"Erik!" kaget Aish.Pria itu hanya tersenyum, kemudian dia berjalan ke arah Aisyah dan mencium tangan Mama Rani "Hai," sapanya."Kamu ke sini kok nggak ngabarin aku dulu sih, Rik?" tanya Aisyah dengan heran."Emangnya kenapa kalau aku ke sini nggak ngabarin kamu? Ini ... aku cuma mau ngasih ini sama kamu." Erik memberikan paper bag kepada Aisyah."Ini apaan?""Isinya bom. Udah buka aja! Kamu mah kalau dikasih hadiah itu pasti nanya ini apa? Tinggal dibuka aja Aisyah Azzahra!"Aisyah hanya terkekeh kecil kemudian dia membuka paper bag tersebut dan isinya adalah sebuah kado dan juga boneka yang begitu lucu."Oh ya, sebenarnya aku ke sini juga karena ingin bilang sesuatu sama kamu.""Soal apa?" tanya Aisyah sambil menatap ke arah Erik."Aku mau pamit, karena aku harus ke Korea.""Korea? Ngapain?" tanya Aisyah dengan kaget."Aku harus pergi ke sana karena ada beberapa kendala di perusahaan, jadi aku harus terbang ke Korea. Dan mungkin untuk waktu yang cukup lama. Maaf Aisyah, aku tidak bi
"Ya, karena tante Angela yang meminta," jawab Ara dengan cuek. "Sudahlah jangan marah-marah terus, kita udahan yuk! Soalnya bentar lagi masuk kantor. Aku tidak mau di hari pertama aku bekerja malah membuat Pak Faisal merasa kalau aku sekretaris yang tidak bisa on time."Aldo yang kadung kesal pun tidak menjawab, dia menyudahi makannya dan berlalu begitu saja meninggalkan Ara ke parkiran...Di rumah Aisyah, malam ini begitu membuatnya merasa terharu, di mana keluarganya terasa begitu lengkap karena bukan hanya ada orang tuanya saja namun ada kakak dan juga kakak iparnya."Mah, Pah, aku tuh senang banget akhirnya kita bisa kumpul seperti ini. Aku nggak pernah nyangka kalau selama ini aku mempunyai Kakak dan sekarang kita menjadi keluarga yang lengkap.""Iya sayang, Mama juga nggak nyangka bisa ketemu lagi sama Faisal, dan Mama sangat bersyukur sekali karena setelah 30 tahun penantian kami, Allah mempertemukan Faisal dengan mama dan papa kembali," jawab mama Rani sambil tersenyum penuh
Aisyah menuruni tangga dituntun oleh Mama Rani dan juga Ara, sedangkan Vita berada di belakangnya. Dia terlihat begitu sangat cantik membuat semua orang yang ada di sana terpukau bahkan tak berkedip.Auranya sebagai seorang pengantin benar-benar terpancar, dan itu membuat Okta hanya bisa melongo sambil membuka mulutnya."Awas nanti ada laler masuk. Tutup mulutmu," ledek Papa Abraham.Okta sangat malu, dia pun menutup mulutnya, sementara Aisyah hanya terkekeh kecil melihat ekspresi dari calon suaminya.Dia duduk di sebelah Okta, kemudian Mama Rani duduk di belakang Aisyah sementara Ara berjalan menuju kursi kosong yang ada di sebelah Aldo."Aku kira kamu nggak akan datang," ucap Ara sambil menyenggol bahu Aldo."Jaga sikapmu wanita aneh! Di sini banyak orang," ujar Aldo dengan dingin."Baru ku senggol, belum ku cium. Gimana kalau aku cip-ok," celetuk Ara dan langsung mendapat tatapan tajam dari Aldo.Pria itu tidak habis pikir dengan sikap wanita yang berada di sebelahnya. Dia merasa
"Aku juga tidak tahu sayang, padahal kita tidak mengundangnya," jawab Okta dengan heran.Wanita itu maju menyalip pada Aldo dan juga Ara yang akan menaiki pelaminan, dia menatap penuh cinta ke arah Okta, sementara ke arah Aisyah dia melihatnya dengan kebencian."Selamat ya untuk pernikahan kalian," ucap Kanaya sambil memeluk tubuh Okta.Pria itu langsung menepis kasar dan melepaskan pelukan Kanaya. "Jaga sikapmu Kanaya!""Maaf, tapi aku tidak bisa melupakanmu. Walau kau sudah menikah dengan dia! Aku tidak peduli, karena aku akan tetap merebutmu." Kanaya berkata sambil tersenyum sinis ke arah Aisyah.Sementara wanita itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis, dia mengapit lengan Okta dengan manja."Kami tidak mengundang kamu ke sini, tapi kamu tiba-tiba saja datang seperti jelangkung," kekeh Aisyah, "terus kamu bilang tadi apa? Mau ngerebut Bang Okta dari aku? Silahkan! Kamu pikir aku takut? Enggak. Dan satu lagi ... kamu kalau seperti itu terkesan wanita rendahan sekali
Okta semakin mendekatkan wajahnya kepada Aisyah, membuat wanita itu menahan nafas dengan jantung yang sudah berdebar keras.Satu buah kecupan manis dan singkat mendarat di bibir Aisyah, membuat wanita tersebut seketika membulatkan matanya, hingga tatapan mereka terkunci satu sama lain.Akan tetapi Okta tidak melepaskan kecupannya, dia terus menempelkan bibir mereka hingga tiba-tiba Aisyah memalingkan wajahnya "Abang ... main kecup-kecup aja. Kita harus cepat ke bawah," ujar Aisyah dengan gugup.Padahal saat ini hatinya benar-benar sedang beriuforia, dia merasakan sebuah desiran yang begitu aneh mengalir di tubuhnya."Memangnya kenapa sayang? Kan kita sudah menikah, jadi tidak masalah dong walaupun seharusnya bukan kecu-pan, tapi sebuah hisa-pan," goda Okta kembali Aisyah semakin tersipu malu, dia mencubit pinggang Okta. "Dasar suami me-sum. Udah ayo kita ke bawah, semua tamu sudah menunggu. Nanti kalau telat bisa dimarahin mama dan papa," alibi Aisyah.Padahal dia hanya ingin menghi
"Bang, udah belum?" tanya Aisyah yang merasakan sedari tadi Okta hanya diam saja."Aah ... iya sayang maaf." Okta pun membuka resleting Aisyah dan kini terpampang lah punggung yang begitu mulus dan putih, membuatnya seketika menegak ledaknya dengan kasar.'Astaga! Punggungnya benar-benar mulus. Tidak, tahan ... tahan ... kasihan Aisyah dia pasti kelelahan.' batin Okta."Kamu mandi ya sayang, bersihkan badanmu dulu, aku keluar dulu," ujarnya dengan nada yang sedikit tertahan, kemudian dia keluar dari kamar mandi dan langsung mengusap wajahnya dengan kasar.Aisyah hanya menatap heran ke arah kepergian suaminya, namun dia juga merasa lega karena sedari tadi Aisyah malah menahan nafas saat Okta membuka resleting gaunnya.Setelah 20 menit Aisyah pun keluar dari kamar mandi dengan badan yang sedikit segar, karena dia sudah berendam air hangat dan pegal-pegal di kakinya dan badannya sudah mendingan."Bang, aku sudah. Kamu mandi gih," ucap Aisyah.Okta terpana saat melihat wanita itu yang tid
DEGH!Jantung Aisyah semakin berpacu dengan cepat saat mendengar ucapan Okta. Dia menganggukkan kepalanya dengan pelan, dan melIhat itu Okta pangsung menggendong tubuh Aisyah dan merebahkannya di ranjang king size."Jika kamu belum siap, aku akan menunggu," ucap Okta sambil menatap lekat wajah sang istri.Aisyah menggeleng, "Tidak Bang ... ku sudah siap. Malam ini aku adalah milik kamu, jadi tidak ada hal yang membuatku untuk menolak permintaan suamiku," jawab Aisyah dengan nada yang lembut.Mendengar hal itu Okta tersenyum bahagia dan jantung keduanya saat ini berdetak kencang seakan itu hal yang pertama kali untuk Aisyah, padahal mungkin untuk kesekian kalinya, namun tetap saja membuat Aisyah merasa deg-degan.Perlahan Okta mendekatkan wajahnya ke arah wajah sang istri, membuat Aisyah memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang akan diberikan oleh suaminya.Hingga tidak terasa bibir mereka pun menempel dan mulai bergerak seiring Irama, sementara tangan yang lain mulai menelusuri
"Papa mau ke mana?" tanya Aisyah saat melihat sang Papa sudah rapi dengan satu buah koper."Papa kan sudah bilang sama Okta, kalau selepas kalian menikah papa akan pergi ke luar negeri, sebab Perusahaan kita yang di sana sedang ada masalah," jawab apa Agam."Begitu ... apa secepat ini? Apa tidak bisa ditunda besok?" tanya Aisyah kembali."Tidak bisa Nak. Papa harus segera ke sana. Oh ya, kamu kan nanti akan tinggal di rumahnya Okta ingat ... turuti suamimu, jangan melawan dan jadilah istri yang baik," tutur Papa Agam sambil mengusap kepala Aisyah.Wanita tersebut langsung memeluk sang Papa rasanya berpisah sejenak saja membuat Aisyah begitu sangat merindukannya.Dia dan juga Okta mengantarkan Papa Agam ke bandara, dan selama di perjalanan Aisyah terus saja duduk di samping sang Papa sambil menyandarkan kepalanya di pundak."Pah, apa tidak bisa nanti saja? Entah kenapa Aisyah tidak ingin berpisah dengan papa," pinta Aisyah.Dia merasakan perasaan yang tak enak. Entah kenapa dia engga
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u