Share

Malu

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-02-26 23:29:41

Aku mengangguk, ribuan masalah yang kuhadapi membuat aku tidak pernah belajar seputar kehamilan hingga hal seperti ini saja aku tidak tahu.

Sungguh aku merasa bersalah pada calon bayiku ini.

“Jadi gimana sayang? Lanjut atau enggak?” Mas Raka melirikku.

Anggukan kecil aku tunjukkan, jika untuk memperlancar jalan bayi apa salahnya aku bercinta?

Lalu kulihat suamiku membalikkan badannya.

“Yes.” Ucapnya.

Senyumanku merekah, begitu bahagianya dia hingga membalikkan badan dan hore-hore dalam hati.

Sesaat kemudian dia membalikkan badannya lagi, perlahan dia menidurkanku.

Inilah malam pertama yang aku inginkan Mas bukan seperti saat kamu memaksaku.

“Mas aku malu.” Kututup sebagian tubuhku dengan tangan ketika Mas Raka berhasil membuka resleting bajuku.

“Ngapain malu sayang.” Kata Mas Raka.

Mas Raka kini melepas satu-satu bajunya, melihatnya telanjang begini membuat salivaku tertelan kasar.

Harus aku akui, dia memiliki tubuh yang indah dan kulit putih hanya saja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
.........Raka kan pingin buka puasa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mas Raka kembali Bekerja

    Hari berlalu dengan cepat, keadaan mas Raka sudah semakin membaik, tubuhnya yang kurus perlahan mulai terisi. Malam itu kami berada di balkon, Mas Raka terus menatapku membuat aku malu dibuatnya. "Mas kenapa sih, aku kan malu jika kamu terus menatapku." Protesku sambil mendorong wajahnya. "Begini ya rasanya jatuh cinta sama istri." Ujarnya lalu kembali menatapku. Mendengar gombalannya aku pun tertawa, "Alah gombal."Mas Raka justru mendekap tubuhku, "Aku tidak bergombal sayang tapi memang aku jatuh cinta padamu, bersamamu membuat aku bahagia." bisiknya. Tak hanya dia aku sebenarnya sama, setiap hari aku bahagia, dia sangat-sangat memperlakukan aku dengan baik. Oh inikah rasanya jatuh cinta??? "Aku juga Mas, tak kusangka cinta yang kamu bunuh perlahan kini bersemi dan tumbuh subur di hatiku." Aku melepas pelukannya. "Teruslah mencintaiku Sayang dan jangan berhenti sampai maut memisahkan kita." katanya. "Iya Mas." Karena udara malam semakin dingin kami memutuskan untuk masuk k

    Last Updated : 2025-02-27
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak Bergerak

    Aku sungguh panik takut terjadi apa-apa dengan anakku."Sayang, jangan buat mama takut." Aku terus mengelus perutku berharap pergerakan calon bayiku dapat kurasakan tapi sama sekali tak ada pergerakan.Saat bersamaan pintu kamarku terbuka, terlihat Mama berjalan mendekat ke arahku."Mel ayo kita lihat baju-baju bayi kamu." Mama mengajak aku melihat baju-baju bayi yang mama beli kamarin.Aku mengangguk lalu berjalan di belakang Mama, masuk ke dalam kamar anakku ketakutan semakin menguasaiku. Hatiku langsung mencelos. "Ma." Kupanggil Mama mertuaku itu."Iya." Mama menyahut sambil membuka bungkusan belanjaannya. "Ma perut Amel dari tadi tidak ada pergerakan, apa bayi Amel di dalam baik-baik saja?" cicitku takut-takut. Mama segera meletakkan kantong belanjaannya lalu menatapku dengan ekspresi terkejut. "Apa! Tidak ada pergerakan?" tanya Mama. "Iya Ma, Amel takut kalau terjadi apa-apa dengan anak Amel." Jawabku dengan sedih.Mama segera bangkit lalu menarik tanganku keluar dari kamar,

    Last Updated : 2025-02-27
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Operasi

    Setelah pemeriksaan dokter membuat jadwal operasi sesar untuk mengangkat bayiku karena jika terlalu lama dalam perut maka akan berakibat fatal terhadapku.Semua keluarga mensupport termasuk Mas Raka sehingga meskipun sedih minimal mereka ada untukku.Jadwal operasi dilaksanakan sore ini juga, mas Raka menggenggam tanganku dan terus menguatkan aku."Nanti kita berusaha lagi ya sayang," bisiknya."Iya Mas." Sahutku sedih.Mama, Ibu, Ayah dan papa semua memberikan dukungannya. Meskipun mereka semua juga bersedih karena baru saja kehilangan cucu yang sangat-sangat mereka dambakan.Untungnya mereka tidak menyalahkan aku, dibalik musibahku ternyata Tuhan masih menyayangiku.Harus aku akui masalah yang menimpaku silih berganti membuat aku sibuk sendiri sehingga melupakan anakku dan mengabaikan pesan dokter.Aku lupa makan, aku lupa istirahat ditambah lagi pikiranku yang terus berperang, mungkin inilah yang membuat anakku tidak kuat dan meninggal di dalam kandungan.Singkat cerita kini aku te

    Last Updated : 2025-02-28
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kerja Lagi

    Membaca pesannya, aku semakin merasa bersalah, sungguh cinta Mas Daffa sangat dalam untukku hingga beberapa kali aku menolaknya dia selalu ada untukku."Maafkan aku Mas yang lebih memilih bersama suamiku meskipun aku tahu cintamu begitu besar dan dalam untukku."Tanganku mengusap air mata yang menetes. Aku hanya berharap Mas Daffa menemukan wanita yang jauh lebih baik dariku, menemukan wanita yang cintanya sama besarnya dengan cintanya saat ini untukku, hanya dengan begitu rasa bersalahku akan hilang. Sore itu mas Raka datang lebih cepat dari biasanya, sehingga aku jadi heran. "Mas tumben kamu sudah pulang?" tanyaku sambil membantunya melepas jas yang dia kenakan. "Aku tidak fokus bekerja karena terus memikirkan kamu sayang." Tangan pria itu memencet hidungku.Aku tersenyum, sekarang dia pandai sekali bergombal tidak seperti dulu yang dingin sekali. "Aku tidak apa-apa Mas." Aku menunjukkan tubuhku yang sehat dan bugar padanya. "Tuh kan aku baik-baik saja." "Semenit berpisah rasa

    Last Updated : 2025-02-28
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Sungguh Bahagia

    Pagi itu aku dan mas Raka bersiap untuk pergi ke kantor, Mama yang melihatku berpakaian formal nampak heran."Mel kamu mau pergi ke mana?" Mama terus menatapku."Amel mau kerja ma," jawabku sambil menunduk takut.Jawabanku agaknya membuat Mama terus menatapku, kemudian beliau berkomentar, "Kenapa harus kerja memangnya uang yang Raka berikan masih kurang?"Tidak sama sekali, uang yang Mas Raka kasih lebih dari cukup, apalagi aku kini ikut Mama jadi semua pengeluaran Mama dan Papa yang handle.Gelengan keras aku tunjukkan, hanya saja aku merasa bosan di rumah."Cukup kok Ma, Amel bekerja karena bosan di rumah. Mama nggak papa kan?" Cicit ku ragu.Mama menghela nafas, lalu mengangguk. Ku tahu Mama terpaksa setuju."Amel janji akan tetap menjalankan kewajiban Amel sebagai seorang istri Ma." Aku meyakinkan Mama.Wanita paruh baya itu tersenyum. "Baiklah Mama percaya padamu."Di meja makan, aku melayani Mas Raka. Aku juga menyiapkan bekal untuk kami."Bekal spesial untuk suami tercinta." Ka

    Last Updated : 2025-03-01
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kencan

    Tak ingin ada masalah dengan mereka aku segera bangkit. "Maaf Pak Daffa saya kembali dulu." Aku pamit kembali ke devisiku. Namun baru selangkah aku berjalan Mas Daffa segera menangkap tanganku. "Mel maaf." Ujar Mas Daffa. Aku tersenyum menatapnya, "Nggak papa Mas, santai saja. Silakan lanjut ngobrolnya." Lalu melepas tangannya. Saat hendak berjalan lagi wanita itu tiba-tiba menghalangiku. "Tunggu!" "Aku perhatikan sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya." Dia menatapku dengan lekat. Ucapannya membuat ingatanku terbang melayang wajahnya juga tak asing bagiku, pernah bertemu tapi di mana? Aku berjuang keras mengingat dimana bertemu dengan wanita ini hingga akhirnya aku ingat dia adalah wanita yang kutemui di saat malam peresmian restoran milik Mas Daffa. "Oh kamu!" Aku dan dia berucap barengan. "Pantes aku hampir tak mengenalimu sekarang kamu sudah tidak hamil." Tatapannya terlihat mengejek. Ingin sekali aku membalas ucapannya namun aku mengurungkan niatku, toh penilaianny

    Last Updated : 2025-03-01
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Di alam Terbuka

    Aku duduk di sofa sambil terus menghubungi Mas Raka. "Berdering tapi gak diangkat." Rasa cemas terus menggrogotiku.Selang kemudian kudengar suara langkah kaki mendekat. Aku segera memasang gestur waspada. "Sayang kamu sudah bangun?" Ternyata Mas Raka. Segera aku menghambur ke arahnya lalu memeluknya dengan erat."Kamu kenapa meninggalkan aku Mas? aku takut." Seperti anak kecil aku menangis. "Tidur kamu nyenyak sekali sayang, aku nggak tega membangunkanmu. Ujar Mas Raka dengan mengelus rambutku. "Rencananya aku merapikan kamar kita dulu baru setelahnya aku akan menggendong kamu masuk." Mas Raka melepas pelukanku. Netranya menatapku sendu lalu dia menghapus air mataku. "Kamu seharusnya membangunkan aku Mas, aku hampir mati ketakutan." Kataku lalu memeluknya lagi. "Maafkan aku sayang." Ujarnya. Mas Raka mengajak aku naik ke atas, dia menunjukkan kamar yang memiliki view yang sangat indah.Jendela kamar itu menghadap ke laut, tak hanya itu kamar yang Mas Rafa pilih juga memiliki b

    Last Updated : 2025-03-02
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Semoga Cinta Kita terus Pasang

    "Sangat siap Mas." Bisikku. Kami berdua hanyut dalam suasana malam yang sahdu, dibawah sinar rembulan dan suara deburan ombak kami berdua memadu kasih, sungguh nikmat dunia ini tiada tara.Suara erangan kenikmatan kami bersahutan dengan suara dari ombak sungguh pengalaman bercinta yang tiada terlupakan.Dia memberikan aku sebuah hal indah yang tidak pernah aku dapatkan sebelumnya. 'Mas Raka terima kasih atas pengalaman yang luar biasa ini'Setelah mendapatkan pelepasan, kami berdua berpelukan di bawah langit. meski udara sangat dingin namun pelukan mas Raka jauh begitu hangat membuat rasa dingin terhempas. "Makasih Sayang." Dia mengecup keningku.Usai bertempur membuat mataku mengantuk lalu aku meminjamkan mata. Dalam sekejab aku pindah ke alam mimpi. Meski sudah di alam mimpi namun aku masih bisa merasakan nikmatnya sebuah percintaan. Aku terpental dari alam mimpi, dan bangun-bangun aku telat berpindah ke tempat tidur. Pasti semalam mas Raka lah yang menggendongku masuk ke dalam.

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku bahagia Mas

    Waktu terus berlalu, tak terasa Arkan sudah berumur tujuh bulan, mama yang masih memegang teguh adatnya hendak melakukan syukuran yang disebut "Mudun lemah" atau turun tanah. Di usia tujuh bulan bayi sudah diperbolehkan untuk diturunkan ke bawah mengingat mereka harus belajar berjalan. "Amel persiapannya sudah selesai apa belum?" tanya Mama yang memantau aku di dapur. "Sudah ma, anak ayam yang mama pesan sudah dikirim." Kataku sambil tersenyum. Memang dalam syukuran kali ini kami menggunakan anak ayam, entahlah kenapa ada adat seperti itu. Ayah dan ibuku juga datang untuk membantu, aku yang lelah memutuskan ke kamar sejenak untuk istirahat. Beberapa saat kemudian, Mas Raka menyusulku. Dia yang juga kelelahan turut berbaring di sampingku. "Adat terkadang itu menyusahkan, tinggal syukuran saja kenapa ribet banget yang inilah itulah, lagian kenapa ada acara turun tanah, Arkan tinggal ditaruh bawah kan udah beres." Mas Raka menggerutu sendiri. Mendengar gerutuannya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pengen Terus

    Mas Raka menatapku tak percaya, "Kamu setuju Sayang?" tanyanya sambil memegang pundakku. "Iya Mas, kuakui aku tak sanggup mengurus Arkan sendirian." Mas Raka langsung memelukku, dia mengecup keningku berkali-kali. Setelah berbincang aku dan Mas Raka memutuskan pulang, sesampainya di rumah Mama menyambutku. Sama seperti Mas Raka mama memelukku dengan erat. Sebenarnya aku heran pada mereka, takut sekali jika aku pergi. "Ma tolong carikan yayasan terbaik, kami akan menggunakan jasa baby sitter." Ujar Mas Raka. Mama sangat senang mendengar kabar ini lalu beliau menghubungi Yayasan yang sudah diakui para majikan. Beberapa foto calon baby sitter mama tunjukkan padaku, dan pilihanku jatuh pada baby sitter yang sudah berumur. Aku sengaja mencari yang tidak manarik karena takut Mas Raka akan tergodo seperti di film-film. Keputusan kami buat, dan besok orangnya akan dikirim ke rumah. Malam itu, Mas Raka lah yang menidurkan Arkan, dia juga menemani aku begadang meng

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Saling minta maaf

    "Iya Bu, Amel akan memikirkannya lagi." Kataku sambil menatap ibuku. Arkan menangis, ibu memintaku untuk menyusuinya langsung karena asi yang aku pompa kemarin sudah habis. Setelah aku menyusui Arkan, ibu meminta bayiku kembali. Ibuku memang ibu terbaik di dunia. Beliau tidak ingin aku lelah. "Enak ya digendong nenek." Aku mengusap pipi Arkan. Dari depan terdengar suara mobil berhenti, bibirku menyunggingkan senyuman saat tahu yang berhenti adalah mobil Mas Raka. Mas Raka berjalan mendekat dan bersamaan Arkan muntah sehingga aku berlari masuk ke dalam. Dari belakang aku mendengar Mas Raka memanggilku. "Sayang." Mas Raka mengekori aku yang ingin mengambil tisu. Dia langsung memelukku. "Maafkan aku." Dia berbisik. Aku melepas pelukannya bukan tidak senang dengan kedatangannya tapi aku harus mengusap muntah Arkan. Ibu segera meminta tisu dariku, lalu beliau lah yang mengusap bibir Arkan. Setelah bersih dari muntahan, aku menatap suamiku yang sudah memasan

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa aku salah?

    Di dalam kamar aku menangis, sungguh aku merasa sedih dengan sikap Mas Raka. Kenapa semua seolah aku yang salah? padahal aku hanya ingin merawat Arkan dengan tanganku sendiri? "Kenapa kamu begini Mas?" Aku bermonolog dengan diriku sendiri. Kukira Mas Raka akan mengerti keadaanku, seorang ibu baru yang mengalami perubahan segala siklus hidup namun nyatanya tidak. Di saat seperti ini bukankah peran suami adalah mensupport istri? tapi mengapa malah balik menyalahkan? ArrggggAku berteriak sambil mengusap rambutku dengan kasar. Meskipun aku mengurus Arkan sendiri aku tidak pernah mengganggu tidurnya, seberapa repotnya aku tiap malam aku tidak pernah membangunkannya karena aku sadar dia harus bekerja. Tapi kenapa dia tidak mengerti? bukankah masa-masa seperti ini tidak lama, ketika bayi semakin besar dia pasti akan jarang bangun malam dan aku bisa mengurusnya kembali? Hati yang meradang membuat aku terus menangis hingga suara ketukan dari luar menghentikan tangisku. Aku berjalan u

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kenapa?

    Kutunggui dia yang sedang makan, entah mengapa melihat Mas Raka makan, aku merasa iba. Emosi yang memburu tiba-tiba menghilang. "Aku sudah selesai makan, apa yang ingin dibicarakan?" Dia menatapku. "Ayo le kamar." Tak ingin di dengar pelayan dan Mama aku mengajak Mas Raka ke kamar. Tapi Mas Raka menolak dengan alasan kekenyangan jadi malas naik. "Kamu tuh kenapa sih Mas, bicara di kamar lebih leluasa tidak didengar banyak orang!" Aku memberengut kesal. "Apa masalahmu?" Nafasku kembali memburu, dia tidak pulang dan dia bertanya apa masalahnya? "Kamu tuh nyadar gak sih kalau salah! nggak pulang apa menurut kamu itu wajar?" Air mataku yang kutahan memberontak keluar, sehingga kini aku menangis di hadapannya. "Apa yang kamu tangisi bukanlah semua keinginan kamu?" Mendengar ucapannya sontak aku membuat aku kembali menatapnya, "Apa maksud kamu?" "Ya kamu lelah dengan Arkan bukanlah itu keinginan kamu? dari awal aku sudah mencoba menawarkan baby sitter tapi kamu selalu menolak."

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak Pulang

    Tanganku mengepal, emosiku meledak-ledak melihatnya. Melihatku Mas Raka hanya menghela nafas. "Aku lelah, jangan marah-marah seperti ini." Katanya lalu dia merebahkan diri di tempat tidur. Tak rela jika amarahku berakhir begitu saja aku pun menghampirinya, ku tarik tangannya agar bangun untuk mendengar omelanku. Tapi bukannya bangun Mas Raka justru menarik tubuhku dan membawaku ke dalam dekapannya. "Arkan tidur lebih baik kamu tidur jangan marah-marah." Katanya. Aku melongo melihat suamiku ini, seketika emosiku yang sedari tadi berapi-api padam begitu saja. Dan dalam dekapannya aku merasa hangat hingga air mataku tak terasa meleleh. "Nyatanya lelahku hilang dalam dekapannya." Batinku sambil terus menatap Mas Raka yang sudah memejamkan mata. Baru saja aku terpejam suara Arkan membangunkan aku, malas dan lelah tapi aku harus bangun untuk menenangkan malaikat kecilku itu. "Kamu haus ya." Kataku sambil membuka kancing baju untuk menyusuinya. Saking ngantukn

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Marah

    Aku hanya tersenyum mendengar pesan Mama, entah mengapa aku ingin tanganku sendiri yang mengurus bayi ini. "Nanti Amel pikirkan ya Ma." Tak ingin Mama kecewa aku berkata demikian. Bayiku kini berusia tujuh hari, hari ini adalah hari dimana Mama mengadakan syukuran pemberian nama. Adat kami memang seperti itu, ada beberapa syukuran yang wajib digelar oleh keluarga yang baru saja memiliki keturunan. "Namanya Arkan Ma, diambil dari Amel dan Raka." Ujar Mas Raka. "Tapi sama Mas Raka ditambahi n," sambungku. Mama tertawa, sebenarnya aku yang ingin Mas Raka menambahkan paten n, karena aku ngefans sekali dengan salah satu sama pemain bola tanah air. Setelah acara syukuran pemberian nama selesai aku dan Mas Raka pamit ke atas untuk istirahat. Di dalam kamar, Mas Raka duduk di sampingku. "Sayang, besok pagi sekali aku ada dinas keluar kota kamu bisa nggak bangun pagi dan mengurusi aku." Dia menatapku. "Aku upayakan ya Mas, bayi kita sering rewel kalau malam jadi aku ga bisa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mengurus Anak Sendiri

    Ini bukan stimulasi Asi melainkan memancing hasrat, alhasil hasratku lah yang terpancing keluar. "Mas, ah...." Aku malah mendesah merasakan setiap hisapan yang mas Raka berikan. Tanganku menarik rambutnya, mataku justru terpejam. "Mas sudah." Aku menekan kepalanya. Entah apa yang ada di kepalaku, saat seperti ini aku malah terjerumus dalam hal ini. Mas Raka menyudahi aksinya, "Gimana sayang, apa sudah cukup stimulasinya?" Dia tersenyum licik. "Ini bukan stimulasi mas, tapi memancing hasrat." Sahutku kesal. Dia tertawa, suamiku sungguh mesum sekali. "Maafkan aku sayang," katanya lalu mencubit pipiku. Netraku menatap wajahnya kemudian turun ke bawah dan aku melihat ada sesuatu yang menyembur dari balik celananya. Deretan gigiku terlihat, ternyata dia juga terpancing perbuatannya sendiri. "Itu kamu juga berdiri." Kataku sambil menahan tawa. Sebenarnya aku ingin tertawa lepas mengejeknya hanya saja luka operasi jika dibuat tertawa terasa sangat sakit. Tau aku mengejeknya Mas

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Lahir

    Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari ini aku dan seluruh keluarga besarku dan Mas Raka pergi ke rumah sakit. Sengaja kami memilih hari ini karena hari ini bertepatan dengan ulang tahun Mas Raka jadi anakku nanti memiliki hari ulang tahun sama dengan papanya. "Mas aku takut." Aku terus memegangi tangan mas Raka. Ingatan waktu itu, membuat nyaliku menciut. Memang operasi sesar tidak menakutkan tapi setelahnya aku harus kesakitan. "Jangan takut sayang, ada aku." Mas Raka terus mengecup keningku. "Habis operasi sakit sekali Mas." Aku mengubah raut wajahku takut merasakannya lagi. Mas Raka tersenyum, dia bilang kalau nanti sakitnya terbayarkan dengan hadirnya anak kami. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Bayangan bayi menangis menari di kepalaku, tanpa kusadari bibirku terus saja menyunggingkan senyuman. Beberapa waktu kemudian, Dokter datang untuk melakukan pemeriksaan, selain operasi aku juga meminta dokter untuk sekalian memasang kb, rencananya aku akan menunda kehamilan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status