan-bahan untuk membuat donat. Ia harus membelinya terlebih dulu.Livia masuk ke kamarnya untuk mengganti baju. Disampirkannya tas selempang ke bahu. Tepat ketika ia akan memasukkan handphonenya ke sana benda itu berbunyi dan membuat Livia terkesiap.Ada nama Langit tertera di layar.Untuk sejenak Livia terpaku. Ia hampir bisa memastikan untuk apa Langit meneleponnya. Lantaran ponselnya terus berbunyi Livia terpaksa menerima telepon dari Langit."Halo, Langit," sapa Livia pelan dengan suara sedikit bergetar."Kamu di mana, Liv? Kenapa nggak datang ke kantor?" berondong Langit dengan pertanyaan.Livia menghela napas panjang kemudian menjawab, "Maaf kalau saya belum memberi kabar dan terkesan tidak sopan. Saya memutuskan untuk berhenti mulai hari ini."Di ujung telepon Langit terdiam sebentar seakan tengah menganalisis perkataan Livia. "Berhenti? Ma

    Last Updated : 2024-11-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Belatung

    Setelah lama duduk termenung setelah menerima telepon dari Langit tadi, Livia langsung bergegas ke luar kamar."Livia, mana donatnya?" tuntut Utary saat Livia berpapasan dengan Utary yang sedang santai nonton televisi di ruang tengah."Ini saya baru mau beli bahan-bahannya dulu ke toko.""Ya ampun, Livia! Jadi dari tadi kamu ngapain aja?" bentak Utary geram. Ia pikir Livia sedang sibuk di dapur menyiapkan donat tersebut untuknya."Sorry, Tary, tadi saya ngeliat tutorialnya dulu di YT.""Pokoknya harus enak ya. Aku ini sedang hamil. Aku nggak mau sampai keracunan," kata Utary setengah mengancam.Livia menganggukkan kepalanya kemudian berlalu pergi menggunakan ojek online.Di atas sepeda motor yang membawanya Livia terus menguatkan diri. Ia mengingat janji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah dan putus asa. Livia akan menjadi istri yang baik untuk Rajendra sampai hati lelaki itu terbuka dan dia bisa 'melihat' keberadaan Livia.Sesampainya di toko yang dituju Livia langsung membeli

    Last Updated : 2024-11-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Lelaki Itu Sudah Pulang

    Dengan cepat Livia berlari kembali ke kamar Utary ketika mendengar teriakan histeris perempuan itu. Jantungnya berdegup tanpa kendali. Benaknya seketika dihantui kecemasan mengenai adanya kesalahan dalam proses membuat donat tersebut.Di kamar Utary, Livia melihat perempuan itu berdiri di atas tempat tidur sembari menunjuk-nunjuk ke arah donat di dalam piring dengan raut jijik dan panik."Ada belatung di sana! Cepat buang semuanya!" Utary berteriak histeris. "Tenang, Tary, tenang dulu," kata Livia. Ia memandangi piring berisi donat itu dengan saksama. Tidak ada belatung di sana. Yang ada hanya irisan keju yang banyak.Livia bingung kenapa Utary mengatakan ada ulat tersebut. Livia tahu persis bahan-bahan yang dibelinya untuk membuat donat tersebut masih baru dan bersih."Tary, nggak ada belatung di sini. Mungkin kamu hanya salah lihat. Yang kamu kira belatung adalah irisan keju," terang Livia tetap tenang."Aku nggak bohong dan aku juga belum rabun. Aku ngeliat sendiri ada belatung di

    Last Updated : 2024-11-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Penghakiman

    Livia menegakkan posisinya, mengatur napas yang sejak tadi terasa sesak dan begitu sulit untuk ditenangkan.Dilemparnya pandangan ke luar jendela, melihat kendaraan roda empat suaminya yang baru saja berhenti dan parkir di depan rumah.Rajendra keluar dari mobil bersama wajah tegang dan langkah kilat menuju pintu rumah. Dari ekspresi lelaki itu Livia yakin Rajendra akan memuntahkan kemarahan padanya.Livia yang tidak ingin kesalahpahaman ini berlarut-larut keluar dari kamarnya. Ia harus menjelaskan pada Rajendra mengenai situasi yang terjadi sebelum Utary yang bicara.“Ndra, saya nggak seperti yang Tary bilang,” kata Livia langsung dengan suara bergetar. “Saya nggak pernah berpikir untuk mencelakainya, apalagi sampai meracuni. Saya masih waras. Saya nggak sejahat itu. Tadi itu cuma irisan keju, bukan belatung. Mungkin Tary salah lihat. Donat itu bersih, bahan-bahannya masih baru tadi saya beli di toko. Saya sudah cicipi. Saya bahkan sudah sisihkan donatnya untuk kamu." Livia mencoba

    Last Updated : 2024-11-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Menyaksikanmu Bercinta Dengannya

    Livia tersentak ketika mendengar bunyi handphone. Ternyata dirinya ketiduran.Dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka Livia melihat penunjuk waktu di ponselnya. Masih jam delapan malam. Saking lelahnya hari ini ia tidur terlalu cepat."Ryuga, kenapa dia meneleponku?" Livia menggumam pelan kemudian menjawab panggilan dari orang tua murid lesnya itu."Halo, Ryuga," sapa Livia dengan matanya yang masih terasa berat."Malam, Livia, maaf mengganggu," sahut suara di seberang sana."Oh sama sekali tidak.""Maaf, saya mau tanya kenapa sudah beberapa hari ini kamu nggak datang ke rumah untuk mengajar les?"Livia terdiam sejenak. Sudah beberapa malam ia tidak datang untuk mengajar Hazel dan ia tidak memberi kabar sama sekali pada Ryuga.Ah, ini memang salahnya. Ia terlalu larut dalam urusan pribadi sehingga melupakan urusannya yang lain."Maaf, Ryuga, beberapa hari belakangan saya ada urusan pribadi jadi belum bisa datang ke sana," jelas Livia dengan perasaan tidak enak hati."Apa ini ada hub

    Last Updated : 2024-11-09
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Penolakan Livia

    Setibanya di kamar Livia mendudukkan diri di atas sofa dinginnya dengan tatapan kosong.Pikirannya begitu kacau perasaan sakit, marah serta kecewa berbaur menjadi satu.Sekian lama ia bertahan dengan satu harapan bahwa Rajendra akan berubah suatu saat nanti. Namun yang terjadi pemandangan tadi meremukkan semua harapan Livia.Perempuan bernasib malang bernama Livia Mellanie itu menghela napasnya sepanjang mungkin sembari berusaha keras mengendalikan diri. Tapi usahanya hanya sia-sia. Perasaannya tak henti bergejolak.Setiap kali dirinya memejamkan mata bayang-bayang Rajendra dan kekasihnya bergumul tidak berhenti mengejar pikirannya. Mengobrak-abrik hati Livia yang sedang rapuh.Bulir-bulir air bening yang sudah sangat lama Livia tahan akhirnya leleh juga membasahi pipinya yang mulus."Aku memang tolol. Kenapa aku harus bertahan dalam pernikahan toxic ini?" bisik hatinya."Livia, ingat kata Mama. Pernikahan itu nggak selamanya mulus. Akan ada ujian-ujian pahit di dalamnya untuk membukt

    Last Updated : 2024-11-09
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kamu Adalah Kelemahanku

    Napas Livia terengah-engah. Jantungnya berdegup cepat tanpa bisa dikendalikan setelah ia berhasil melakukan perlawanan pada Rajendra barusan.Rajendra yang merintih kesakitan menatap Livia dengan api amarah yang membara di matanya. Lelaki itu mengusap-usap kakinya yang kesakitan."Beraninya kamu melawanku!" ucap pria itu dengan nada marah namun seperti tidak ada kekuatan yang cukup untuk melanjutkan ucapannya tersebut."Saya sudah bilang dari awal saya nggak mau tapi kamu terus memaksa. Di mana perasaan kamu, Ndra? Setelah kamu berzina dengan dia kamu langsung memaksaku untuk bercinta denganmu. Wanita mana pun nggak akan mau diperlakukan seperti itu!"Rajendra terdiam. matanya yang penuh dengan amarah itu meredup. Perasaan sakit di kakinya membuat kemarahannya seolah terbatasi."Kamu istriku, Livia. Aku berhak melakukan apa pun padamu. Tidak peduli kamu suka atau tidak! Dan kamu wajib memenuhi apa pun yang suamimu inginkan. Belajar lagi k

    Last Updated : 2024-11-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Maaf

    Livia masih berada di tempatnya berdiri sambil memandangi Rajendra yang asyik merokok.Cara Rajendra memegang batang rokok. Cara pria itu mengisapnya dalam-dalam lalu mengepulkan asapnya ke udara terlihat begitu estetik di mata Livia. Membuatnya benar-benar jatuh cinta pada lelaki itu.Livia kemudian ingat. Biasanya setiap kali merokok Rajendra akan ditemani secangkir kopi.Saat ini secangkir kopi itu tidak ada di atas meja. Rasanya agak ganjil lantaran Livia sudah tahu kebiasaan Rajendra dengan baik. Tanpa ia sadari Livia melangkahkan kakinya ke dapur untuk membuatkan kopi untuk Rajendra. Dengan gerakan yang sudah terlatih Livia menyiapkan kopi hitam favorit Rajendra. Aroma khasnya yang menguar perlahan memenuhi ruangan, menghangatkan ruangan yang sepi.Sesudah kopi itu siap untuk disajikan Livia berdiri sesaat sambil memandangi uap tipis di permukaan kopi tersebut. Livia hela napasnya dalam-dalam sembari menenangkan gejolak jantungnya yang berdetak dengan cepat.Kemudian Livia memb

    Last Updated : 2024-11-11

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 337

    Pagi itu Rajendra turun lebih awal ke dapur. Sebelum keduluan Tasia ia ingin membuat kopinya sendiri. Saat ia membuka lemari untuk mengambil cangkir, sebuah tangan tiba-tiba menyodorkan cangkir ke arahnya."Ini, Pak," kata Tasia dengan suara yang terdengar lembut.Rajendra menoleh dan menemukan Tasia berdiri sangat dekat dengannya."Kamu sudah bangun?" tanyanya sedikit terkejut.Tasia tersenyum kecil. "Saya memang selalu bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan. Bapak tahu kan saya suka memastikan semuanya berjalan lancar di rumah ini? Apalagi Ibu Livia lagi sakit."Rajendra menerima cangkir dari Tasia dan mengucapkan terima kasih.Ketika ia hendak menuangkan kopi Tasia dengan sengaja menyentuh tangannya. "Oh maaf," kata Tasia dengan tawa kecil. "Saya terlalu dekat ya?"Rajendra mundur sedikit tapi Tasia tetap berdiri di tempatnya."Saya senang melihat Bapak mulai rileks. Saya harap Bapak tahu kalau saya selalu ada kalau Bapak butuh seseorang untuk berbicara," katanya dengan nada l

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 336

    Malam itu setelah meminum obat, Livia keluar dari kamar. Anak-anak sedang mengerjakan PR dengan Tasia, sedangkan Rajendra entah ke mana.Livia berjalan dan bermaksud duduk di beranda. Setelah pintu ia buka ternyata ia melihat Rajendra sedang duduk sendiri. Livia bermaksud kembali ke dalam rumah tapi Rajendra sudah terlanjur melihatnya."Sayang!" kata pria itu. "Mau ke mana?"Livia menghentikan langkahnya sejenak. Ia Ragu harus melangkah ke dalam atau tetap bertahan di tempat. Tapi ada sesuatu dalam nada suara pria itu yang terasa akrab dan hangat."Aku hanya ingin duduk sebentar di luar," jawab Livia pelan menghindari tetapan suaminya.Rajendra menggeser duduk. Ia memberi ruang di sebelahnya. "Duduk di sini Liv."Livia merasa ragu tapi kakinya justru melangkah mendekat. Hanya saja ia duduk di kursi yang lain, menjaga jarak dari Rajendra.Keheningan menyelimuti mereka selama beberapa saat. Hanya ada suara angin yang berembus lembut dan desiran dedaunan yang bergerak pelan. "Sudah mera

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 335

    Tasia jelas saja terkejut mendapat serangan dari Rajendra. "Maaf, Pak, saya tidak tahu kalau itu rahasia. Saya mengatakannya pada ibu Livia hanya agar ingatannya cepat kembali. Saya nggak ada maksud apa-apa."Rajendra menggelengkan kepalanya. Ia terlalu kecewa pada sikap Tasia. "Selama ini saya percaya sama kamu," lanjutnya dengan suara dingin. "Saya menganggap kamu sebagai orang yang bisa saya andalkan. Tapi ternyata kamu lebih memilih jadi pengadu domba."Tasia langsung melihatkan wajah sedih seolah perkataan Rajendra benar-benar menyakitinya. "Pak, saya hanya ingin membantu.""Membantu apa?" potong Rajendra sebelum perempuan itu melanjutkan kalimatnya. "Yang kamu lakukan justru menimbulkan kekacauan.""Tapi Bu Livia berhak tahu kenyataannya, Pak.""Itu bukan hak kamu buat kasih tahu dia!" bentak Rajendra. Emosinya benar-benar memuncak. "Apa kamu pikir saya nggak akan pernah bilang apa pun? Apa kamu pikir saya akan menyembunyikan hal itu selamanya? Lagian itu bukan urusan kamu. Tuga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 334

    Rajendra terkekeh pelan meski ada sedikit rasa sakit menusuk jiwa. "Red flag?" ulangnya."Iya, naluriku yang bilang begitu," jawab Livia.Rajendra teguk salivanya. Kalau naluri Livia saja sudah mengatakan bahwa ia adalah cowok red flag, berarti dulu Livia memang pernah terluka karena dirinya kan?"Aku nggak seburuk itu, Liv," kata Rajendra akhirnya. "Kalau aku memang red flag, kenapa kamu cinta sama aku?"Livia mengerutkan dahi. Ia ingin membantah tapi satu pun ingatan tentang perasaan terhadap Rajendra tak pernah bisa ia temukan. Itu yang membuatnya semakin ragu. "Apa aku benar-benar jatuh cinta sama kamu?" pandangnya tajam."Iya," jawab Rajendra mantap. "Kamu mencintaiku, Livia. Sama seperti aku mencintaimu."Livia membisu begitu lama. Sorot matanya tajam, seolah mencoba membaca kebenaran di balik kata-kata Rajendra."Kalau aku memang cinta sama kamu kenapa aku nggak bisa mengingat apa pun?" tanyanya pelan.Rajendra menelan ludah lalu menggenggam lembut tangan Livia. "Nggak apa-apa

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 333

    Livia sudah bangun sejak tadi pagi. Tapi sampai detik ini ia masih berada di dalam kamar. Berbaring sambil bermenung sendiri. Sisa-sisa kesedihan masih berjejak di hatinya. Perasaan kecewa karena merasa dibohongi belum sepenuhnya pergi.Saat Livia sedang asyik merenung pintu kamarnya diketuk."Bunda! Bunda udah bangun?" Itu suara Gadis.Livia mengesah pelan."Nda, Adis boleh masuk nggak?"Livia menoleh ke arah pintu lalu dengan berat hati terpaksa mengatakan. "Masuk aja."Perlahan-lahan pintu terbuka, memperlihatkan seorang anak kecil yang sudah siap dengan seragam merah putihnya. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai bebas. Sebuah bandana berwarna pink lembut menghiasi kepalanya. Membuatnya tampak begitu manis dan menggemaskan.Dengan langkah kecilnya Gadis mendekati tempat tidur Livia lalu bicara pada perempuan yang masih berbaring itu. "Bunda, kenapa masih tiduran? Bunda sakit ya?" tanyanya sembari meraba kening Livia."Bunda cuma mau istirahat," lidah Livia kelu saat mengucapk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 332

    Livia berjalan tanpa arah. Malam semakin larut, udara dingin menusuk kulit, tapi ia tidak peduli. Kata-kata Astrid terus terngiang di telinganya.AKU ASTRID, ISTRI EVANJadi selama ini ia hanya tempat persinggahan sementara? Atau dirinyalah yang salah arah? Evan begitu baik padanya, begitu perhatian, tetapi pada akhirnya ia tetap pria yang sudah memiliki istri.Air mata yang ia tahan sejak tadi di akhirnya jatuh. Livia tertawa miris. Bodoh. Ia merasa sangat bodoh.Ponselnya bergetar berkali-kali. Nama Evan muncul di layar, tapi ia tidak ingin menjawab. Apalagi yang perlu dijelaskan? Semua fakta sudah ada di depan mata.Tanpa sadar hati membawanya kembali ke rumah Rajendra. Setelah masuk ia langsung menuju kamar tanpa menyapa siapa pun. Ia hanya ingin bersembunyi dari dunia yang terasa semakin menyakitkan. Namun Rajendra yang kehilangan Livia sejak tadi melihat semuanya. Wajah Livia yang muram, tatapan mata yang kosong dan langkahnya yang gontai.Rajendra tidak bisa tinggal diam. Denga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 331

    Saat jam kerja sudah selesai Evan mengajak Livia pulang. "Aku harus pulang ke mana?" Livia bertanya bingung."Ke rumah kamu. Rumah Rajendra. Biar aku yang antar."Livia menggeleng. "Harus berapa kali aku bilang kalau aku nggak nyaman tinggal di sana? Semua terasa asing.""Itu hanya perasaanmu, Liv. Nggak ada yang asing. Kasihan anakmu, Liv. Dia pasti kehilangan ibunya kalau kamu terus bersikap kayak gini. Aku antar ya? Besok kita ketemu lagi." Evan terus membujuk Livia agar mau pulang."Janji?" kata Livia kurang percaya."Janji." Evan mengangkat kelingkingnya.Livia ragu sejenak tapi akhirnya ia menyambut kelingking Evan dan mengaitkan dengan miliknya.Sepanjang perjalanan Livia lebih banyak diam. Matanya menerawang keluar jendela, mengamati lampu-lampu kota yang menyala seiring datangnya malam. Evan melirik ke arahnya sesekali."Livia," panggilnya."Ya?""Maaf kalau aku terlalu memaksamu. Tapi aku nggak mau kamu semakin jauh dari kehidupanmu yang sebenarnya."Livia hanya diam sampa

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 330

    Evan menghela panjang setelah menatap Livia yang bersikeras tidak ingin pulang. Ia tahu situasi ini tidak mungkin dibiarkan berlarut-larut. Maka ia mengambil ponselnya lalu meninggalkan Livia dengan alasan pergi ke toilet. Tiba di toilet ia menelepon Rajendra.Rajendra sedang berada di ruangannya ketika ponselnya bergetar di dalam saku. Ia mengambilnya dan melihat nama Evan ada di sana. Sebelumnya mereka memang sempat bertukar nomor telepon satu sama lain."Ada apa?" tanya Rajendra tanpa basa-basi."Livia ada di sini. Dia datang ke kantor gue sendiri dan bilang nggak mau pulang."Rajendra terkejut mendengarnya. Tadi Livia bilang akan merajut seharian di rumah. Namun ternyata ia tertipu."Dia juga bilang masih cinta sama gue," tambah Evan. "Sorry, Ndra."Rajendra terdiam. Dadanya begitu sesak. Rasa sakit menohoknya. "Gue paham," jawab Rajendra akhirnya. "Kalo dia mau di sana biarin aja dulu. Mungkin dia lagi kangen sama lo."Evan tidak menyangka bahwa jawaban Rajendra akan semudah itu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 329

    Livia melangkah masuk ke dalam gedung perkantoran dengan jantung berdebar kencang. Ia bahkan tidak tahu bagaimana bisa sampai di sini. Ia hanya mengikuti dorongan kuat dalam hatinya. Sesuatu di tempat itu terasa familier dengannya walaupun ingatannya tetap kabur.Saat ia tiba di depan resepsionis ia bertanya, "Pagi, Mbak, Evan Satria ada di sini?"Resepsionis menatapnya dengan ragu sejenak lalu menjawab, "Anda sudah anda janji dengan Pak Evan?"Livia menggeleng. "Nggak ada. Tapi tolong kasih tahu dia bahwa Livia ada di sini."Resepsionis tampak ragu tapi tak urung menghubungi seseorang. Tidak butuh waktu lama seorang lelaki berkemeja biru muncul."Livia!" Walau tadi sudah disampaikan resepsionis bahwa Livia yang menunggunya namun Evan tetap tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Livia tersenyum tipis lalu memeluk Evan penuh kerinduan. "Kangen banget sama kamu, Van."Evan yang merasa tidak enak melepaskan pelukan itu pelan-pelan."Ayo kita ke ruanganku, Liv," ajaknya.Livia menurut

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status