Ara hanya tersenyum tipis saat melihat kekesalan Aldo, sementara pria itu menatapnya dengan tajam, dan Faisal hanya terkekeh kecil."Apa yang dikatakan lara itu memang benar. Kalau kamu terlalu keseringan jalan dengan seorang pria, bisa-bisa kamu disangka tidak doyan perempuan. tTidak papa, saya bisa makan siang bersama dengan sopir kok," ujar Faisal."Tapi Pak--""Tidak papa Aldo, saya bisa makan dengan sopir. Kalau gitu saya duluan ya ..." Faisal pun masuk ke dalam lift dan menuruni lantai bawah.Sementara Aldo menatap Ara dengan tajam. "Dasar cewek aneh. Maksud kamu apa sih bilang kayak gitu?""Saya tidak maksud apa-apa kok Pak, yang saya katakan itu memang benar. Sudah ... daripada Bapak marah-marah dan cepat tua, nanti kegantengan bapak itu luntur, ayo makan siang!" ajak Ara sambil menarik tangan Aldo masuk ke dalam lift."Saya tidak mau. Jangan paksa saya!""Ck! Bapak ini ternyata keras kepala juga ya?" Ara menggelengkan kepalanya sambil berdecak kecil, dia kemudian menarik tan
"Erik!" kaget Aish.Pria itu hanya tersenyum, kemudian dia berjalan ke arah Aisyah dan mencium tangan Mama Rani "Hai," sapanya."Kamu ke sini kok nggak ngabarin aku dulu sih, Rik?" tanya Aisyah dengan heran."Emangnya kenapa kalau aku ke sini nggak ngabarin kamu? Ini ... aku cuma mau ngasih ini sama kamu." Erik memberikan paper bag kepada Aisyah."Ini apaan?""Isinya bom. Udah buka aja! Kamu mah kalau dikasih hadiah itu pasti nanya ini apa? Tinggal dibuka aja Aisyah Azzahra!"Aisyah hanya terkekeh kecil kemudian dia membuka paper bag tersebut dan isinya adalah sebuah kado dan juga boneka yang begitu lucu."Oh ya, sebenarnya aku ke sini juga karena ingin bilang sesuatu sama kamu.""Soal apa?" tanya Aisyah sambil menatap ke arah Erik."Aku mau pamit, karena aku harus ke Korea.""Korea? Ngapain?" tanya Aisyah dengan kaget."Aku harus pergi ke sana karena ada beberapa kendala di perusahaan, jadi aku harus terbang ke Korea. Dan mungkin untuk waktu yang cukup lama. Maaf Aisyah, aku tidak bi
"Ya, karena tante Angela yang meminta," jawab Ara dengan cuek. "Sudahlah jangan marah-marah terus, kita udahan yuk! Soalnya bentar lagi masuk kantor. Aku tidak mau di hari pertama aku bekerja malah membuat Pak Faisal merasa kalau aku sekretaris yang tidak bisa on time."Aldo yang kadung kesal pun tidak menjawab, dia menyudahi makannya dan berlalu begitu saja meninggalkan Ara ke parkiran...Di rumah Aisyah, malam ini begitu membuatnya merasa terharu, di mana keluarganya terasa begitu lengkap karena bukan hanya ada orang tuanya saja namun ada kakak dan juga kakak iparnya."Mah, Pah, aku tuh senang banget akhirnya kita bisa kumpul seperti ini. Aku nggak pernah nyangka kalau selama ini aku mempunyai Kakak dan sekarang kita menjadi keluarga yang lengkap.""Iya sayang, Mama juga nggak nyangka bisa ketemu lagi sama Faisal, dan Mama sangat bersyukur sekali karena setelah 30 tahun penantian kami, Allah mempertemukan Faisal dengan mama dan papa kembali," jawab mama Rani sambil tersenyum penuh
Aisyah menuruni tangga dituntun oleh Mama Rani dan juga Ara, sedangkan Vita berada di belakangnya. Dia terlihat begitu sangat cantik membuat semua orang yang ada di sana terpukau bahkan tak berkedip.Auranya sebagai seorang pengantin benar-benar terpancar, dan itu membuat Okta hanya bisa melongo sambil membuka mulutnya."Awas nanti ada laler masuk. Tutup mulutmu," ledek Papa Abraham.Okta sangat malu, dia pun menutup mulutnya, sementara Aisyah hanya terkekeh kecil melihat ekspresi dari calon suaminya.Dia duduk di sebelah Okta, kemudian Mama Rani duduk di belakang Aisyah sementara Ara berjalan menuju kursi kosong yang ada di sebelah Aldo."Aku kira kamu nggak akan datang," ucap Ara sambil menyenggol bahu Aldo."Jaga sikapmu wanita aneh! Di sini banyak orang," ujar Aldo dengan dingin."Baru ku senggol, belum ku cium. Gimana kalau aku cip-ok," celetuk Ara dan langsung mendapat tatapan tajam dari Aldo.Pria itu tidak habis pikir dengan sikap wanita yang berada di sebelahnya. Dia merasa
"Aku juga tidak tahu sayang, padahal kita tidak mengundangnya," jawab Okta dengan heran.Wanita itu maju menyalip pada Aldo dan juga Ara yang akan menaiki pelaminan, dia menatap penuh cinta ke arah Okta, sementara ke arah Aisyah dia melihatnya dengan kebencian."Selamat ya untuk pernikahan kalian," ucap Kanaya sambil memeluk tubuh Okta.Pria itu langsung menepis kasar dan melepaskan pelukan Kanaya. "Jaga sikapmu Kanaya!""Maaf, tapi aku tidak bisa melupakanmu. Walau kau sudah menikah dengan dia! Aku tidak peduli, karena aku akan tetap merebutmu." Kanaya berkata sambil tersenyum sinis ke arah Aisyah.Sementara wanita itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis, dia mengapit lengan Okta dengan manja."Kami tidak mengundang kamu ke sini, tapi kamu tiba-tiba saja datang seperti jelangkung," kekeh Aisyah, "terus kamu bilang tadi apa? Mau ngerebut Bang Okta dari aku? Silahkan! Kamu pikir aku takut? Enggak. Dan satu lagi ... kamu kalau seperti itu terkesan wanita rendahan sekali
Okta semakin mendekatkan wajahnya kepada Aisyah, membuat wanita itu menahan nafas dengan jantung yang sudah berdebar keras.Satu buah kecupan manis dan singkat mendarat di bibir Aisyah, membuat wanita tersebut seketika membulatkan matanya, hingga tatapan mereka terkunci satu sama lain.Akan tetapi Okta tidak melepaskan kecupannya, dia terus menempelkan bibir mereka hingga tiba-tiba Aisyah memalingkan wajahnya "Abang ... main kecup-kecup aja. Kita harus cepat ke bawah," ujar Aisyah dengan gugup.Padahal saat ini hatinya benar-benar sedang beriuforia, dia merasakan sebuah desiran yang begitu aneh mengalir di tubuhnya."Memangnya kenapa sayang? Kan kita sudah menikah, jadi tidak masalah dong walaupun seharusnya bukan kecu-pan, tapi sebuah hisa-pan," goda Okta kembali Aisyah semakin tersipu malu, dia mencubit pinggang Okta. "Dasar suami me-sum. Udah ayo kita ke bawah, semua tamu sudah menunggu. Nanti kalau telat bisa dimarahin mama dan papa," alibi Aisyah.Padahal dia hanya ingin menghi
"Bang, udah belum?" tanya Aisyah yang merasakan sedari tadi Okta hanya diam saja."Aah ... iya sayang maaf." Okta pun membuka resleting Aisyah dan kini terpampang lah punggung yang begitu mulus dan putih, membuatnya seketika menegak ledaknya dengan kasar.'Astaga! Punggungnya benar-benar mulus. Tidak, tahan ... tahan ... kasihan Aisyah dia pasti kelelahan.' batin Okta."Kamu mandi ya sayang, bersihkan badanmu dulu, aku keluar dulu," ujarnya dengan nada yang sedikit tertahan, kemudian dia keluar dari kamar mandi dan langsung mengusap wajahnya dengan kasar.Aisyah hanya menatap heran ke arah kepergian suaminya, namun dia juga merasa lega karena sedari tadi Aisyah malah menahan nafas saat Okta membuka resleting gaunnya.Setelah 20 menit Aisyah pun keluar dari kamar mandi dengan badan yang sedikit segar, karena dia sudah berendam air hangat dan pegal-pegal di kakinya dan badannya sudah mendingan."Bang, aku sudah. Kamu mandi gih," ucap Aisyah.Okta terpana saat melihat wanita itu yang tid
DEGH!Jantung Aisyah semakin berpacu dengan cepat saat mendengar ucapan Okta. Dia menganggukkan kepalanya dengan pelan, dan melIhat itu Okta pangsung menggendong tubuh Aisyah dan merebahkannya di ranjang king size."Jika kamu belum siap, aku akan menunggu," ucap Okta sambil menatap lekat wajah sang istri.Aisyah menggeleng, "Tidak Bang ... ku sudah siap. Malam ini aku adalah milik kamu, jadi tidak ada hal yang membuatku untuk menolak permintaan suamiku," jawab Aisyah dengan nada yang lembut.Mendengar hal itu Okta tersenyum bahagia dan jantung keduanya saat ini berdetak kencang seakan itu hal yang pertama kali untuk Aisyah, padahal mungkin untuk kesekian kalinya, namun tetap saja membuat Aisyah merasa deg-degan.Perlahan Okta mendekatkan wajahnya ke arah wajah sang istri, membuat Aisyah memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang akan diberikan oleh suaminya.Hingga tidak terasa bibir mereka pun menempel dan mulai bergerak seiring Irama, sementara tangan yang lain mulai menelusuri