"Ara!" kaget Aisyah saat melihat sahabatnya ada di sana.Ara tersenyum, kemudian dia berjalan mendekat ke arah Aisyah. "Hello! Good morning my bestie ..." sapa Ara."Morning! Lo ngapain ada di kantor gue?" bingung Aisyah, karena dia merasa tidak mengundang Ara untuk datang ke kantornya."Gue ke sini ... karena gue akan menjadi asistennya Tuan Aldo untuk membantu dia dalam membimbing kak Faisal nanti, dan gue juga menjadi sekretarisnya kak Faisal." Ara menaik turunkan alisnya dengan senyum mengembang."Hah! Lo menjadi sekretarisnya kak Faisal? Gimana ceritanya?" kaget Aisyah.Ara hanya mengangkat kedua bahunya saja, "lo tanyakan aja deh sama Om Agam, kalau soal itu gue kurang tahu juga."Aisyah menganga, dia masih tidak percaya jika Ara akan menjadi sekretaris dari kakaknya. Ya ... walaupun memang wanita itu sangat pandai dalam dunia bisnis dan Aisyah mengakui itu, tapi dia merasa bingung kenapa Papanya meminta Ara untuk bekerja sebagai sekretarisnya Faisal, karena setahu dia Ara sudah
Selesai fitting baju pengantin, Aisyah saat ini tengah berada di sebuah toko yang ada di mall untuk membeli berlian mas kawin dari Okta "Sebenarnya tidak usah berlian, mas kawin apapun itu semampu Abang, karena aku juga tidak ingin memaksakan dan tidak ingin memberatkan pihak laki-laki," ujar Aisyah saat mereka berada di toko tersebut."Itu sebabnya sayang, karena aku mampu untuk membelinya, jadi aku akan membeli berlian untuk calon istriku.""Wah! Mama benar-benar sangat beruntung sekali karena mempunyai menantu seperti kamu. Ya sudah ... Aisyah sekarang kamu pilih mau yang mana," ujar Mama Rani.Akhirnya Aisyah pun memilih satu set berlian untuk dijadikan mahar nantinya, dan setelah mendapatkan itu mereka pun menuju salah satu restoran untuk makan siang.Saat mereka tengah makan tiba-tiba Papa Abraham datang, karena Okta mengundangnya. "Aduh ... maaf ya kalau Papa tadi lama, biasa ada meeting dulu.""Iya Pah, nggak papa," jawab Okta.Tak lama makanan pun datang, kemudian ketiganya
Ara hanya tersenyum tipis saat melihat kekesalan Aldo, sementara pria itu menatapnya dengan tajam, dan Faisal hanya terkekeh kecil."Apa yang dikatakan lara itu memang benar. Kalau kamu terlalu keseringan jalan dengan seorang pria, bisa-bisa kamu disangka tidak doyan perempuan. tTidak papa, saya bisa makan siang bersama dengan sopir kok," ujar Faisal."Tapi Pak--""Tidak papa Aldo, saya bisa makan dengan sopir. Kalau gitu saya duluan ya ..." Faisal pun masuk ke dalam lift dan menuruni lantai bawah.Sementara Aldo menatap Ara dengan tajam. "Dasar cewek aneh. Maksud kamu apa sih bilang kayak gitu?""Saya tidak maksud apa-apa kok Pak, yang saya katakan itu memang benar. Sudah ... daripada Bapak marah-marah dan cepat tua, nanti kegantengan bapak itu luntur, ayo makan siang!" ajak Ara sambil menarik tangan Aldo masuk ke dalam lift."Saya tidak mau. Jangan paksa saya!""Ck! Bapak ini ternyata keras kepala juga ya?" Ara menggelengkan kepalanya sambil berdecak kecil, dia kemudian menarik tan
"Erik!" kaget Aish.Pria itu hanya tersenyum, kemudian dia berjalan ke arah Aisyah dan mencium tangan Mama Rani "Hai," sapanya."Kamu ke sini kok nggak ngabarin aku dulu sih, Rik?" tanya Aisyah dengan heran."Emangnya kenapa kalau aku ke sini nggak ngabarin kamu? Ini ... aku cuma mau ngasih ini sama kamu." Erik memberikan paper bag kepada Aisyah."Ini apaan?""Isinya bom. Udah buka aja! Kamu mah kalau dikasih hadiah itu pasti nanya ini apa? Tinggal dibuka aja Aisyah Azzahra!"Aisyah hanya terkekeh kecil kemudian dia membuka paper bag tersebut dan isinya adalah sebuah kado dan juga boneka yang begitu lucu."Oh ya, sebenarnya aku ke sini juga karena ingin bilang sesuatu sama kamu.""Soal apa?" tanya Aisyah sambil menatap ke arah Erik."Aku mau pamit, karena aku harus ke Korea.""Korea? Ngapain?" tanya Aisyah dengan kaget."Aku harus pergi ke sana karena ada beberapa kendala di perusahaan, jadi aku harus terbang ke Korea. Dan mungkin untuk waktu yang cukup lama. Maaf Aisyah, aku tidak bi
"Ya, karena tante Angela yang meminta," jawab Ara dengan cuek. "Sudahlah jangan marah-marah terus, kita udahan yuk! Soalnya bentar lagi masuk kantor. Aku tidak mau di hari pertama aku bekerja malah membuat Pak Faisal merasa kalau aku sekretaris yang tidak bisa on time."Aldo yang kadung kesal pun tidak menjawab, dia menyudahi makannya dan berlalu begitu saja meninggalkan Ara ke parkiran...Di rumah Aisyah, malam ini begitu membuatnya merasa terharu, di mana keluarganya terasa begitu lengkap karena bukan hanya ada orang tuanya saja namun ada kakak dan juga kakak iparnya."Mah, Pah, aku tuh senang banget akhirnya kita bisa kumpul seperti ini. Aku nggak pernah nyangka kalau selama ini aku mempunyai Kakak dan sekarang kita menjadi keluarga yang lengkap.""Iya sayang, Mama juga nggak nyangka bisa ketemu lagi sama Faisal, dan Mama sangat bersyukur sekali karena setelah 30 tahun penantian kami, Allah mempertemukan Faisal dengan mama dan papa kembali," jawab mama Rani sambil tersenyum penuh
Aisyah menuruni tangga dituntun oleh Mama Rani dan juga Ara, sedangkan Vita berada di belakangnya. Dia terlihat begitu sangat cantik membuat semua orang yang ada di sana terpukau bahkan tak berkedip.Auranya sebagai seorang pengantin benar-benar terpancar, dan itu membuat Okta hanya bisa melongo sambil membuka mulutnya."Awas nanti ada laler masuk. Tutup mulutmu," ledek Papa Abraham.Okta sangat malu, dia pun menutup mulutnya, sementara Aisyah hanya terkekeh kecil melihat ekspresi dari calon suaminya.Dia duduk di sebelah Okta, kemudian Mama Rani duduk di belakang Aisyah sementara Ara berjalan menuju kursi kosong yang ada di sebelah Aldo."Aku kira kamu nggak akan datang," ucap Ara sambil menyenggol bahu Aldo."Jaga sikapmu wanita aneh! Di sini banyak orang," ujar Aldo dengan dingin."Baru ku senggol, belum ku cium. Gimana kalau aku cip-ok," celetuk Ara dan langsung mendapat tatapan tajam dari Aldo.Pria itu tidak habis pikir dengan sikap wanita yang berada di sebelahnya. Dia merasa
"Aku juga tidak tahu sayang, padahal kita tidak mengundangnya," jawab Okta dengan heran.Wanita itu maju menyalip pada Aldo dan juga Ara yang akan menaiki pelaminan, dia menatap penuh cinta ke arah Okta, sementara ke arah Aisyah dia melihatnya dengan kebencian."Selamat ya untuk pernikahan kalian," ucap Kanaya sambil memeluk tubuh Okta.Pria itu langsung menepis kasar dan melepaskan pelukan Kanaya. "Jaga sikapmu Kanaya!""Maaf, tapi aku tidak bisa melupakanmu. Walau kau sudah menikah dengan dia! Aku tidak peduli, karena aku akan tetap merebutmu." Kanaya berkata sambil tersenyum sinis ke arah Aisyah.Sementara wanita itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis, dia mengapit lengan Okta dengan manja."Kami tidak mengundang kamu ke sini, tapi kamu tiba-tiba saja datang seperti jelangkung," kekeh Aisyah, "terus kamu bilang tadi apa? Mau ngerebut Bang Okta dari aku? Silahkan! Kamu pikir aku takut? Enggak. Dan satu lagi ... kamu kalau seperti itu terkesan wanita rendahan sekali
Okta semakin mendekatkan wajahnya kepada Aisyah, membuat wanita itu menahan nafas dengan jantung yang sudah berdebar keras.Satu buah kecupan manis dan singkat mendarat di bibir Aisyah, membuat wanita tersebut seketika membulatkan matanya, hingga tatapan mereka terkunci satu sama lain.Akan tetapi Okta tidak melepaskan kecupannya, dia terus menempelkan bibir mereka hingga tiba-tiba Aisyah memalingkan wajahnya "Abang ... main kecup-kecup aja. Kita harus cepat ke bawah," ujar Aisyah dengan gugup.Padahal saat ini hatinya benar-benar sedang beriuforia, dia merasakan sebuah desiran yang begitu aneh mengalir di tubuhnya."Memangnya kenapa sayang? Kan kita sudah menikah, jadi tidak masalah dong walaupun seharusnya bukan kecu-pan, tapi sebuah hisa-pan," goda Okta kembali Aisyah semakin tersipu malu, dia mencubit pinggang Okta. "Dasar suami me-sum. Udah ayo kita ke bawah, semua tamu sudah menunggu. Nanti kalau telat bisa dimarahin mama dan papa," alibi Aisyah.Padahal dia hanya ingin menghi