Share

Rajendra Jangan Dilawan

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 15:27:48

Livia membersihkan meja makan serta membawa peralatan makan yang kotor ke belakang. Ia membuka lemari penyimpanan makanan tapi tidak ada bahan-bahan untuk membuat donat. Ia harus membelinya terlebih dulu.

Livia masuk ke kamarnya untuk mengganti baju. Disampirkannya tas selempang ke bahu. Tepat ketika ia akan memasukkan handphonenya ke sana benda itu berbunyi dan membuat Livia terkesiap.

Ada nama Langit tertera di layar.

Untuk sejenak Livia terpaku. Ia hampir bisa memastikan untuk apa Langit meneleponnya.

Lantaran ponselnya terus berbunyi Livia terpaksa menerima telepon dari Langit.

"Halo, Langit," sapa Livia pelan dengan suara sedikit bergetar.

"Kamu di mana, Liv? Kenapa nggak datang ke kantor?" berondong Langit dengan pertanyaan.

Livia menghela napas panjang kemudian menjawab, "Maaf kalau saya belum memberi kabar dan terkesan tidak sopan. Saya memutuskan untuk berhenti mulai hari ini."

Di ujung telepon Langit terdiam sebentar seakan tengah menganalisis perkataan Livia. "Berhenti? Ma
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
rose laiyan
ada ya manusia ky livia..menurutku livia bodoh krn abai pd diri sendiri pdhl bnyk kesempatan utk berubah
goodnovel comment avatar
Akia Akia yumeziro
si Livia oon banget jirr
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Syukur dan sabar masih ada dalam jiwa Livia apalagi didukung hidup mama pada masa lalu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Belatung

    Setelah lama duduk termenung setelah menerima telepon dari Langit tadi, Livia langsung bergegas ke luar kamar."Livia, mana donatnya?" tuntut Utary saat Livia berpapasan dengan Utary yang sedang santai nonton televisi di ruang tengah."Ini saya baru mau beli bahan-bahannya dulu ke toko.""Ya ampun, Livia! Jadi dari tadi kamu ngapain aja?" bentak Utary geram. Ia pikir Livia sedang sibuk di dapur menyiapkan donat tersebut untuknya."Sorry, Tary, tadi saya ngeliat tutorialnya dulu di YT.""Pokoknya harus enak ya. Aku ini sedang hamil. Aku nggak mau sampai keracunan," kata Utary setengah mengancam.Livia menganggukkan kepalanya kemudian berlalu pergi menggunakan ojek online.Di atas sepeda motor yang membawanya Livia terus menguatkan diri. Ia mengingat janji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah dan putus asa. Livia akan menjadi istri yang baik untuk Rajendra sampai hati lelaki itu terbuka dan dia bisa 'melihat' keberadaan Livia.Sesampainya di toko yang dituju Livia langsung membeli

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Lelaki Itu Sudah Pulang

    Dengan cepat Livia berlari kembali ke kamar Utary ketika mendengar teriakan histeris perempuan itu. Jantungnya berdegup tanpa kendali. Benaknya seketika dihantui kecemasan mengenai adanya kesalahan dalam proses membuat donat tersebut.Di kamar Utary, Livia melihat perempuan itu berdiri di atas tempat tidur sembari menunjuk-nunjuk ke arah donat di dalam piring dengan raut jijik dan panik."Ada belatung di sana! Cepat buang semuanya!" Utary berteriak histeris. "Tenang, Tary, tenang dulu," kata Livia. Ia memandangi piring berisi donat itu dengan saksama. Tidak ada belatung di sana. Yang ada hanya irisan keju yang banyak.Livia bingung kenapa Utary mengatakan ada ulat tersebut. Livia tahu persis bahan-bahan yang dibelinya untuk membuat donat tersebut masih baru dan bersih."Tary, nggak ada belatung di sini. Mungkin kamu hanya salah lihat. Yang kamu kira belatung adalah irisan keju," terang Livia tetap tenang."Aku nggak bohong dan aku juga belum rabun. Aku ngeliat sendiri ada belatung di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Penghakiman

    Livia menegakkan posisinya, mengatur napas yang sejak tadi terasa sesak dan begitu sulit untuk ditenangkan.Dilemparnya pandangan ke luar jendela, melihat kendaraan roda empat suaminya yang baru saja berhenti dan parkir di depan rumah.Rajendra keluar dari mobil bersama wajah tegang dan langkah kilat menuju pintu rumah. Dari ekspresi lelaki itu Livia yakin Rajendra akan memuntahkan kemarahan padanya.Livia yang tidak ingin kesalahpahaman ini berlarut-larut keluar dari kamarnya. Ia harus menjelaskan pada Rajendra mengenai situasi yang terjadi sebelum Utary yang bicara.“Ndra, saya nggak seperti yang Tary bilang,” kata Livia langsung dengan suara bergetar. “Saya nggak pernah berpikir untuk mencelakainya, apalagi sampai meracuni. Saya masih waras. Saya nggak sejahat itu. Tadi itu cuma irisan keju, bukan belatung. Mungkin Tary salah lihat. Donat itu bersih, bahan-bahannya masih baru tadi saya beli di toko. Saya sudah cicipi. Saya bahkan sudah sisihkan donatnya untuk kamu." Livia mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Menyaksikanmu Bercinta Dengannya

    Livia tersentak ketika mendengar bunyi handphone. Ternyata dirinya ketiduran.Dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka Livia melihat penunjuk waktu di ponselnya. Masih jam delapan malam. Saking lelahnya hari ini ia tidur terlalu cepat."Ryuga, kenapa dia meneleponku?" Livia menggumam pelan kemudian menjawab panggilan dari orang tua murid lesnya itu."Halo, Ryuga," sapa Livia dengan matanya yang masih terasa berat."Malam, Livia, maaf mengganggu," sahut suara di seberang sana."Oh sama sekali tidak.""Maaf, saya mau tanya kenapa sudah beberapa hari ini kamu nggak datang ke rumah untuk mengajar les?"Livia terdiam sejenak. Sudah beberapa malam ia tidak datang untuk mengajar Hazel dan ia tidak memberi kabar sama sekali pada Ryuga.Ah, ini memang salahnya. Ia terlalu larut dalam urusan pribadi sehingga melupakan urusannya yang lain."Maaf, Ryuga, beberapa hari belakangan saya ada urusan pribadi jadi belum bisa datang ke sana," jelas Livia dengan perasaan tidak enak hati."Apa ini ada hub

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Penolakan Livia

    Setibanya di kamar Livia mendudukkan diri di atas sofa dinginnya dengan tatapan kosong.Pikirannya begitu kacau perasaan sakit, marah serta kecewa berbaur menjadi satu.Sekian lama ia bertahan dengan satu harapan bahwa Rajendra akan berubah suatu saat nanti. Namun yang terjadi pemandangan tadi meremukkan semua harapan Livia.Perempuan bernasib malang bernama Livia Mellanie itu menghela napasnya sepanjang mungkin sembari berusaha keras mengendalikan diri. Tapi usahanya hanya sia-sia. Perasaannya tak henti bergejolak.Setiap kali dirinya memejamkan mata bayang-bayang Rajendra dan kekasihnya bergumul tidak berhenti mengejar pikirannya. Mengobrak-abrik hati Livia yang sedang rapuh.Bulir-bulir air bening yang sudah sangat lama Livia tahan akhirnya leleh juga membasahi pipinya yang mulus."Aku memang tolol. Kenapa aku harus bertahan dalam pernikahan toxic ini?" bisik hatinya."Livia, ingat kata Mama. Pernikahan itu nggak selamanya mulus. Akan ada ujian-ujian pahit di dalamnya untuk membukt

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kamu Adalah Kelemahanku

    Napas Livia terengah-engah. Jantungnya berdegup cepat tanpa bisa dikendalikan setelah ia berhasil melakukan perlawanan pada Rajendra barusan.Rajendra yang merintih kesakitan menatap Livia dengan api amarah yang membara di matanya. Lelaki itu mengusap-usap kakinya yang kesakitan."Beraninya kamu melawanku!" ucap pria itu dengan nada marah namun seperti tidak ada kekuatan yang cukup untuk melanjutkan ucapannya tersebut."Saya sudah bilang dari awal saya nggak mau tapi kamu terus memaksa. Di mana perasaan kamu, Ndra? Setelah kamu berzina dengan dia kamu langsung memaksaku untuk bercinta denganmu. Wanita mana pun nggak akan mau diperlakukan seperti itu!"Rajendra terdiam. matanya yang penuh dengan amarah itu meredup. Perasaan sakit di kakinya membuat kemarahannya seolah terbatasi."Kamu istriku, Livia. Aku berhak melakukan apa pun padamu. Tidak peduli kamu suka atau tidak! Dan kamu wajib memenuhi apa pun yang suamimu inginkan. Belajar lagi k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Maaf

    Livia masih berada di tempatnya berdiri sambil memandangi Rajendra yang asyik merokok.Cara Rajendra memegang batang rokok. Cara pria itu mengisapnya dalam-dalam lalu mengepulkan asapnya ke udara terlihat begitu estetik di mata Livia. Membuatnya benar-benar jatuh cinta pada lelaki itu.Livia kemudian ingat. Biasanya setiap kali merokok Rajendra akan ditemani secangkir kopi.Saat ini secangkir kopi itu tidak ada di atas meja. Rasanya agak ganjil lantaran Livia sudah tahu kebiasaan Rajendra dengan baik. Tanpa ia sadari Livia melangkahkan kakinya ke dapur untuk membuatkan kopi untuk Rajendra. Dengan gerakan yang sudah terlatih Livia menyiapkan kopi hitam favorit Rajendra. Aroma khasnya yang menguar perlahan memenuhi ruangan, menghangatkan ruangan yang sepi.Sesudah kopi itu siap untuk disajikan Livia berdiri sesaat sambil memandangi uap tipis di permukaan kopi tersebut. Livia hela napasnya dalam-dalam sembari menenangkan gejolak jantungnya yang berdetak dengan cepat.Kemudian Livia memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Keguguran?

    Livia masih belum berani mengatakan pada Rajendra tentang rencananya untuk kembali mengajar les. Hubungan mereka baru saja 'membaik'. Livia takut jika ia meminta izin maka akan memancing kemarahan Rajendra.Setelah sekian lama Livia tak juga datang, Hazel merengek pada papanya."Pa, Bu livia kenapa nggak pernah datang. Aku salah apa, Pa?" Anak itu menarik-narik baju Ryuga."Hazel, akhir-akhir ini Bu Livia sangat sibuk makanya belum sempat ke sini," jawab Ryuga memberikan alasan."Tapi masa sibuk melulu sih, Pa? Aku kangen ingin belajar sana Bu Livia. Aku juga ingin main piano dengannya." Hazel mulai merengek, membuat Ryuga sedikit kebingungan untuk menenangkannya."Oke, oke, sekarang kita telepon Bu Livia-nya ya. Coba Hazel yang langsung ngomong dan minta sama Bu Livia." Ryuga mengambil ponsel, mencari nomor telepon Livia dan menghubunginya. Setelah tersambung Ryuga memberikan ponsel pada sang putri."Halo, Ryuga." Livia menyapa pelan."Bu Livia, ini Hazel, bukan papa," jawab suara ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 340

    Rajendra bergegas menghampiri livia. Tubuhnya gemetar saat ia mengguncang bahu istrinya yang terkulai di lantai. Keringat dingin membasahi dahi Livia, tapi napasnya masih ada meskipun lemah."Liv, bangun! Livia, bangun!" suara Rajendra terdengar panik.Erwin yang mendengar teriakan putranya segera masuk ke kamar. Begitu melihat menantunya tergeletak ia ikut cemas."Livia kenapa, Ndra? Kenapa bisa begini?" Erwin jauh lebih khawatir."Aku nggak tahu, Pi. Tadi dia baik-baik aja. Aku ke toilet sebentar pas balik dia udah jatuh gini."Erwin berlutut di samping Livia. "Kita harus bawa dia ke rumah sakit sekarang, Ndra."Tanpa berpikir panjang Rajendra mengangkat tubuh Livia ke dalam gendongannya.Di dalam mobil yang melaju kencang menuju Rumah Sakit Rajendra menggenggam tangan Livia erat-erat. Jari-jemarinya dingin, napasnya lemah dan wajahnya pucat, membuat Rajendra tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya."Bertahanlah, Liv," suaranya bergetar. "Jangan tinggalkan aku, Liv." Ia menatap wa

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 339

    Rajendra meneguk salivanya. Tangannya mengepal di sisi tubuh. Mungkin kamu cuma berhalusinasi, Liv. Bisa saja itu bayangan dari cerita yang pernah kamu dengar."Livia mengerutkan dahi, matanya meneliti ekspresi Rajendra. Livia yakin ia tidak sedang berhalusinasi. Ia yakin betul yang ia lihat itu benar-benar ada, hanya saja ia tidak tahu siapa orangnya. "Jadi nggak ada siapa pun di rumah ini yang pincang?" suaranya lebih pelan dan penuh selidik."Nggak ada," dengan cepat Rajendra menggeleng.Namun Livia tidak bisa mengabaikan perasaan aneh di dadanya. Bayangan itu terasa nyata.Erwin yang dari tadi diam tiba-tiba berdeham pelan. "Ayo kita naik dulu, Liv. mungkin kalau kamu melihat kamarmu akan ada lebih banyak lagi hal yang bisa kamu ingat."Livia mengangguk meskipun pikirannya masih berkutat pada sosok pincang yang muncul dalam kepalanya.Mereka menaiki tangga. Langkah Livia terasa lebih berat dari sebelumnya. Ada perasaan asing namun juga familier saat tangannya menyentuh pegangan ka

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 338

    Rajendra menggenggam setir dengan erat, ia mencoba mengatur napasnya. Livia menatapnya penuh tanda tanya, tentu saja tidak menyadari betapa dalam luka yang ia sentuh dengan pertanyaannya barusan."Kita pernah tinggal di beberapa tempat." Akhirnya Rajendra menjawab, terdengar begitu hati-hati. "Awalnya di rumah orang tuaku terus kita pindah ke rumah sendiri, tapi ada sesuatu yang terjadi dan kita harus kembali ke rumah Papi."Dahi Livia berkerut. "Sesuatu yang terjadi?" ulangnya. Matanya tidak lepas dari Rajendra.Rajendra menghela napas di dalam diam. Ia tahu cepat atau lambat Livia akan bertanya, namun ia tidak siap untuk mengenang kembali semua peristiwa pahit itu."Rumah kita dulu terbakar," jawab Rajendra lirih Livia sontak terkejut. "Gimana bisa?""Karena korsleting listrik. Setelah itu kita nggak punya pilihan selain pindah ke rumah Papi untuk sementara waktu. Tapi akhirnya kita bisa punya rumah baru lagi."Livia terdiam. Ada banyak pertanyaan di kepalanya, tapi ia juga bisa me

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 337

    Pagi itu Rajendra turun lebih awal ke dapur. Sebelum keduluan Tasia ia ingin membuat kopinya sendiri. Saat ia membuka lemari untuk mengambil cangkir, sebuah tangan tiba-tiba menyodorkan cangkir ke arahnya."Ini, Pak," kata Tasia dengan suara yang terdengar lembut.Rajendra menoleh dan menemukan Tasia berdiri sangat dekat dengannya."Kamu sudah bangun?" tanyanya sedikit terkejut.Tasia tersenyum kecil. "Saya memang selalu bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan. Bapak tahu kan saya suka memastikan semuanya berjalan lancar di rumah ini? Apalagi Ibu Livia lagi sakit."Rajendra menerima cangkir dari Tasia dan mengucapkan terima kasih.Ketika ia hendak menuangkan kopi Tasia dengan sengaja menyentuh tangannya. "Oh maaf," kata Tasia dengan tawa kecil. "Saya terlalu dekat ya?"Rajendra mundur sedikit tapi Tasia tetap berdiri di tempatnya."Saya senang melihat Bapak mulai rileks. Saya harap Bapak tahu kalau saya selalu ada kalau Bapak butuh seseorang untuk berbicara," katanya dengan nada l

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 336

    Malam itu setelah meminum obat, Livia keluar dari kamar. Anak-anak sedang mengerjakan PR dengan Tasia, sedangkan Rajendra entah ke mana.Livia berjalan dan bermaksud duduk di beranda. Setelah pintu ia buka ternyata ia melihat Rajendra sedang duduk sendiri. Livia bermaksud kembali ke dalam rumah tapi Rajendra sudah terlanjur melihatnya."Sayang!" kata pria itu. "Mau ke mana?"Livia menghentikan langkahnya sejenak. Ia Ragu harus melangkah ke dalam atau tetap bertahan di tempat. Tapi ada sesuatu dalam nada suara pria itu yang terasa akrab dan hangat."Aku hanya ingin duduk sebentar di luar," jawab Livia pelan menghindari tetapan suaminya.Rajendra menggeser duduk. Ia memberi ruang di sebelahnya. "Duduk di sini Liv."Livia merasa ragu tapi kakinya justru melangkah mendekat. Hanya saja ia duduk di kursi yang lain, menjaga jarak dari Rajendra.Keheningan menyelimuti mereka selama beberapa saat. Hanya ada suara angin yang berembus lembut dan desiran dedaunan yang bergerak pelan. "Sudah mera

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 335

    Tasia jelas saja terkejut mendapat serangan dari Rajendra. "Maaf, Pak, saya tidak tahu kalau itu rahasia. Saya mengatakannya pada ibu Livia hanya agar ingatannya cepat kembali. Saya nggak ada maksud apa-apa."Rajendra menggelengkan kepalanya. Ia terlalu kecewa pada sikap Tasia. "Selama ini saya percaya sama kamu," lanjutnya dengan suara dingin. "Saya menganggap kamu sebagai orang yang bisa saya andalkan. Tapi ternyata kamu lebih memilih jadi pengadu domba."Tasia langsung melihatkan wajah sedih seolah perkataan Rajendra benar-benar menyakitinya. "Pak, saya hanya ingin membantu.""Membantu apa?" potong Rajendra sebelum perempuan itu melanjutkan kalimatnya. "Yang kamu lakukan justru menimbulkan kekacauan.""Tapi Bu Livia berhak tahu kenyataannya, Pak.""Itu bukan hak kamu buat kasih tahu dia!" bentak Rajendra. Emosinya benar-benar memuncak. "Apa kamu pikir saya nggak akan pernah bilang apa pun? Apa kamu pikir saya akan menyembunyikan hal itu selamanya? Lagian itu bukan urusan kamu. Tuga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 334

    Rajendra terkekeh pelan meski ada sedikit rasa sakit menusuk jiwa. "Red flag?" ulangnya."Iya, naluriku yang bilang begitu," jawab Livia.Rajendra teguk salivanya. Kalau naluri Livia saja sudah mengatakan bahwa ia adalah cowok red flag, berarti dulu Livia memang pernah terluka karena dirinya kan?"Aku nggak seburuk itu, Liv," kata Rajendra akhirnya. "Kalau aku memang red flag, kenapa kamu cinta sama aku?"Livia mengerutkan dahi. Ia ingin membantah tapi satu pun ingatan tentang perasaan terhadap Rajendra tak pernah bisa ia temukan. Itu yang membuatnya semakin ragu. "Apa aku benar-benar jatuh cinta sama kamu?" pandangnya tajam."Iya," jawab Rajendra mantap. "Kamu mencintaiku, Livia. Sama seperti aku mencintaimu."Livia membisu begitu lama. Sorot matanya tajam, seolah mencoba membaca kebenaran di balik kata-kata Rajendra."Kalau aku memang cinta sama kamu kenapa aku nggak bisa mengingat apa pun?" tanyanya pelan.Rajendra menelan ludah lalu menggenggam lembut tangan Livia. "Nggak apa-apa

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 333

    Livia sudah bangun sejak tadi pagi. Tapi sampai detik ini ia masih berada di dalam kamar. Berbaring sambil bermenung sendiri. Sisa-sisa kesedihan masih berjejak di hatinya. Perasaan kecewa karena merasa dibohongi belum sepenuhnya pergi.Saat Livia sedang asyik merenung pintu kamarnya diketuk."Bunda! Bunda udah bangun?" Itu suara Gadis.Livia mengesah pelan."Nda, Adis boleh masuk nggak?"Livia menoleh ke arah pintu lalu dengan berat hati terpaksa mengatakan. "Masuk aja."Perlahan-lahan pintu terbuka, memperlihatkan seorang anak kecil yang sudah siap dengan seragam merah putihnya. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai bebas. Sebuah bandana berwarna pink lembut menghiasi kepalanya. Membuatnya tampak begitu manis dan menggemaskan.Dengan langkah kecilnya Gadis mendekati tempat tidur Livia lalu bicara pada perempuan yang masih berbaring itu. "Bunda, kenapa masih tiduran? Bunda sakit ya?" tanyanya sembari meraba kening Livia."Bunda cuma mau istirahat," lidah Livia kelu saat mengucapk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 332

    Livia berjalan tanpa arah. Malam semakin larut, udara dingin menusuk kulit, tapi ia tidak peduli. Kata-kata Astrid terus terngiang di telinganya.AKU ASTRID, ISTRI EVANJadi selama ini ia hanya tempat persinggahan sementara? Atau dirinyalah yang salah arah? Evan begitu baik padanya, begitu perhatian, tetapi pada akhirnya ia tetap pria yang sudah memiliki istri.Air mata yang ia tahan sejak tadi di akhirnya jatuh. Livia tertawa miris. Bodoh. Ia merasa sangat bodoh.Ponselnya bergetar berkali-kali. Nama Evan muncul di layar, tapi ia tidak ingin menjawab. Apalagi yang perlu dijelaskan? Semua fakta sudah ada di depan mata.Tanpa sadar hati membawanya kembali ke rumah Rajendra. Setelah masuk ia langsung menuju kamar tanpa menyapa siapa pun. Ia hanya ingin bersembunyi dari dunia yang terasa semakin menyakitkan. Namun Rajendra yang kehilangan Livia sejak tadi melihat semuanya. Wajah Livia yang muram, tatapan mata yang kosong dan langkahnya yang gontai.Rajendra tidak bisa tinggal diam. Denga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status