Home / Rumah Tangga / Istri Yang Menanti Sentuhanmu / Semoga Cinta Kita terus Pasang

Share

Semoga Cinta Kita terus Pasang

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-03-02 23:46:21

"Sangat siap Mas." Bisikku.

Kami berdua hanyut dalam suasana malam yang sahdu, dibawah sinar rembulan dan suara deburan ombak kami berdua memadu kasih, sungguh nikmat dunia ini tiada tara.

Suara erangan kenikmatan kami bersahutan dengan suara dari ombak sungguh pengalaman bercinta yang tiada terlupakan.

Dia memberikan aku sebuah hal indah yang tidak pernah aku dapatkan sebelumnya.

'Mas Raka terima kasih atas pengalaman yang luar biasa ini'

Setelah mendapatkan pelepasan, kami berdua berpelukan di bawah langit. meski udara sangat dingin namun pelukan mas Raka jauh begitu hangat membuat rasa dingin terhempas.

"Makasih Sayang." Dia mengecup keningku.

Usai bertempur membuat mataku mengantuk lalu aku meminjamkan mata. Dalam sekejab aku pindah ke alam mimpi. Meski sudah di alam mimpi namun aku masih bisa merasakan nikmatnya sebuah percintaan.

Aku terpental dari alam mimpi, dan bangun-bangun aku telat berpindah ke tempat tidur. Pasti semalam mas Raka lah yang menggendongku masuk ke dalam.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mega
jadi ingat lagu jaman dulu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Telat

    Selepas jalan-jalan kami pulang untuk bersiap kembali ke rumah. Sebenarnya Mas Raka mengajak nanti malam hanya saja aku tidak ingin dia terlalu lelah. Singkat cerita kita telah tiba di rumah, kami berdua segera naik ke atas untuk istirahat. "Mas terima kasih atas kencan luar biasanya." Kupeluk tangannya dengan erat. Mas Raka tersenyum, "Sudah kewajiban seorang suami mengajak istrinya kencan jadi jangan berterima kasih Sayang." Anggukan kecil aku tunjukkan lalu aku memejamkan mata. Bahagia aku rasakan bertubi-tubi, apa ini buah kesabaranku? Keesokan paginya, aku bangun terlebih dahulu. Aku singkirkan pelan tangan Mas Raka yang melingkar di perutku. "Maaf ya Mas, aku harus menyiapkan sarapan untuk kamu." Gumamku lalu mengecup keningnya. Di dapur aku membuka kulkas, kulihat bahan makanan yang ada. Setelah menentukan mau masak apa aku keluarkan bahan-bahannya, pelayan yang ingin membantu aku minta untuk mengerjakan pekerjaan lainnya karena aku ingin memasak untuk keluarga Mas Rak

    Last Updated : 2025-03-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Disuruh Menghadap

    "Mas kamu kenapa?" Aku sangat panik melihatnya kesakitan, tapi Mas Raka segera menenangkanku. "Tidak apa-apa sayang nyeri sedikit saja," katanya. Aku tatap dia, aku coba meyakinkannya sekali lagi, apa benar hanya nyeri sedikit? "Mas jangan bohong Mas kalau memang ada masalah dengan perut kamu kita ke rumah sakit." Mataku sudah berkaca, aku sangat takut jika terjadi apa-apa dengannya. Ketakutanku bukan perkara lebay hanya saja suamiku memang hanya hidup dengan satu ginjal, jadi aku sangat takut jika dia mengeluh sakit perut. Mas Raka tersenyum lalu mengelus rambutku, "Beneran hanya nyeri sedikit tadi." Ujarnya. "Syukurlah Mas, kamu banyak-banyak istirahat ya, jangan terlalu diforsir tenaganya." Kutangkupkan kedua tanganku di wajahnya. "Iya Sayang jangan khawatir." Kembali sederet giginya kulihat. Karena tak ingin terjadi apa-apa dengan suamiku aku memilih kembali ke kantor menggunakan taksi online, tak peduli Mas Raka berusaha mencegah, tapi aku tetap bersiker

    Last Updated : 2025-03-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tak Ingin Membahas Masa Lalu Lagi

    Wajahku jadi tak karuan setelah keluar dari ruangan Mas Daffa, bahkan sampai ke divisiku aku masih menunjukkan ekspresi yang sama hingga mengundang pertanyaan salah satu teman ku. "Kamu kenapa Mel? Kenapa mukamu begitu?" Aku memaksakan senyumanku lalu berdalih. "Nggak apa-apa tadi aku heran saja dengan perintah Pak Daffa." "Memangnya kamu disuruh apa?" Temanku satunya turut bertanya. Haduh, mengapa pada malah bertanya sementara aku tidak mungkin mengungkap permintaan Mas Daffa tadi. "Dia meminta aku menyelesaikan banyak laporannya." Kataku berbohong. Untungnya temanku percaya dengan ucapanku sehingga mereka berhenti tidak bertanya lagi. Keinginan Mas Daffa benar-benar membuatku tidak bisa fokus bekerja, bagaimana bisa dia menginginkan sedikit waktuku untuknya kalau seperti ini aku merasa mengkhianati mas Raka. Sungguh aku hanya menyayangkan diriku sendiri yang tidak bisa tegas pada Mas Daffa, yang mana ujungnya aku repot sendiri. Setelah jam kerja selesai aku keluar,

    Last Updated : 2025-03-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mama Papa Keluar Negri

    "Sayang kamu mau makan apa?" tanya Mas Raka sambil menatapku. Entah kenapa melihat makanan yang ada di menu itu membuat aku tak bernafsu. Sebenarnya aku ingin memakan makanan yang ada di pinggir jalan. "Aku makan salad aja Mas." Sambil menutup buku menu makanan. Mas Raka mengerutkan alisnya seolah tidak setuju jika aku hanya memesan salad saja. "Kenapa hanya salad? apa nggak ingin makan yang lainnya?" Tanyanya heran. "Berat badan aku sudah naik tiga kilo Mas jadi aku mau diet." Jawabanku membuat Mas Raka tertawa, dia sampai menggelengkan kepala."Tak masalah sayang, meski berat badan kamu naik 10 kilo, 20 kilo bahkan 30 kilo aku tetap cinta kok. Sudah kamu jangan mikir yang aneh-aneh sekarang pokoknya kamu harus makan." Katanya. Aku mendengus kesal, "Mana ada tetap cinta, berat badan istri naik 30 kilo suami pasti nyari yang bening di luar." Mas Raka kembali tertawa, "Untuk apa mencari yang bening diluar kalau di rumah udah ada yang super bening." "Ah so sweet tapi aku nggak

    Last Updated : 2025-03-04
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Renata Kabur

    "Tadi kan sudah Mas," kataku dengan gugup. "Kita bisa mengulangnya kembali jika kamu menginginkannya Sayang." Bisik Mas Raka. Hembusan nafas Mas Raka membuat aku melayang, tanganku mencengkeram baju dengan kuat. Meskipun berhasrat tapi aku sudah mandi malas sekali jika harus mandi lagi. "Tidak Mas nanti malam saja." Buru-buru aku melepaskan diri dari pelukannya. "Lagipula kita harus ke rumah Ibu nanti keburu siang," kataku lalu bersiap. Kulihat masyarakat tersenyum, harus kuakui senyumannya bikin aku tak tahan, suamiku ini kenapa begitu menawan. Setelah kami bersiap kami segera turun lalu berangkat ke rumah ibu dan ayah. Tak lupa di jalan kami belanja keperluan rumah untuk orang tuaku. Tak selang lama mobil Mas Raka sudah tiba di tempat rumah tuaku, aku yang sudah rindu pada mereka lambung turun tanpa menunggunya. "Assalamualaikum, Ibu Ayah Amel pulang." Aku terus memanggil kedua orang tuaku. Sautan terdengar dari dalam, "Amel kamu pulang Nak." Ujar ibu.

    Last Updated : 2025-03-05
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Ulah Renata

    Aku meyakinkan mas Raka jika aku akan aman meskipun aku bekerja. Karena tidak mungkin Renata datang menemuiku di kantor. "Kamu tenang saja Mas, nggak usah berpikir yanga berlebihan." aku pun mencoba menenangkannya. "Tapi aku takut sayang bila dia mencelakaimu." Mas Raka menatapku nanar. "Kita berdoa saja semoga Renata tidak dendam sama kita." Aku mencoba mengurai ketakutan mas Raka, ketakutanku dan ketakutan Mas Raka berbeda, dia takut Renata mencelakaiku sementara aku takut mereka rujuk kembali. "Sebenarnya yang aku takutkan adalah kamu kembali lagi padanya Mas." Mas Raka memelukku dan meyakinkan aku jika hal itu tidak akan terjadi, "Hatiku telah kamu genggam sayang jadi mana mungkin aku rujuk sama Renata kembali?"Aku mengangguk kemudian melepas pelukannya. Tak ingin terus membahas masalah ini aku mengajak Mas Raka makan. "Keburu masakanku dingin," kataku sambil menarik tangannya. Di meja makan kita sekarang aku melayani suamiku dengan meletakkan makanan di piringnya setela

    Last Updated : 2025-03-06
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Stres

    Aku benar-benar tak tahu dimanapun aku berada rasanya selalu ada yang mengawasi, apa itu benar Renata atau hanya pikiranku saja? Sudah sebulan ini aku terus terganggu dengan hal itu, hingga aku stres sendiri. "Sudah Sayang jangan memikirkan hal itu," bujuk Mas Raka. "Tapi aku merasa ada yang mengawasi Mas." Dalam pelukan Mas Raka aku menangis, mengeluhkan apa yang aku rasakan. Pria itu dengan lembut mengelus rambutku, kutau dia juga sangat mencemaskanku. Dia dan Mas Daffa telah melakukan hal terbaik untukku tapi tetap saja akun merasa tak tenang. Hingga suatu siang saat Mas Raka ada meeting di luar kota, dia tidak bisa datang ke kantor untuk makan siang, sementara Mas Daffa juga sama. Aku yang lapar terdiam di lobi, antara keluar atau memesan makanan saja. Ketika ragu salah satu temanku mengajak aku makan di depot sebelah. "Amel ayo." Ajaknya. Akhirnya aku ikut dengannya, pikirku mungkin selama ini aku hanya terlalu banyak pikiran saja sehingga merasa jika a

    Last Updated : 2025-03-07
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Ternyata Renata

    Mas Raka langsung mendekat, "Ada apa Sayang?" tanya Mas Raka panik. "Lihatlah Mas." Aku tunjukkan foto yang dikirim nomor asing itu. Mas Raka mengepalkan tangannya, "Apa maksudnya." Ujarnya marah. Pria itu menelpon nomor asing tersebut. "Nomornya tidak aktif sayang." Aku duduk dan terdiam, memikirkan foto itu. "Kira-kira apa maksudnya si pengirim itu ya Mas, kenapa foto kucing berlumuran darah dia kirim ke aku?" Ku pandang Mas Raka. "Entahlah Sayang, sudah jangan kamu pikirkan." Mas Raka membujuk aku. Aku mengangguk, kemudian Mas Raka meminta aku untuk istirahat. "Kamu istirahat dulu, aku harus kembali bekerja." Ujar Mas Raka lalu mengecupku. Pikiranku benar-benar kacau, pesan ini jelas bukan pesan iseng melainkan sebuah ancaman, apa si pengirim pesan ingin membunuh aku seperti kucing itu? 'Apa ini perbuatan Renata?' Aku membatin dan menerka jika itu adalah Renata. Lelah memikirkan foto yang dikirim tadi, aku memutuskan untuk tidur. Entah berapa lam

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kuda Nil Memanggil

    Seperti kemarin aku datang lagi ke rumah Renata, saat menemuiku Renata sudah menunjukkan ekspresi tak suka. "Mau apa lagi kamu kemari?" Tanyanya sinis. "Apa sudah kamu pikirkan ucapanku kemarin?" Tanpa menjawab aku justru melemparkan pertanyaan. Dia tertawa kemudian bilang ke aku jika Daniel memintanya untuk tidak menggubris ucapanku. Tentu aku melongo, apa maunya kuda nil itu! jelas-jelas dia memintaku untuk membujuk Renata tapi mengapa dia malah berkata demikian? "Dia bicara begitu?" tanganku sontak mengepal. "Iya, lagipul kak Daniel akan selalu menyayangiku selamanya, dia akan menuruti semua kemauan ku termasuk membuat kalian menderita!" Renata tertawa bahagia sementara aku kekesalan menggerogoti hatiku. "Yakin? manusia itu gampang berubah sekarang bilang akan selalu menyayangi tapi entah besok." Agaknya ucapanku mengundang perhatiannya, sehingga Renata menatapku tajam. "Aku yakin sama Kak Daniel." Ujarnya. "Dulu kamu juga yakin sama Mas Raka bukan?" Raut wajah Renata be

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Membujuk Dengan Lembut

    Esok harinya setelah Mas Raka berangkat ke kantor, aku pergi menemui Renata di rumahnya. Mengetahui kedatanganku Renata sangat terkejut. "Amel! bagaimana kamu tahu rumahku?" Dia menatapku tajam. "Tidak penting aku tahu darimana." Ujarku yang juga menatapnya. Dia duduk di sofanya yang lain, "Apa maumu?" Masih dengan tatapan yang sama. "Aku ingin bicara Renata." Sahutku. "Bicara apa?" Tanyanya dengan dingin. Aku menghela nafas, kalau bukan demi Mas Raka aku tidak mungkin mau menemuinya, soal penculikan waktu itu saja masih ku ingat bahkan masih jadi ketakutanku "Mari kita akhiri dendam ini." Kutatap dia dengan lekat. "Enak saja, aku menderita setelah Raka menceraikan aku dan kini kamu ingin aku mengakhiri ini?" Dia mendengus kesal. Dia pikir hanya dia saja yang menderita, aku jauh lebih parah. Ingin sekali aku pergi tapi aku harus berhasil membujuknya atau kakaknya akan menghancurkan bisnis keluargaku. "Kita sudah mendapatkan karma kita masing-masing Renata, kamu m

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Penawaran

    Keesokan harinya tubuhku rasanya pegal semua, keganasan Mas Raka semalam benar-benar membuatku sampai memohon ampun. "Kamu kenapa sayang?" tanyanya sambil menatapku. Aku memberengut kesal, "Kenapa-kenapa ini karena keganasan kamu semalam Mas." Bibir refleks maju ke depan. Dia tertawa kemudian memelukku, "Sekali lagi boleh?" Mataku melongo menatapnya, tubuhku sudah remuk begini dia meminta sekali lagi? "Mas kita lanjut nanti ya, aku harus memasak." Buru-buru aku bangkit dan pergi ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri aku menyiapkan keperluannya. "Mas dasi warna abu-abunya kok ga ada ya." Aku berkali-kali mencari dasi warna abu namun tak ketemu. Mas Raka tertawa dan hal itu membuat aku kesal. "Bantu cari dong Mas kamu kenapa malah tertawa." Ujarku sambil memberengut. Dia berjalan ke arahku kemudian mengambil dasi yang ternyata ada di leherku. "Ini apa Sayang." Bisiknya. Aku yang malu hanya tertawa. "Maaf Mas." Bukannya segera memakai bajunya, Mas Raka malah men

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bicara Dengan Kakak Renata

    Mas Raka menjelaskan semua, Kakak Renata sengaja menyebarkan rumor buruk tentang hotel keluarga kami ya tujuannya untuk menghancurkan Mas Raka kembali. Tanganku sontak mengepal, orang ini benar-benar gila. Apa belum puas dia sudah membuat dua direktur resign tanpa mendapatkan apa-apa. "Dia benar-benar!" batinku. Aku harus melawan rasa takutku, ya aku harus menemui Kakak Renata, meskipun dia seorang mafia tapi negara ini adalah negara hukum jadi tak mungkin melakukan hal buruk padaku. Keesokan harinya setelah Mas Raka berangkat ke hotel, aku datang ke kantornya dahulu untuk menemui Kakak Renata. "Semoga saja pria busuk itu disini." Gumamku. Aku meminta supir dan security rumahku menunggu di mobil. Diam-diam aku naik ke atas ke ruangan CEO. Benar saja saat aku mengetuk pintu ada sahutan dari dalam. Saat aku berdiri di hadapannya dia memelototkan mata. "Kamu! beraninya staf biasa masuk ke ruanganku!" Makinya dengan menatapku tajam. "Aku bukan staff disini." Ujarku. Sebenarnya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kembali Barulah

    Mulutku terbuka lebar-lebar, aku sungguh tak menyangka jika bertemu dengan kakak Renata di lift. Dari wajahnya memang pria ini terlihat garang, dia juga sangat dingin lebih dingin dari sikap Mas Raka dulu, pantas sekali dia menjadi seorang mafia kelas kakap di negara ini."OMG dia kakak Renata.":batinku dengan terus menatapnya. Pria itu juga menatapku kemudian berkomentar pedas, "Kenapa kamu terus menatapku! suka?" Suara dinginnya membuat aku segera melemparkan tatapan. Lawak juga nih orang, bisa-bisa berkata seperti itu! mana mungkin aku suka, wajahnya saja menyeramkan. Aku mendengus kesal meskipun di dunia ini lelaki tinggal dia seorang, aku tak mungkin suka. "Maaf tapi kamu bukan tipeku." Ujarku ketus. Kebetulan live telah tebuka dia melangkahkan kaki keluar.Saat dia keluar aku menghela nafas dalam-dalam. "Syukurlah." Sambil mengelus dada. Setibanya di ruangan mas Raka aku segera memberikan berkas yang dia minta."Terima kasih sayang maaf aku merepotkanmu," katanya lalu men

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bearti Dia....

    "Posesif sekali kamu Raka, tenang saja aku tidak akan mengambil amal darimu." Ujar Mas Daffa dengan tertawa.Aku juga tertawa, "Dia sekarang bucin akut Mas." Aku turut menimpali ucapan Mas Daffa. Kami bertiga tertawa bersama, syukurlah Mas Daffa dan Mas Raka kini tidak bermusuhan lagi. Setelah mengobrol random Mas Daffa pamit pulang sedangkan kami selepas kepulangannya kembali ke kamar. Di dalam kamar kami mengobrol kembali hingga akhirnya kami memutuskan untuk istirahat mengingat malam sudah sangat larut. Keesokan paginya aku melakukan aktivitasku seperti biasa, mask, bersih-bersih dan menyiapkan keperluan Mas Raka. Mas Raka pagi ini berangkat lebih awal karena dia harus bertemu Mas Daffa kembali untuk membahas Kakak Renata. "Dibahas lagi Mas, bukankah semalam sudah selesai." Kataku sambil menyiapkan bekal makannya. "Aku mendapatkan kabar buruk sayang." Jawab Mas Raka sambil menunjukkan ponselnya. "Perusahaan terancam bangkrut." Mataku rasanya mau keluar membaca berita itu.

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kakak Renata

    Mas Raka menggeleng, agaknya mas Raka juga bingung dengan hal ini. "Entahlah Sayang, aku akan menyelidikinya." Ujar Mas Raka. Aku mengangguk paham. Sepanjang jalan, aku masih mengingat kejadian tadi. Kini aku tidak berani kemana-mana sendiri, Renata sungguh meresahkan. "Mas tapi bagaimana bisa Mas Daffa datang menyelamatkan kita?" Aku yang baru menyadari hal itu segera bertanya pada Mas Raka. "Tadi aku keluar sama atasanku, ternyata kami bertemu dengan Daffa untuk membahas kerja sama waktu itu." Jelas Mas Raka. "Oh gitu jadi tadi pas kamu telpon, ada Mas Daffa? dan Mas Daffa tahu?" Kembali aku bertanya. Mas Daffa yang berada di belakang mobil kami melaju mendahului karena memang arah rumah kami berlawanan. Setibanya di rumah Mas Raka melakukan banyak panggilan, dia berusaha keras untuk menyelidiki Renata. "Mas makan dulu." Aku sengaja membawa makanan ke ruang kerjanya karna kutahu suamiku kini malas makan. "Nanti dulu Sayang," katanya tanpa melihatku. "Aku lapar

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Renata Sungguh Biadab

    Aku segera berteriak agar Mas Raka tidak masuk, "Jangan Mas!" Namun Renata segera memutuskan sambungan telponnya. Dia kemudian menatapku, "Kamu pikir paling pintar Amel!" Ujarnya lalu berjalan mendekat ke arahku. Wanita itu mencengkeram daguku. "Aku sengaja membiarkan kamu memberikan info padanya biar dia kesini!" Lalu dengan keras dia membuang wajahku. "Dasar wanita jahat!" Teriakku. Tak selang kemudian, seseorang datang melapor. Renata tertawa kemudian memberi perintahnya. "Bawa dia masuk." katanya. Kutahu pasti Mas Raka yang datang. Dan benar saja Mas Raka masuk dengan dikawal dua orang. Melihat Mas Raka Renata nampak marah, wanita ini terlihat begitu menyimpan dendam pada mantan suaminya. "Hai Raka!" Dia berjalan menatap Mas Raka. "Lepaskan Amel Renata! urusanmu denganku bukan dengannya!" Ujar Mas Raka dengan lantang. Renata tertawa sinis, "Jelas ada Raka, dialah yang membuat kamu menceraikan aku, dia juga yang membuat aku menderita!" Teriaknya. "Kenapa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Ternyata Renata

    Mas Raka langsung mendekat, "Ada apa Sayang?" tanya Mas Raka panik. "Lihatlah Mas." Aku tunjukkan foto yang dikirim nomor asing itu. Mas Raka mengepalkan tangannya, "Apa maksudnya." Ujarnya marah. Pria itu menelpon nomor asing tersebut. "Nomornya tidak aktif sayang." Aku duduk dan terdiam, memikirkan foto itu. "Kira-kira apa maksudnya si pengirim itu ya Mas, kenapa foto kucing berlumuran darah dia kirim ke aku?" Ku pandang Mas Raka. "Entahlah Sayang, sudah jangan kamu pikirkan." Mas Raka membujuk aku. Aku mengangguk, kemudian Mas Raka meminta aku untuk istirahat. "Kamu istirahat dulu, aku harus kembali bekerja." Ujar Mas Raka lalu mengecupku. Pikiranku benar-benar kacau, pesan ini jelas bukan pesan iseng melainkan sebuah ancaman, apa si pengirim pesan ingin membunuh aku seperti kucing itu? 'Apa ini perbuatan Renata?' Aku membatin dan menerka jika itu adalah Renata. Lelah memikirkan foto yang dikirim tadi, aku memutuskan untuk tidur. Entah berapa lam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status