Dania terdiam sejenak setelah dia mendengar nama yang disebutkan oleh Bastian. Pikirannya tiba-tiba kosong beberapa detik, sebelum akhirnya dia menoleh ke arah pria yang tiba-tiba dia temui di butik itu.“Bianca?” ucap Dania mengulang nama yang disebut oleh Bastian.“Iya, Bianca. Kamu udah kenal belum sama Bianca?” tanya Bastian balik.Dania menggelengkan kepalanya, “Emang harus ya aku kenal sama Bianca.”“Ya nggak juga sih sebenarnya. Cuma kan Bianca itu salah satu orang yang pernah berarti dalam hidup suami kamu. Siapa tahu aja Alex udah pernah cerita sama kamu tentang sosok Bianca. Ya maksud aku, mungkin Alex cerita biar kamu nggak cemburu sama masa lalunya.”“Enggak sih. Lagian kalau emang Bianca itu masa lalunya Alex, ya udah ... biarin aja jadi masa lalu. Diceritain atau enggak, aku tetap nggak akan bisa merubah apa pun tentang kisah mereka. Jadi ngapain harus cemburu.”Bastian menganggukkan kepalanya, “Iya juga sih. Kalau gitu boleh dong aku minta tolong kamu buat milihin
“Alex,” sapa seorang wanita yang datang menemui Alex.Alex mengangkat pandangannya karena dia tidak mengenal suara yang menyapanya, “Kamu?!”Mata Alex membulat lebar saat dia melihat ada sosok yang dia kenal dan tidak dia sangka muncul di hadapannya. Dia terdiam sambil mengetatkan rahangnya menahan emosinya yang tiba-tiba naik saat wanita ini muncul secara tiba-tiba di hadapannya.Berbeda dengan Alex yang mengetatkan semua otot wajahnya, wanita yang berdiri di depan Alex itu malah berdiri dengan santai sambil melempar senyum ramah. Wanita cantik itu seolah sedang memamerkan pesonanya pada pria yang sudah lama tidak dia temui yang kini ada di hadapannya.“Ngapain kamu ke sini?” tanya Alex yang hampir terlihat seperti tidak menggerakkan rahangnya sama sekali.“Kok kamu nanyanya gitu sih? Emangnya kamu masih marah ya sama aku?” tanya Bianca balik.“Aku gak mau kamu di sini, Bianca. Aku gak mau ketemu sama kamu lagi. Pergi kamu!” usir Alex.Bianca memonyongkan bibirnya. Dia memasang wa
Deg!Bagai di siram air yang sangat dingin, langkah kaki Dania pun terhenti. Senyum yang sejak tadi menghiasi bibirnya juga menghilang secara tiba-tiba setelah dia mendengar ucapan seorang wanita yang sangat jelas di telinganya.“Siapa dia? Apa mungkin dia Bianca?” ucap Dania bertanya pada dirinya sendiri.Tubuh Dania bergetar, saat dia mendengar ada seorang wanita di balik dinding tempat dia berdiri itu sedang menyatakan perasaannya pada sang suami. Meskipun dia bukanlah istri yang sesungguhnya istri bagi Alex, tapi tetap saja rasanya menyakitkan jika suaminya digoda oleh perempuan lain, apa lagi itu adalah mantannya.Dania tidak mendengar ada suara Alex menjawab apa yang dikatakan oleh Bianca. Entah apa yang sedang dilakukan oleh pria itu sekarang di balik tembok dengan seorang wanita. Dania masih belum memiliki keberanian untuk muncul.Tapi semakin lama dia tidak tahan mendengar Bianca terus membuka kenangan antara Alex dan dirinya. Dania takut, kalau nanti Alex akan goyah dan ikut
“Maksud kamu apa terima undangan dia?” tanya Alex menuntut jawaban dari Dania.“Emang kenapa? Emangnya kamu gak mau dateng?” tanya Dania balik sambil duduk di sofa tamu dan meletakkan kotak makannya.“Gak minat! Aku gak suka sama acara begituan.”“Gak minat ama acaranya ato gak minat ama orangnya?” Dania menoleh ke arah Alex, “Kamu gak takut kalo perasaan kamu bakalan muncul lagi kan?” lanjut Dania mencoba memperjelas maksud penolakan Alex.“Dania!”Pembicaraan mereka terhenti saat tiba-tiba seorang OB datang mengantarkan peralatan makan pesanan Alex. Dania langsung menerima piring itu, untuk menata makanan yang tadi dia sudah beli.Alex ikut bergabung dengan Dania. Entah mengapa dia merasa lapar melihat menu ayam goreng kalasan yang dibawa oleh Dania. Dia ingin makan siang dulu, agar saat rapat nanti dia tidak terbawa emosi karena lapar.“Makan dulu. Mau pake sayur gak?” tanya Dania sambil menyuguhkan piring makan milik suaminya.“Biarin aja di situ. Aku gak suka kalo di campur,
“Emang kenapa kamu ngotot banget mau dateng ke acara itu? Kamu mau tau apa?” tanya Alex balik yang curiga pada niatan Dania yang sedari tadi memaksa dia datang ke undangan Bianca.“Hmm ... aku cuma ... cuma mau itu kok. Mau –.”“Mau apa?”Dania melihat ke arah Alex.tampaknya pria itu sedang menanti jawabannya Karena tampaknya Alex juga penasaran pada Dania yang dari tadi bersikeras untuk datang ke pesta Bianca.Ya Aku cuma pengen ngeliat aja kamu beneran masih punya perasaan nggak sama dia. Soalnya kata Bastian kamu masih belum bisa move on dari dia sampai sekarang Jawab Dania menjelaskan alasannya.Jangan bilang kamu lagi cemburu sama Bianca selidik AlexApa, cemburu? Males banget. Kayak orang kurang kerjaan aja aku cemburu sama dia. Kamu mau balikan lagi sama dia juga aku nggak peduli enak aja bilang orang cemburu sama dia bantah DaniaTerus kalau nggak cemburu apa dong Gunanya buat kamu. Lagian kan aku udah bilang berkali-kali kalau dari dulu aku sama Bianca itu nggak ada hubu
“Lex, kok gini?” tanya Dania sambil melihat ke area dalam.“Gak usah kaget. Ya ini lah, Bianca. Ayo masuk!”Alex menggandeng tangan Dania dan mengajaknya masuk ke dalam area pesta. Dia sebenarnya sudah lama sekali tidak menikmati pesta seperti ini, tapi karena Dania penasaran dan bersikeras ingin datang, Alex pun menurutinya.Dania sedikit kaget dengan pesta yang dia datangi ini. Dia tidak menyangka kalau pesta ini akan dipenuhi dengan musik berdentum kencang, alkohol serta wanita-wanita berpakaian seksi.Tadinya Dania hanya berpikir kalau pesta itu hanyalah pesta kebun biasa, karena memang diadakan di dalam sebuah taman privat yang di sewa oleh Bianca di sebuah tempat. Tapi ternyata, pesta itu sudah mirip dengan sebuah pub di mana seorang DJ memandu acaranya.Dania menjadi ragu dengan kedatangannya. Seharusnya dia bertanya dulu pada Alex tentang pesta yang akan mereka datangi. Tapi ini juga salah Alex, kenapa tidak memberi tahu Dania tentang model pesta yang diadakan oleh Bianca. Se
“Kenapa, Dan? Kamu gak minum?” tanya Bianca yang melihat Dania seperti sedang bingung.“Oh enggak kok, aku gak papa. Tapi aku gak biasa minum yang kayak gini,” jawab Dania berusaha menolak.“Kamu biasa minim yang lebih keras ya? Udah kayak Alex aja dong,” sahut salah satu teman pria Bianca.“Enggak ... enggak kok. Bukan gitu maksud aku.”“Jangan bilang kamu gak pernah minum alkohol?” tanya Bianca penuh rasa curiga.“Aku ....”“Dania minum kok. Tapi dia toleransinya rendah. Jadi, di ngebatasin banget. Iya kan, Dan?” Dania menoleh ke arah orang yang membantunya menjawab. Dia kaget saat tiba-tiba melihat ada Bastian di sana dan berdiri di sampingnya.Bastian tersenyum lalu memilihkan minuman untuk Dania. Dia menyerahkan minuman itu pada wanita yang sedang dia incar saat ini.“Minum ini aja, lebih ringan,” ucap Bastian sambil tersenyum pada Dania.“Oh iya, makasih,” jawab Dania sambil menerima minuman pemberian Bastian.Bastian menoleh ke sekitar Dania. Dia tidak melihat ada sosok
“Lex, udah dong. Kamu udah banyak minum,” ucap Dania mencegah Alex minum lagi.“Aku gak gampang mabok Dania! Ini baru permulaan buat aku,” ucap Alex sambil menuang lagi minuman ke dalam gelasnya yang sudah kosong.“Iya bener itu, Dan. Alex ini kuat banget minum. Dia bisa kok ngabisin 3 botol sendirian. Alex ini kuat, tenang aja kamu,” ucap Bastian yang kini sudah mulai oleng karena mabuk.“Gak perlu sampe sebanyak itu. Udah yuk, kita pulang.” Dania menjauhkan gelas milik Alex yang masih ada minumannya.“Kalo kamu gak suka liat Alex mabok, ya kamu ikutan mabok dong. Lagian kalian kan suami istri, udah biasa kalo mabok bareng.” Bianca datang membawa gelas di tangannya.“Ini minuman khusus dari aku. Yang ini, biar istri kamu aja yang minum,” ucap Bianca sambil menaruh gelas minuman yang baru di depan Alex lalu memberikan gelas minuman Alex pada Dania.“Jangan ganggu dia!” Alex mengambil lagi minuman dari depan Dania. Dia tidak ingin Dania meminum minuman yang pasti tidak pernah di