Share

Pergi Dari Rumah

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-04 21:56:58

Pukulan itu meninggalkan bekas di pipi Rajendra dan membuat wajahnya tertoleh ke samping. Ia terkejut, tidak pernah menduga Livia berani melakukan hal seperti itu.

Suasana terasa mencekam dan keduanya terdiam beberapa saat.

Wajah Livia memerah bukan hanya karena marah tapi juga karena kesedihan yang mendalam.

"Jangan pernah menghina saya seperti itu lagi, Ndra," suara Livia bergetar. Matanya dipenuhi amarah dan rasa sakit. “Kamu nggak berhak bicara seperti itu pada saya. Saya tahan dengan kelakuanmu dan masih bertahan di sini karena berusaha menjadi istri yang baik."

Rajendra menyentuh pipinya yang memerah dan terasa perih. Sepasang matanya masih menatap Livia dengan campuran amarah dan keterkejutan. “Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu lakukan? Kamu selalu mencari perhatian orang lain dengan kecacatanmu itu."

Livia mendengkus lalu menatap suaminya dengan mata terluka. “Kamu terlalu picik untuk mengerti. Saya bekerja dan berinteraksi dengan orang lain adalah satu-satunya cara aga
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Diandra Nur
yess Livia keputusanmu sudah benar Nex Livia mulai bangkit ,sukses dan bahagia
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Bagus sih Livia akhirnya pergi, lihat aja Rajendra pasti kelimpungan. Tapi ya jangan pulang kerumah itu donk. Pastilah ditolak, apalagi sekarang Livia gak punya apa-apa. Mungkin terkesan gak tahu malu, tapi lebih baik minta bantuan Langit atau Ryuga. Tapi lebih seru kalo Livia datang ke Erwin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sendiri

    Jihan termangu sejenak, seakan tidak percaya pada apa yang ada di hadapannya. Livia berdiri di depannya dengan wajah yang terlihat lelah dan penuh kesedihan."Kenapa ke sini?" Jihan bertanya. Ada nada tidak senang dalam suaranya.“Ma, izinkan aku masuk dulu. Nanti akan kuceritakan," pinta Livia begitu penuh harap.Meski dengan berat hati Jihan tetap mengizinkan Livia masuk. Setelah duduk di sofa ruang tamu Livia mulai bercerita."Aku dan Rajendra sedang ada masalah, Ma. Aku nggak tahu lagi harus pergi ke mana. Jadi tolong izinkan aku tinggal sementara di sini."Jihan menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Sorot matanya menajam saat ia menatap Livia yang duduk dengan wajah penuh keputusasaan.“Kenapa kamu sebodoh itu, Livia?" Suara Jihan meningkat drastis. "Apa kamu nggak berpikir dari mana kita mendapat uang kalau bukan dari Rajendra? Kamu lupa kalau Mama sakit? Atau kamu ingin Mama mati? Begitu kan yang kamu inginkan?"Livia terdiam mendengar kemarahan ibunya. Ia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Galau

    Livia merebahkan tubuhnya ke ranjang. Ia ingin tidur sekarang mengistirahatkan badan dan pikirannya. Ketika ia hendak memejamkan mata pintu kamarnya diketuk bersamaan dengan suara Jihan."Livia, buka pintunya!"Dengan enggan Livia bangun lalu berjalan ke arah pintu. Tampak Jihan sedang membawa nampan berisi sepiring nasi dan gelas air putih."Kamu pasti lapar, ayo makan dulu.""Aku nggak selera, Ma," jawab Livia menolak."Ayolah, Livia, Mama sudah susah payah menyiapkannya untukmu. Hargai Mama sedikit."Livia terpaksa menerima nampan tersebut. "Makasih, Ma.""Hm." Jihan menggumam pelan kemudian meninggalkan kamar Livia.Livia menutup pintu. Diletakkannya nampan di atas meja. Ia benar-benar kehilangan selera makan. Yang dilakukannya hanya meneguk air putih di gelas sampai tandas kemudian kembali ke tempat tidur.***Belum sampai sehari Livia pergi tapi Rajendra sudah seperti cacing kepanasan. Biasanya Livialah yang mengurus segalanya. Mulai dari pakaian sampai makanan. Rajendra pikir h

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Akulah Rumahmu

    Jihan.Untuk apa mertuanya itu menelepon? Mau minta uang lagi?Namun sesaat kemudian ia teringat pada Livia. Bisa saja panggilan dari Jihan untuk membicarakan mengenai Livia kan? Atau jangan-jangan saat ini Livia memang sedang berada di rumah Jihan.Demi menjawab rasa penasarannya Rajendra terpaksa menjawab panggilan dari orang yang sebenarnya ia malas bicara dengannya."Halo," suaranya datar."Rajendra?""Ya.""Ini Tante Jihan. Tante hanya ingin memberitahu bahwa Livia ada di sini."Entah mengapa Rajendra merasa lega mendengar informasi yang diterimanya."Tadi Livia datang dan mengatakan kalian sedang ada masalah. Tante sudah menyuruhnya pulang ke rumah kalian tapi dia nggak mau. Tolong maafkan anak Tante ya. Walau sudah dewasa tapi kadang dia masih kekanakan.""Ya, Tante, saya mengerti," jawab Rajendra pendek."Tante sudah nasihati dia bahwa masalah dalam rumah tangga itu biasa. Livia nggak seharusnya pergi dari rumah." Jihan melanjutkan perkataannya. "Bisa kamu jemput Livia sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tulus

    Hari sudah pagi di saat Livia terbangun di sofa dingin di kamarnya. Perempuan itu menggeliatkan badannya. Pikirannya bingung. Ia juga merasa asing. Seingatnya kemarin ia berada di rumah ibu tirinya. Lantas kenapa sekarang ia kembali ke tempat ini? Apa yang terjadi?Setelah berpikir dengan keras Livia segera menyadari bahwa seseorang sudah membawanya pulang di saat ia tengah tidur nyenyak. Namun kenapa ia tidak terbangun? Bagaimana bisa ia tidur sepulas itu?Livia akan bangkit dari sofa, terdengar langkah kaki menghampiri. Rajendra. "Sudah bangun?" ujarnya singkat.Pertanyaan Rajendra mendapat balasan yang tidak menyenangkan dari Livia."Jadi kamu yang membawa saya pulang?" tatapnya tajam."Ibu tirimu yang meneleponku memohon-mohon agar aku menjemputmu. Padahal aku juga nggak ingin kamu berada di sini. Tapi karena aku masih menghargainya sebagai mertua dan dia tampak tersiksa oleh kehadiranmu di sana aku terpaksa menjemput."Livia rasanya ingin ngamuk mendengar jawaban Rajendra yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Nggak Penting

    "Liv, kamu ke mana? Dari semalam aku nggak ngeliat kamu," ujar Utary begitu Livia menyediakan sarapan untuk Rajendra dan kekasihnya."Oh, kemarin ada sedikit urusan yang harus diselesaikan di luar. Silakan dimakan, Tar," jawab Livia sambil menata roti di atas meja. Ia juga meletakkan segelas susu hamil tepat di hadapan Utary. "Susunya juga dihabisin ya biar nutrisi kamu terpenuhi dan kamu selalu kuat."Utary merasa heran atas sikap Livia pagi ini yang terkesan tidak seperti biasa. Livia bersikap ramah dan penuh perhatian.Begitu pun dengan Rajendra. Lelaki itu menatap Livia tajam tapi sang istri membalas dengan senyum lembut."Kamu nggak kerja?" Utary menanyakannya lantaran melihat Livia hanya memakai baju harian. Tidak seperti biasa. Biasanya Livia sudah siap dengan pakaian kerjanya."Mulai hari ini saya resign. Saya nggak kerja lagi. Saya akan terus berada di rumah." Setelah memberi jawaban, Livia menatap Rajendra sekilas. Pria itu hanya diam sambil menyeruput kopinya."Oh ya? Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rajendra Jangan Dilawan

    Livia membersihkan meja makan serta membawa peralatan makan yang kotor ke belakang. Ia membuka lemari penyimpanan makanan tapi tidak ada bahan-bahan untuk membuat donat. Ia harus membelinya terlebih dulu.Livia masuk ke kamarnya untuk mengganti baju. Disampirkannya tas selempang ke bahu. Tepat ketika ia akan memasukkan handphonenya ke sana benda itu berbunyi dan membuat Livia terkesiap.Ada nama Langit tertera di layar.Untuk sejenak Livia terpaku. Ia hampir bisa memastikan untuk apa Langit meneleponnya. Lantaran ponselnya terus berbunyi Livia terpaksa menerima telepon dari Langit."Halo, Langit," sapa Livia pelan dengan suara sedikit bergetar."Kamu di mana, Liv? Kenapa nggak datang ke kantor?" berondong Langit dengan pertanyaan.Livia menghela napas panjang kemudian menjawab, "Maaf kalau saya belum memberi kabar dan terkesan tidak sopan. Saya memutuskan untuk berhenti mulai hari ini."Di ujung telepon Langit terdiam sebentar seakan tengah menganalisis perkataan Livia. "Berhenti? Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Belatung

    Setelah lama duduk termenung setelah menerima telepon dari Langit tadi, Livia langsung bergegas ke luar kamar."Livia, mana donatnya?" tuntut Utary saat Livia berpapasan dengan Utary yang sedang santai nonton televisi di ruang tengah."Ini saya baru mau beli bahan-bahannya dulu ke toko.""Ya ampun, Livia! Jadi dari tadi kamu ngapain aja?" bentak Utary geram. Ia pikir Livia sedang sibuk di dapur menyiapkan donat tersebut untuknya."Sorry, Tary, tadi saya ngeliat tutorialnya dulu di YT.""Pokoknya harus enak ya. Aku ini sedang hamil. Aku nggak mau sampai keracunan," kata Utary setengah mengancam.Livia menganggukkan kepalanya kemudian berlalu pergi menggunakan ojek online.Di atas sepeda motor yang membawanya Livia terus menguatkan diri. Ia mengingat janji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah dan putus asa. Livia akan menjadi istri yang baik untuk Rajendra sampai hati lelaki itu terbuka dan dia bisa 'melihat' keberadaan Livia.Sesampainya di toko yang dituju Livia langsung membeli

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Lelaki Itu Sudah Pulang

    Dengan cepat Livia berlari kembali ke kamar Utary ketika mendengar teriakan histeris perempuan itu. Jantungnya berdegup tanpa kendali. Benaknya seketika dihantui kecemasan mengenai adanya kesalahan dalam proses membuat donat tersebut.Di kamar Utary, Livia melihat perempuan itu berdiri di atas tempat tidur sembari menunjuk-nunjuk ke arah donat di dalam piring dengan raut jijik dan panik."Ada belatung di sana! Cepat buang semuanya!" Utary berteriak histeris. "Tenang, Tary, tenang dulu," kata Livia. Ia memandangi piring berisi donat itu dengan saksama. Tidak ada belatung di sana. Yang ada hanya irisan keju yang banyak.Livia bingung kenapa Utary mengatakan ada ulat tersebut. Livia tahu persis bahan-bahan yang dibelinya untuk membuat donat tersebut masih baru dan bersih."Tary, nggak ada belatung di sini. Mungkin kamu hanya salah lihat. Yang kamu kira belatung adalah irisan keju," terang Livia tetap tenang."Aku nggak bohong dan aku juga belum rabun. Aku ngeliat sendiri ada belatung di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   TAMAT

    Rumah besar Livia dan Rajendra kini terasa sunyi. Anak-anak sudah besar dan berkeluarga. Tapi di setiap akhir pekan rumah mereka selalu ramai oleh tawa canda cucu dan cicit mereka. Anak-anak selalu menawarkan Rajendra dan Livia untuk tinggal bersama mereka tapi keduanya menolak. Mereka lebih memilih untuk tinggal berdua saja dan menghabiskan masa tua bersama.Rajendra dan Livia saat ini sedang berada di kamar mereka. Rajendra sudah berumur 90 tahun sedangkan Livia 3 tahun di bawahnya. Keduanya berbaring di tempat tidur."Hujannya lama ya, Ndra, dari tadi nggak berhenti-henti," kata Livia sembari memandang ke luar jendela, pada titik-titik hujan yang terus berjatuhan."Iya, Sayang. Sekarang kan lagi musim hujan.""Dingin ..." Rajendra merengkuh Livia, memberi lengannya untuk istrinya itu berbaring sedangkan satu tangannya lagi memeluk tubuh Livia. Meski rambut mereka sudah sepenuhnya memutih dan wajah mereka sudah keriput tapi cinta mereka begitu kuat.Livia tersenyum. "Berada di peluk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 8

    Hari-hari setelah kehamilannya terasa berat bagi Gadis. Setiap hari ia mengalami morning sickness yang menyebabkan susah makan.Randu yang biasanya pagi-pagi berangkat ke kedutaan kini harus mengurus Gadis lebih dulu sebelum pergi ke kantornya."Makan dikit ya, Abang bikinin sup hangat atau maunya roti coklat aja?" kata Randu sambil mengelus pundak Gadis yang terduduk lemas di sofa.Gadis menggelengkan kepalanya. "Adis nggak mau apa-apa, Bang. Adis nggak selera makan apa pun.""Tapi setidaknya Adis harus makan sedikit biar ada isi perutnya. Ingat, Dis, anak kita juga butuh asupan."Gadis tersenyum melihat perhatian Randu dan kepanikannya di waktu yang sama. "Ya udah, Adis mau minum teh hangat aja sama roti coklat," putusnya walau kemudian kembali berakhir dengan muntah.Malam harinya saat video call dan mengetahui keadaan Gadis, Livia langsung mengambil keputusan."Ndra, aku harus berangkat.""Ke mana?" tanya Rajendra."Ke Turki. Aku harus nemenin Gadis. Dia butuh aku saat ini. Ini ke

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 7

    Gadis dan Randu memulai kehidupan mereka sebagai suami istri begitu tiba di Ankara, ibukota Turki. Kota itu terasa begitu berbeda dengan suasana di Indonesia. Udara dingin menusuk di musim gugur. Arsitektur Eropa bercampur dengan sentuhan Ottoman serta hiruk pikuk kehidupan yang begitu asing bagi Gadis.Randu sebagai diplomat muda langsung disibukkan dengan pekerjaannya di kedutaan besar Indonesia. Seringkali ia harus menghadiri rapat dengan pejabat Turki, menerima delegasi dari Indonesia, atau menghadiri acara-acara diplomatik. Sementara itu gadis masih beradaptasi dengan kehidupan barunya. Awalnya ia merasa canggung tinggal di negeri orang. Namun Randu selalu berusaha membuatnya nyaman. Mereka tinggal di sebuah apartemen yang luas dengan pemandangan kota Ankara yang indah.Setiap pagi Randu berangkat ke kedutaan, sementara gadis mulai membangun rutinitasnya sendiri. Ia mengambil kursus bahasa Turki agar bisa lebih mudah berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Selain itu ia juga se

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 6

    Hari keberangkatan Gadis dan Randu ke Turki semakin dekat. Di rumah keluarga Rajendra suasana haru kian terasa.Livia sibuk memastikan semua keperluan Gadis sudah siap. Ia berulang kali memeriksa koper putrinya hanya demi memastikan tidak ada barang penting yang tertinggal."Adis, kamu yakin semuanya udah lengkap? Paspor, obat-obatan, udah?" tanya Livia dengan suara bergetar.Gadis tersenyum tipis, ia mencoba menenangkan perasaan ibunya. "Udah, Bunda. Tenang aja, Adis udah cek berkali-kali, sama kayak Bunda."Namun, Livia tetap terlihat cemas. Tangannya gemetar saat merapikan baju-baju Gadis di koper."Nda, udah. Jangan kayak gini. Nanti Adis bakal sering nelepon dan video call sama Bunda kok," kata Gadis menenangkan sang bunda.Livia mengangguk tapi matanya mulai berkaca-kaca. Ia belum siap berpisah dengan Gadis, namun juga tidak mungkin menahan Gadis agar tetap bersamanya karena Gadis sudah menikah.Rajendra juga mencoba untuk tegar. Ia diam saja, memerhatikan semua persiapan denga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 5

    Akad nikah Gadis dan Randu sudah selesai dilaksanakan. Acara disambung dengan resepsi pernikahan.Acara tersebut tampak meriah. Para tamu yang datang terlihat puas. Baik oleh penyelenggaraan acaranya maupun dari hidangan yang disajikan. Wedding singer yang berada di atas panggung yang berada tidak jauh dari pelaminan tidak ada hentinya menyanyikan lagu romantis, membuat atmosfer penuh cinta semakin terasa."Liv, aku mau nyanyi boleh nggak?" kata Rajendra tiba-tiba."Hah?" Mata Livia melebar mendengarnya. "Emang kamu bisa nyanyi?""Bisa dong walau suara aku pas-pasan," kekeh Rajendra.Livia ikut tertawa. "Ya udah gih, nyanyi sana biar anak-anak tahu kalau papanya ada bakat terpendam.""Kamu mau ikutan nyanyi sama aku?""Aku ngeliat dari sini aja."Rajendra berjalan ke belakang panggung, berbicara dengan seseorang lalu naik ke atas panggung. Mikrofon yang tadinya ada di tangan wedding singer berpindah ke tangan Rajendra."Bang, itu Papa mau ngapain?" tanya Gadis yang duduk di pelaminan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 4

    Begitu mendapatkan restu dari Erwin, persiapan pernikahan Gadis dan Randu segera disiapkan.Livia yang paling sibuk. Ia memastikan bahwa semua berjalan lancar dan sempurna untuk anak perempuannya. Begitu pula dengan Rajendra. Ia lebih disibukkan dengan urusan administratif.Gadis menginginkan pernikahan yang sederhana tapi tetap elegan. Setelah berdiskusi panjang akhirnya mereka memutuskan menyewa gedung yang memiliki nuansa taman di dalamnya dengan lampu-lampu gantung. Sementara untuk dekorasinya sendiri dihiasi nuansa putih dan hijau yang menyimbolkan kesan alami dan damai.Untuk pakaian pengantin Randu mengenakan beskap putih klasik. Sedangkan Gadis memilih gaun putih gading dengan detail bordir yang lembut. Saat pertama kali mencobanya ia termenung di depan cermin, menyadari bahwa sebentar lagi hidupnya akan berubah.Mengenai undangan mereka mencetak undangan simpel dengan desain minimalis. Gadis dan Randu memutuskan hanya mengundang orang-orang terdekat. Meskipun begitu Rajendra

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 3

    "Yang benar aja kamu, Ndra. Nggak mungkin Gadis nikah sama Randu!" Begitu kata Erwin di saat Rajendra mengatakan tentang rencana menikahkan kedua anaknya."Aku dan Livia juga kaget, Pi. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka berdua saling mencintai," ujar Rajendra pada Erwin."Kayak nggak ada orang lain aja." Erwin terlihat tidak setuju atas rencana pernikahan keduanya."Ya mau gimana lagi, Pi. Namanya juga cinta."Erwin terdiam. Ia kehilangan kata untuk menjawab kata-kata Rajendra."Pi, kita restui saja mereka. Jangan dipersulit," pinta Rajendra." Aku nggak ingin melihat anakku menderita apalagi kalau mereka sampai kawin lari."Erwin menghela napasnya lalu bertanya, "Sejak kapan mereka pacaran?""Sudah cukup lama, Pi. Livia yang punya firasat itu tapi aku nggak percaya. Sampai akhirnya keduanya mengaku."Erwin terdiam lagi seolah sedang memikirkan perkataan Rajendra. "Kamu nggak lupa siapa orang tua Randu kan, Ndra? Jangan lupa dia anak Utary dan nggak tahu siapa bapaknya.""Aku udah lupakan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 2

    "Liv love, kamu ngeliat Gadis nggak?" tanya Rajendra setelah masuk ke ruangan Livia. Setelah semua yang terjadi Livia juga bekerja di kantor menjadi asisten pribadi Rajendra. Lagi pula anak-anak sudah besar."Paling pergi makan siang bareng Randu," jawab Livia sambil merapikan ikatan rambutnya."Makin hari mereka semakin dekat," komentar Rajendra."Iya. Aku pun ngeliatnya begitu." Livia menimpali. "Kamu ngerasa nggak sih, kalau hubungan mereka kayak udah nggak wajar?""Nggak wajar gimana?" Rajendra mengerutkan dahinya.Livia tampak ragu namun tak urung mengatakan. "Aku ngeliat mereka kayak orang lagi pacaran. Benar nggak?"Rajendra tertawa mendengarnya. "Kamu ada-ada aja, Sayang. Randu dan Gadis kan dari kecil sudah tumbuh bersama. Mereka itu kakak adik. Nggak mungkin mereka seperti yang kamu bilang."Livia terdiam. Yang dikatakan Rajendra ada benarnya. Tapi firasatnya berkata lain. Sebagai seorang ibu ia tahu persis ada yang berbeda dalam hubungan Randu dan Gadis. Cara Randu menatap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 1

    Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan. Setiap detik yang terlewati bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat.Anak-anak sekarang sudah dewasa. Randu sudah bekerja sebagai salah satu staff di Kemenlu. Sedangkan Gadis melanjutkan kerajaan bisnis Rajendra bersama dengan Livia. Hubungan Gadis dengan Randu sangat dekat. Bahkan tidak bisa lagi dibilang sebagai kakak adik biasa. Tumbuh bersama sejak kecil dan melewatkan berbagai hal berdua membuat mereka saling terikat satu sama lain. Meski tidak ada pernyataan cinta yang terucap namun keduanya menyadari bahwa mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Rajendra dan Livia menganggap keduanya saling menyayangi sebagai kakak dan adik. Tidak sedikit pun terbersit di pikiran mereka bahwa keduanya akan melewati batas itu."Dis, Abang pengen ngomong. Bisa nggak kita ketemuan makan siang nanti?" Itu pesan yang diterima Gadis dari Randu ketika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor."Ha

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status