Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, di mana di kediamannya Aisyah sudah banyak tamu yang hadir, karena acara lamaran itu digelar sedikit mewah namun hanya kolega bisnis terpenting saja yang datang.Aisyah juga sudah memakai kebaya untuk acara lamaran berwarna peach, membuatnya terlihat begitu manis dan sangat Anggun.Dia menunduk malu karena sejak tadi Okta terus saja memperhatikannya, bagaimana tidak? Kali ini Okta benar-benar melihat aura yang begitu sangat memukau dari calon istrinya."Ciiee ... diliatin terus tuh sama calon suami," ledek Vita sambil menyenggol bahu Aisyah."Berisik aah ... gue dari tadi lagi deg-degan ini," jawabannya setengah berbisik.Hingga tibalah acara pemasangan cincin, membuat semua orang tak luput memotret momen tersebut. "Kamu sangat cantik. Aku sampai tidak berkedip sama sekali. Untung aja nggak kelilipan," bisik Okta saat dia sudah selesai memasangkan cincin di Jari manis Aisyah.Kedua bola mata wanita itu membulat, namun pipinya berwarna malu. "
"Erik!" kaget Aisyah, Vita dan juga Ara bersamaan."Parah ya lo ... lamaran tapi nggak ngundang gue. Terus gue ini lo anggap apa, Aisyah Azzahra?" kesal Erik sambil duduk samping wanita itu.Di bahkan belum menyadari kehadiran Okta, karena pria tersebut memang belum tahu jika calon suaminya Aisyah adalah pria yang dia temui beberapa waktu yang lalu."Maaf ... habisnya kamu ganti nomor, jadi aku tidak sempat untuk menghubungi kamu," jawab Aisyah sambil menggaruk kepalanya."Ngeles mulu kayak bajaj, nih!" Erik memberikan sebuah kado kepada wanita itu."Apa ini?""Bom. Udah tahu kado, pakai nanya? Anggap aja itu adalah kado dari sahabat, tapi ngomong-ngomong ... calon suami lo mana? Gue pengen lihat dong rupanya seperti apa. Apakah dia mengalahkan ketampanan gue," ujar Erik sambil menaik turunkan alisnya."Eh jangkrik, lo datang-dateng nggak assalamualaikum, ujug-ujug langsung nyerocos kayak kereta nggak ada relnya. Terus sekarang lo nanyain calon suaminya Aisyah?" celetuk Ara."Iya dong
"Ara!" kaget Aisyah saat melihat sahabatnya ada di sana.Ara tersenyum, kemudian dia berjalan mendekat ke arah Aisyah. "Hello! Good morning my bestie ..." sapa Ara."Morning! Lo ngapain ada di kantor gue?" bingung Aisyah, karena dia merasa tidak mengundang Ara untuk datang ke kantornya."Gue ke sini ... karena gue akan menjadi asistennya Tuan Aldo untuk membantu dia dalam membimbing kak Faisal nanti, dan gue juga menjadi sekretarisnya kak Faisal." Ara menaik turunkan alisnya dengan senyum mengembang."Hah! Lo menjadi sekretarisnya kak Faisal? Gimana ceritanya?" kaget Aisyah.Ara hanya mengangkat kedua bahunya saja, "lo tanyakan aja deh sama Om Agam, kalau soal itu gue kurang tahu juga."Aisyah menganga, dia masih tidak percaya jika Ara akan menjadi sekretaris dari kakaknya. Ya ... walaupun memang wanita itu sangat pandai dalam dunia bisnis dan Aisyah mengakui itu, tapi dia merasa bingung kenapa Papanya meminta Ara untuk bekerja sebagai sekretarisnya Faisal, karena setahu dia Ara sudah
Selesai fitting baju pengantin, Aisyah saat ini tengah berada di sebuah toko yang ada di mall untuk membeli berlian mas kawin dari Okta "Sebenarnya tidak usah berlian, mas kawin apapun itu semampu Abang, karena aku juga tidak ingin memaksakan dan tidak ingin memberatkan pihak laki-laki," ujar Aisyah saat mereka berada di toko tersebut."Itu sebabnya sayang, karena aku mampu untuk membelinya, jadi aku akan membeli berlian untuk calon istriku.""Wah! Mama benar-benar sangat beruntung sekali karena mempunyai menantu seperti kamu. Ya sudah ... Aisyah sekarang kamu pilih mau yang mana," ujar Mama Rani.Akhirnya Aisyah pun memilih satu set berlian untuk dijadikan mahar nantinya, dan setelah mendapatkan itu mereka pun menuju salah satu restoran untuk makan siang.Saat mereka tengah makan tiba-tiba Papa Abraham datang, karena Okta mengundangnya. "Aduh ... maaf ya kalau Papa tadi lama, biasa ada meeting dulu.""Iya Pah, nggak papa," jawab Okta.Tak lama makanan pun datang, kemudian ketiganya
Ara hanya tersenyum tipis saat melihat kekesalan Aldo, sementara pria itu menatapnya dengan tajam, dan Faisal hanya terkekeh kecil."Apa yang dikatakan lara itu memang benar. Kalau kamu terlalu keseringan jalan dengan seorang pria, bisa-bisa kamu disangka tidak doyan perempuan. tTidak papa, saya bisa makan siang bersama dengan sopir kok," ujar Faisal."Tapi Pak--""Tidak papa Aldo, saya bisa makan dengan sopir. Kalau gitu saya duluan ya ..." Faisal pun masuk ke dalam lift dan menuruni lantai bawah.Sementara Aldo menatap Ara dengan tajam. "Dasar cewek aneh. Maksud kamu apa sih bilang kayak gitu?""Saya tidak maksud apa-apa kok Pak, yang saya katakan itu memang benar. Sudah ... daripada Bapak marah-marah dan cepat tua, nanti kegantengan bapak itu luntur, ayo makan siang!" ajak Ara sambil menarik tangan Aldo masuk ke dalam lift."Saya tidak mau. Jangan paksa saya!""Ck! Bapak ini ternyata keras kepala juga ya?" Ara menggelengkan kepalanya sambil berdecak kecil, dia kemudian menarik tan
"Erik!" kaget Aish.Pria itu hanya tersenyum, kemudian dia berjalan ke arah Aisyah dan mencium tangan Mama Rani "Hai," sapanya."Kamu ke sini kok nggak ngabarin aku dulu sih, Rik?" tanya Aisyah dengan heran."Emangnya kenapa kalau aku ke sini nggak ngabarin kamu? Ini ... aku cuma mau ngasih ini sama kamu." Erik memberikan paper bag kepada Aisyah."Ini apaan?""Isinya bom. Udah buka aja! Kamu mah kalau dikasih hadiah itu pasti nanya ini apa? Tinggal dibuka aja Aisyah Azzahra!"Aisyah hanya terkekeh kecil kemudian dia membuka paper bag tersebut dan isinya adalah sebuah kado dan juga boneka yang begitu lucu."Oh ya, sebenarnya aku ke sini juga karena ingin bilang sesuatu sama kamu.""Soal apa?" tanya Aisyah sambil menatap ke arah Erik."Aku mau pamit, karena aku harus ke Korea.""Korea? Ngapain?" tanya Aisyah dengan kaget."Aku harus pergi ke sana karena ada beberapa kendala di perusahaan, jadi aku harus terbang ke Korea. Dan mungkin untuk waktu yang cukup lama. Maaf Aisyah, aku tidak bi
"Ya, karena tante Angela yang meminta," jawab Ara dengan cuek. "Sudahlah jangan marah-marah terus, kita udahan yuk! Soalnya bentar lagi masuk kantor. Aku tidak mau di hari pertama aku bekerja malah membuat Pak Faisal merasa kalau aku sekretaris yang tidak bisa on time."Aldo yang kadung kesal pun tidak menjawab, dia menyudahi makannya dan berlalu begitu saja meninggalkan Ara ke parkiran...Di rumah Aisyah, malam ini begitu membuatnya merasa terharu, di mana keluarganya terasa begitu lengkap karena bukan hanya ada orang tuanya saja namun ada kakak dan juga kakak iparnya."Mah, Pah, aku tuh senang banget akhirnya kita bisa kumpul seperti ini. Aku nggak pernah nyangka kalau selama ini aku mempunyai Kakak dan sekarang kita menjadi keluarga yang lengkap.""Iya sayang, Mama juga nggak nyangka bisa ketemu lagi sama Faisal, dan Mama sangat bersyukur sekali karena setelah 30 tahun penantian kami, Allah mempertemukan Faisal dengan mama dan papa kembali," jawab mama Rani sambil tersenyum penuh
Aisyah menuruni tangga dituntun oleh Mama Rani dan juga Ara, sedangkan Vita berada di belakangnya. Dia terlihat begitu sangat cantik membuat semua orang yang ada di sana terpukau bahkan tak berkedip.Auranya sebagai seorang pengantin benar-benar terpancar, dan itu membuat Okta hanya bisa melongo sambil membuka mulutnya."Awas nanti ada laler masuk. Tutup mulutmu," ledek Papa Abraham.Okta sangat malu, dia pun menutup mulutnya, sementara Aisyah hanya terkekeh kecil melihat ekspresi dari calon suaminya.Dia duduk di sebelah Okta, kemudian Mama Rani duduk di belakang Aisyah sementara Ara berjalan menuju kursi kosong yang ada di sebelah Aldo."Aku kira kamu nggak akan datang," ucap Ara sambil menyenggol bahu Aldo."Jaga sikapmu wanita aneh! Di sini banyak orang," ujar Aldo dengan dingin."Baru ku senggol, belum ku cium. Gimana kalau aku cip-ok," celetuk Ara dan langsung mendapat tatapan tajam dari Aldo.Pria itu tidak habis pikir dengan sikap wanita yang berada di sebelahnya. Dia merasa