Share

Mencari Gadis

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 19:00:20

Sudah sejak tadi Langit berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya. Jantungnya bertalu-talu. Ia tidak bisa tenang memikirkan peristiwa yang terjadi saat ini.

Ia tahu, memberitahu Livia tentang Gadis yang dibawa Rajendra akan menjadi momen yang sangat sulit. Livia sudah cukup mengkhawatirkan banyak hal, terutama soal Gadis. Tapi Langit juga tidak mungkin menyembunyikannya. Livia harus tahu secepatnya mengenai putrinya yang dibawa kabur.

'Kalau aku jujur Livia dipastikan langsung panik. Tapi kalau aku nggak kasih tahu sekarang, situasinya akan semakin parah,' pikirnya di dalam hati.

Lelah mondar-mandir, Langit duduk di kursinya sambil menatap ponsel di tangan. Ia membuka nomor Livia. Jari jemarinya terasa kaku. Ia ragu menekan tombol panggil. Tapi mau tidak mau Livia harus tahu.

Langit berlatih merangkai kata-kata yang tepat untuk ia ucapkan pada Livia.

'Liv, aku punya kabar buruk.'

Nggak, nggak, itu terlalu frontal. Langit membuang kata-kata itu dari otaknya.

Ia merangkai kata kedua.

"L
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Debora Susana
Langit masih aja terlihat baik di mata Livia padahal dia jahat sebenernya karena takut kehilangan Livia sama Gadis
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Kalo mau simpel sih, Livia kasih kesempatan ke Rajendra. Terus rawat Gadis bareng-bareng deh. Tapi kan gak akan semudah itu, mengingat gimana perlakuan Rajendra dulu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Cemas

    Langit mengembalikan ponselnya ke dalam saku setelah bertelepon dengan Livia. Wajahnya tampak muram. Pikirannya penuh dengan berbagai hal. Ia harus segera melakukan sesuatu. Tapi ia juga tahu salah langkah sedikit saja bisa membuat situasi ini semakin runyam.Langit mencoba menghubungi Rajendra sampai beberapa kali, namun panggilan darinya tidak dijawab. Ia tahu Rajendra sengaja melakukannya.Langit keluar dari kantornya. Ia akan menjemput Livia sekarang. Selama perjalanan menuju rumah sakit, Langit menghubungi beberapa orang di daftar kontaknya yang mungkin mengetahui keberadaan Rajendra. Tapi tidak ada yang tahu di mana Rajendra sekarang atau baru saja berhubungan dengan Rajendra.Livia sedang menunggu di lobi ketika ketika Langit tiba di sana. Wajahnya tampak pucat, matanya sembab akibat kebanyakan menangis memikirkan Gadis. Dengan terpincang dan tertatih ia melangkah menuju mobil Langit."Kamu nggak apa-apa, Liv?" tanya Langit setelah Livia duduk di mobil.Livia menjawab dengan an

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Telepon Dari Livia

    Taksi yang ditumpangi Rajendra berhenti tepat di depan sebuah rumah megah. Setelah urusannya dengan supir taksi selesai Rajendra membawa Gadis turun dengan hati-hati."Selamat datang di rumah Oma dan Opa, Sayang. Gadis nggak sendiri di sini. Nanti main sama Bang Randu ya, Nak," kata Rajendra sembari mengecup pipi anak berumur tiga bulan itu dengan penuh kasih sayang.Dengan sebelah tangannya Rajendra membunyikan bel. Hanya tiga kali pencet pintu terbuka, memperlihatkan wajah Lola. Wanita separuh baya itu terkejut melihat Rajendra datang bersama bayi di gendongannya."Siang, Oma cantik. Kenalin Ini Gadis," kata Rajendra pada ibu tirinya itu."Gadis? Astaga? Gimana mungkin dia bisa sama kamu, Ndra?" Lola masih belum bisa menyembunyikan wajah terkejutnya."Apa yang salah, Tante? Aku kan papanya," jawab Rajendra santai lalu masuk ke dalam rumah."Iya, tapi kan kamu ..." Lola menggantung kalimatnya, mencerna apa yang sedang terjadi.Rajendra tertawa. "Jadi Oma nggak mau gendong Gadis nih?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tantangan Dari Rajendra Untuk Livia

    Setelah tertegun sekian detik lamanya Rajendra memutuskan untuk menjawab telepon dari Livia. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi dan ia juga bisa menebak apa yang akan dikatakan istrinya itu. Rajendra menghela napasnya lalu menggeser layar ponselnya guna menjawab panggilan dari Livia. Suara napasnya terdengar berat, menandakan bahwa percakapan ini tidak akan berjalan dengan mudah. "Iya, Liv," sapanya pelan. Di ujung telepon suara Livia terdengar bergetar. Kemarahan dan kekhawatiran bercampur menjadi satu. "Kamu di mana, Rajendra? Di mana anak saya? Apa yang ada di pikiranmu dengan membawanya pergi seperti itu?" teriak Livia histeris. "Dia juga anakku, Livia. Aku berhak menghabiskan waktu bersamanya tanpa ada orang lain yang ikut campur." "Dia bukan anakmu. Dia anak saya. Dan nggak ada orang lain yang ikut campur di sini," sangkal Livia keras. "Kamu nggak punya hak untuk membawanya pergi tanpa izin dari saya. Ini namanya penculikan!" "Aku nggak menculik gadis. Aku hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   I'll Never Love Again

    Keheningan masih mengisi interaksi mereka. Permintaan Rajendra barusan membuat Livia tercengang.Tes DNA?Ia bahkan tidak pernah memikirkannya sekali pun. Perasaan takut, gugup, marah dan kesal bergejolak di dalam dirinya."Ndra," ujar Livia akhirnya setelah diam cukup lama. "Ini bukan soal tes DNA. Ini tentang kepercayaan. Saya nggak butuh pembuktian ilmiah untuk tahu siapa Gadis.""Kalau memang begitu, berhenti menyangkal bahwa Gadis adalah anakku. Kamu tahu dia bagian dari diriku. Tapi kenapa kamu memperlakukanku seperti orang asing bagi Gadis?""Seharusnya kamu introspeksi diri, Ndra. Setelah segala luka yang kamu tancapkan lalu kamu datang seolah semua bisa diperbaiki begitu saja. Seolah yang kamu lakukan kepada saya adalah hal yang biasa.""Aku sudah introspeksi diri, Liv. Aku juga sudah minta maaf, tapi kamulah yang nggak mau memaafkanku. Aku ingin memperbaiki semuanya tapi kamu menolak. Kalau memang kamu nggak mau memberiku maaf, aku nggak akan minta banyak. Aku hanya ingin wa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Nggak Segampang Itu

    Setelah teleponan dengan Livia, Rajendra keluar dari rumah. Ia bergegas ke laboratorium tempat tes DNA Randu dulu. Ia mendapatkan kapas swab dari sana.Rajendra memandangi Gadis yang sedang tidur lelap di tengah tempat tidur dan dipagari oleh bantal di sekelilingnya. Wajah manis putrinya begitu damai, tidak peduli pada konflik yang terjadi pada kedua orang tuanya.Rajendra menarik napas panjang lalu mengambil kapas swab dari kantong yang dibawanya."Maafin Papa ya, Nak. Papa sama sekali nggak meragukan kamu. Tapi karena bundamu keras kepala Papa terpaksa melakukan ini," ucapnya pada Gadis.Rajendra membuka mulut Gadis kemudian mengambil sampel dari bagian dalam pipinya menggunakan kapas swab. Tangannya bergerak begitu lembut agar tidak mengganggu tidur bayi itu. Setelah selesai ia segera memasukkan swab tersebut ke dalam wadah steril yang sudah disiapkan.Rajendra menatap wadah kecil itu dengan perasaan tidak menentu. Livia yang terus menerus menyangkal bahwa Gadis adalah anaknya memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Deep Talk

    Dengan sigap Rajendra membukakan pintu penumpang bagian depan untuk Livia begitu mereka tiba di dekat mobil. Namun Livia malah membuka pintu penumpang bagian belakang."Kenapa di sana?" tegur Rajendra."Saya harap kamu nggak lupa, dulu kamu alergi dekat-dekat duduk sama saya," jawab Livia dingin.Rajendra refleks membisu mendengar jawaban Livia. Kata demi kata yang terlontar dari mulut perempuan itu menghantamnya bagaikan tamparan keras di wajah. Ia tahu apa yang dikatakan Livia tidak salah, dan ia juga tidak bisa membantahnya."Liv, aku tahu aku salah, tapi itu dulu."Livia tidak merespon. Ia masuk ke kursi belakang, lalu menutup pintu dengan keras. Selanjutnya ia mengarahkan pandangan ke luar jendela tanpa sedikit pun mau memandang Rajendra.Rajendra mengalah. Ia berjalan ke sisi kemudi dan masuk ke dalam mobil. Di dalam perjalanan tidak ada satu pun yang keluar dari mulut Livia. Rajendra yang menyetir sesekali melirik melalui kaca spion, berharap menemukan tanda bahwa Livia akan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Abang Dan Adek

    Rajendra membungkukkan badan, meraup Randu ke dalam gendongannya. Begitu berada dalam kuasa tangannya, Rajendra menghujani anak itu dengan ciumannya bertubi-tubi."Jagoan Papa udah makan belum nih?" tanyanya setelah puas mencium Randu.Randu menggeleng-gelengkan kepalanya."Kenapa belum?""Ma Pa... pa ...""Oh, jadi mau makan sama Papa. Oke deh. Nanti makannya berdua sama Papa ya."Betapa akrabnya mereka. Persis seperti anak dan ayah kandung, pikir Livia. Jadi bagaimana mungkin keduanya tidak memiliki hubungan apa-apa?"Eh, Randu masih ingat nggak ini siapa?" Rajendra mengarahkan tatapan Randu pada Livia.Randu menatap Livia lekat. Ia merasa pernah bertemu dengan Livia. Tapi entah kapan. Ia tidak ingat."Ini namanya Bunda Livia. Bunda ini mamanya Randu."Livia langsung melebarkan mata ke arah Rajendra yang asal bicara. Tapi Rajendra hanya tersenyum."Ayo gendong sama Bunda." Rajendra menyerahkan Randu ke tangan Livia hingga ia tidak bisa menolak. Ia terpaksa menggendong Randu. Anak d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   1001 Cara

    Suasana kamar terasa semakin tegang setelah percakapan terakhir tadi. Rajendra tidak habis pikir melihat perubahan sikap Livia yang dulu penuh kasih sayang terhadap Randu, kini menjadi dingin dan terasa jauh.Randu yang masih berada dalam gendongan Rajendra memandangi mereka bergantian dengan tatapan polos. Ia tidak tahu apa yang terjadi. Namun suasana tegang itu membuatnya memeluk Rajendra lebih erat.Randu yang masih berada dalam gendongan Rajendra memandangi Livia dan sang papa bergantian dengan mata polos. Ia tidak memahami konflik yang terjadi, tetapi suasana dingin itu membuatnya meringkuk lebih erat di dada Rajendra.Tiba-tiba Gadis menangis dan menggeliat dalam gendongan Livia. Sebagai seorang ibu Livia tahu bahwa Gadis ingin menyusu."Tolong keluar sebentar, saya ingin menyusui Gadis," ujar Livia pada Rajendra."Kamu bisa tetap menyusuinya walau aku ada di sini, Liv. Jangan lupa, aku tetap suami kamu," jawab Rajendra.Livia mendengkus. "Tapi saya merasa nggak nyaman kalau ad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Begitu Sulit Untuk Memaafkanmu

    Sewaktu Rajendra pergi berbelanja, Livia duduk dengan Lola di ruang keluarga. Hatinya begitu gelisah meski ia sudah mencoba untuk bersikap setenang mungkin. Ia merasa terperangkap dalam situasi ini. Rajendra sudah menjebaknya. Tahu akan begini lebih baik tadi ia menolak waktu Rajendra mengajaknya. Tapi bagaimana dengan Gadis? Livia merasa serba salah. Ia ingin menjemput Gadis, namun yang terjadi ia malah terjebak di sini. Seharusnya ia sadar sejak awal bahwa Rajendra tidak akan mudah mengembalikan Gadis padanya."Liv, sebenarnya Tante ingin membicarakan mengenai hubungan kamu dan Rajendra," kata Lola mengawali obrolan."Iya, Tante. Gimana?" balas Livia dengan sopan.Lola mengambil napas sejenak sebelum berkata. "Livia, Tante tahu hubungan kalian lagi nggak baik. Tapi apa kamu nggak kasihan sama Gadis? Dia butuh keluarga yang utuh, Liv. Dan maaf, kamu jangan sampai tersinggung. Dengan keadaan fisik kamu yang sekarang kamu butuh bantuan Rajendra untuk mengurus Gadis."Perkataan Lola mem

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   1001 Cara

    Suasana kamar terasa semakin tegang setelah percakapan terakhir tadi. Rajendra tidak habis pikir melihat perubahan sikap Livia yang dulu penuh kasih sayang terhadap Randu, kini menjadi dingin dan terasa jauh.Randu yang masih berada dalam gendongan Rajendra memandangi mereka bergantian dengan tatapan polos. Ia tidak tahu apa yang terjadi. Namun suasana tegang itu membuatnya memeluk Rajendra lebih erat.Randu yang masih berada dalam gendongan Rajendra memandangi Livia dan sang papa bergantian dengan mata polos. Ia tidak memahami konflik yang terjadi, tetapi suasana dingin itu membuatnya meringkuk lebih erat di dada Rajendra.Tiba-tiba Gadis menangis dan menggeliat dalam gendongan Livia. Sebagai seorang ibu Livia tahu bahwa Gadis ingin menyusu."Tolong keluar sebentar, saya ingin menyusui Gadis," ujar Livia pada Rajendra."Kamu bisa tetap menyusuinya walau aku ada di sini, Liv. Jangan lupa, aku tetap suami kamu," jawab Rajendra.Livia mendengkus. "Tapi saya merasa nggak nyaman kalau ad

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Abang Dan Adek

    Rajendra membungkukkan badan, meraup Randu ke dalam gendongannya. Begitu berada dalam kuasa tangannya, Rajendra menghujani anak itu dengan ciumannya bertubi-tubi."Jagoan Papa udah makan belum nih?" tanyanya setelah puas mencium Randu.Randu menggeleng-gelengkan kepalanya."Kenapa belum?""Ma Pa... pa ...""Oh, jadi mau makan sama Papa. Oke deh. Nanti makannya berdua sama Papa ya."Betapa akrabnya mereka. Persis seperti anak dan ayah kandung, pikir Livia. Jadi bagaimana mungkin keduanya tidak memiliki hubungan apa-apa?"Eh, Randu masih ingat nggak ini siapa?" Rajendra mengarahkan tatapan Randu pada Livia.Randu menatap Livia lekat. Ia merasa pernah bertemu dengan Livia. Tapi entah kapan. Ia tidak ingat."Ini namanya Bunda Livia. Bunda ini mamanya Randu."Livia langsung melebarkan mata ke arah Rajendra yang asal bicara. Tapi Rajendra hanya tersenyum."Ayo gendong sama Bunda." Rajendra menyerahkan Randu ke tangan Livia hingga ia tidak bisa menolak. Ia terpaksa menggendong Randu. Anak d

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Deep Talk

    Dengan sigap Rajendra membukakan pintu penumpang bagian depan untuk Livia begitu mereka tiba di dekat mobil. Namun Livia malah membuka pintu penumpang bagian belakang."Kenapa di sana?" tegur Rajendra."Saya harap kamu nggak lupa, dulu kamu alergi dekat-dekat duduk sama saya," jawab Livia dingin.Rajendra refleks membisu mendengar jawaban Livia. Kata demi kata yang terlontar dari mulut perempuan itu menghantamnya bagaikan tamparan keras di wajah. Ia tahu apa yang dikatakan Livia tidak salah, dan ia juga tidak bisa membantahnya."Liv, aku tahu aku salah, tapi itu dulu."Livia tidak merespon. Ia masuk ke kursi belakang, lalu menutup pintu dengan keras. Selanjutnya ia mengarahkan pandangan ke luar jendela tanpa sedikit pun mau memandang Rajendra.Rajendra mengalah. Ia berjalan ke sisi kemudi dan masuk ke dalam mobil. Di dalam perjalanan tidak ada satu pun yang keluar dari mulut Livia. Rajendra yang menyetir sesekali melirik melalui kaca spion, berharap menemukan tanda bahwa Livia akan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Nggak Segampang Itu

    Setelah teleponan dengan Livia, Rajendra keluar dari rumah. Ia bergegas ke laboratorium tempat tes DNA Randu dulu. Ia mendapatkan kapas swab dari sana.Rajendra memandangi Gadis yang sedang tidur lelap di tengah tempat tidur dan dipagari oleh bantal di sekelilingnya. Wajah manis putrinya begitu damai, tidak peduli pada konflik yang terjadi pada kedua orang tuanya.Rajendra menarik napas panjang lalu mengambil kapas swab dari kantong yang dibawanya."Maafin Papa ya, Nak. Papa sama sekali nggak meragukan kamu. Tapi karena bundamu keras kepala Papa terpaksa melakukan ini," ucapnya pada Gadis.Rajendra membuka mulut Gadis kemudian mengambil sampel dari bagian dalam pipinya menggunakan kapas swab. Tangannya bergerak begitu lembut agar tidak mengganggu tidur bayi itu. Setelah selesai ia segera memasukkan swab tersebut ke dalam wadah steril yang sudah disiapkan.Rajendra menatap wadah kecil itu dengan perasaan tidak menentu. Livia yang terus menerus menyangkal bahwa Gadis adalah anaknya memb

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   I'll Never Love Again

    Keheningan masih mengisi interaksi mereka. Permintaan Rajendra barusan membuat Livia tercengang.Tes DNA?Ia bahkan tidak pernah memikirkannya sekali pun. Perasaan takut, gugup, marah dan kesal bergejolak di dalam dirinya."Ndra," ujar Livia akhirnya setelah diam cukup lama. "Ini bukan soal tes DNA. Ini tentang kepercayaan. Saya nggak butuh pembuktian ilmiah untuk tahu siapa Gadis.""Kalau memang begitu, berhenti menyangkal bahwa Gadis adalah anakku. Kamu tahu dia bagian dari diriku. Tapi kenapa kamu memperlakukanku seperti orang asing bagi Gadis?""Seharusnya kamu introspeksi diri, Ndra. Setelah segala luka yang kamu tancapkan lalu kamu datang seolah semua bisa diperbaiki begitu saja. Seolah yang kamu lakukan kepada saya adalah hal yang biasa.""Aku sudah introspeksi diri, Liv. Aku juga sudah minta maaf, tapi kamulah yang nggak mau memaafkanku. Aku ingin memperbaiki semuanya tapi kamu menolak. Kalau memang kamu nggak mau memberiku maaf, aku nggak akan minta banyak. Aku hanya ingin wa

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tantangan Dari Rajendra Untuk Livia

    Setelah tertegun sekian detik lamanya Rajendra memutuskan untuk menjawab telepon dari Livia. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi dan ia juga bisa menebak apa yang akan dikatakan istrinya itu. Rajendra menghela napasnya lalu menggeser layar ponselnya guna menjawab panggilan dari Livia. Suara napasnya terdengar berat, menandakan bahwa percakapan ini tidak akan berjalan dengan mudah. "Iya, Liv," sapanya pelan. Di ujung telepon suara Livia terdengar bergetar. Kemarahan dan kekhawatiran bercampur menjadi satu. "Kamu di mana, Rajendra? Di mana anak saya? Apa yang ada di pikiranmu dengan membawanya pergi seperti itu?" teriak Livia histeris. "Dia juga anakku, Livia. Aku berhak menghabiskan waktu bersamanya tanpa ada orang lain yang ikut campur." "Dia bukan anakmu. Dia anak saya. Dan nggak ada orang lain yang ikut campur di sini," sangkal Livia keras. "Kamu nggak punya hak untuk membawanya pergi tanpa izin dari saya. Ini namanya penculikan!" "Aku nggak menculik gadis. Aku hanya

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Telepon Dari Livia

    Taksi yang ditumpangi Rajendra berhenti tepat di depan sebuah rumah megah. Setelah urusannya dengan supir taksi selesai Rajendra membawa Gadis turun dengan hati-hati."Selamat datang di rumah Oma dan Opa, Sayang. Gadis nggak sendiri di sini. Nanti main sama Bang Randu ya, Nak," kata Rajendra sembari mengecup pipi anak berumur tiga bulan itu dengan penuh kasih sayang.Dengan sebelah tangannya Rajendra membunyikan bel. Hanya tiga kali pencet pintu terbuka, memperlihatkan wajah Lola. Wanita separuh baya itu terkejut melihat Rajendra datang bersama bayi di gendongannya."Siang, Oma cantik. Kenalin Ini Gadis," kata Rajendra pada ibu tirinya itu."Gadis? Astaga? Gimana mungkin dia bisa sama kamu, Ndra?" Lola masih belum bisa menyembunyikan wajah terkejutnya."Apa yang salah, Tante? Aku kan papanya," jawab Rajendra santai lalu masuk ke dalam rumah."Iya, tapi kan kamu ..." Lola menggantung kalimatnya, mencerna apa yang sedang terjadi.Rajendra tertawa. "Jadi Oma nggak mau gendong Gadis nih?"

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Cemas

    Langit mengembalikan ponselnya ke dalam saku setelah bertelepon dengan Livia. Wajahnya tampak muram. Pikirannya penuh dengan berbagai hal. Ia harus segera melakukan sesuatu. Tapi ia juga tahu salah langkah sedikit saja bisa membuat situasi ini semakin runyam.Langit mencoba menghubungi Rajendra sampai beberapa kali, namun panggilan darinya tidak dijawab. Ia tahu Rajendra sengaja melakukannya.Langit keluar dari kantornya. Ia akan menjemput Livia sekarang. Selama perjalanan menuju rumah sakit, Langit menghubungi beberapa orang di daftar kontaknya yang mungkin mengetahui keberadaan Rajendra. Tapi tidak ada yang tahu di mana Rajendra sekarang atau baru saja berhubungan dengan Rajendra.Livia sedang menunggu di lobi ketika ketika Langit tiba di sana. Wajahnya tampak pucat, matanya sembab akibat kebanyakan menangis memikirkan Gadis. Dengan terpincang dan tertatih ia melangkah menuju mobil Langit."Kamu nggak apa-apa, Liv?" tanya Langit setelah Livia duduk di mobil.Livia menjawab dengan an

DMCA.com Protection Status