“Lex, kok gini?” tanya Dania sambil melihat ke area dalam.“Gak usah kaget. Ya ini lah, Bianca. Ayo masuk!”Alex menggandeng tangan Dania dan mengajaknya masuk ke dalam area pesta. Dia sebenarnya sudah lama sekali tidak menikmati pesta seperti ini, tapi karena Dania penasaran dan bersikeras ingin datang, Alex pun menurutinya.Dania sedikit kaget dengan pesta yang dia datangi ini. Dia tidak menyangka kalau pesta ini akan dipenuhi dengan musik berdentum kencang, alkohol serta wanita-wanita berpakaian seksi.Tadinya Dania hanya berpikir kalau pesta itu hanyalah pesta kebun biasa, karena memang diadakan di dalam sebuah taman privat yang di sewa oleh Bianca di sebuah tempat. Tapi ternyata, pesta itu sudah mirip dengan sebuah pub di mana seorang DJ memandu acaranya.Dania menjadi ragu dengan kedatangannya. Seharusnya dia bertanya dulu pada Alex tentang pesta yang akan mereka datangi. Tapi ini juga salah Alex, kenapa tidak memberi tahu Dania tentang model pesta yang diadakan oleh Bianca. Se
“Kenapa, Dan? Kamu gak minum?” tanya Bianca yang melihat Dania seperti sedang bingung.“Oh enggak kok, aku gak papa. Tapi aku gak biasa minum yang kayak gini,” jawab Dania berusaha menolak.“Kamu biasa minim yang lebih keras ya? Udah kayak Alex aja dong,” sahut salah satu teman pria Bianca.“Enggak ... enggak kok. Bukan gitu maksud aku.”“Jangan bilang kamu gak pernah minum alkohol?” tanya Bianca penuh rasa curiga.“Aku ....”“Dania minum kok. Tapi dia toleransinya rendah. Jadi, di ngebatasin banget. Iya kan, Dan?” Dania menoleh ke arah orang yang membantunya menjawab. Dia kaget saat tiba-tiba melihat ada Bastian di sana dan berdiri di sampingnya.Bastian tersenyum lalu memilihkan minuman untuk Dania. Dia menyerahkan minuman itu pada wanita yang sedang dia incar saat ini.“Minum ini aja, lebih ringan,” ucap Bastian sambil tersenyum pada Dania.“Oh iya, makasih,” jawab Dania sambil menerima minuman pemberian Bastian.Bastian menoleh ke sekitar Dania. Dia tidak melihat ada sosok
“Lex, udah dong. Kamu udah banyak minum,” ucap Dania mencegah Alex minum lagi.“Aku gak gampang mabok Dania! Ini baru permulaan buat aku,” ucap Alex sambil menuang lagi minuman ke dalam gelasnya yang sudah kosong.“Iya bener itu, Dan. Alex ini kuat banget minum. Dia bisa kok ngabisin 3 botol sendirian. Alex ini kuat, tenang aja kamu,” ucap Bastian yang kini sudah mulai oleng karena mabuk.“Gak perlu sampe sebanyak itu. Udah yuk, kita pulang.” Dania menjauhkan gelas milik Alex yang masih ada minumannya.“Kalo kamu gak suka liat Alex mabok, ya kamu ikutan mabok dong. Lagian kalian kan suami istri, udah biasa kalo mabok bareng.” Bianca datang membawa gelas di tangannya.“Ini minuman khusus dari aku. Yang ini, biar istri kamu aja yang minum,” ucap Bianca sambil menaruh gelas minuman yang baru di depan Alex lalu memberikan gelas minuman Alex pada Dania.“Jangan ganggu dia!” Alex mengambil lagi minuman dari depan Dania. Dia tidak ingin Dania meminum minuman yang pasti tidak pernah di
“Aarrg!”Dania berteriak kencang saat dia sedang berbincang dengan Ivan. Tentu saja Ivan yang sedang menyetir pun menjadi kaget dan mengerem mobilnya secara mendadak.“Ada apa, Bu?” tanya Ivan sambil menoleh ke belakang memastikan keadaan dua atasannya itu.“Dasar mesum! Minggir!” pekik Dania sambil menyingkirkan tubuh Alex yang tiba-tiba memeluknya.Bukan hanya memeluk secara tiba-tiba, satu tangan Alex tepat jatuh di salah satu gundukan dada Dania. Tentu saja Dania kaget karena selama ini belum pernah ada yang memegangnya, termasuk Restu.Dania yang kaget sekaligus malu, langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Dia juga mengomeli dan sesekali memukul badan Alex yang sudah kembali mendekat ke pintu di sisi lain.Ivan tersenyum melihat kelakuan Dania yang sempat membuatnya sangat kaget itu. Dia benar-benar tidak menyangka dengan reaksi spontan Dania yang sangat membuatnya kaget itu.“Ibu, Ibu gak papa?” tanya Ivan sambil menahan tawa.“Gak papa. Ayo jalan,” jawab Dani
Deg!Jantung Dania seakan mau melompat dari tempatnya saat dia tiba-tiba jatuh di pelukan Alex. Meski posisi tidak enak, karena harus membungkuk karena dia masih duduk di samping Alex, tapi entah mengapa tubuh Dania seolah tidak bisa di gerakkan. Tubuh Dania seperti lengket di dada Alex yang saat ini tengah mendekapnya. Entah apa yang saat ini sedang dirasakan Alex, karena setahu Dania, hingga sedetik yang lalu, pria tampan itu masih tidak sadar dan terbaring tidur.Embusan napas hangat Alex juga mulai terasa menerpa pori-pori wajah Dania. Pria itu masih bernapas dengan tenang, bahkan detak jantungnya pun terasa tenang dan tidak meloncat seperti jantung Dania.Bibi yang tadi ada di sana masih berdiri terdiam dan membuka mulutnya karena kaget. Dia pun segera menyadarkan dirinya dari kekagetan yang tidak dia sangka itu.Bibi langsung meletakkan baju tidur Alex di atas tempat tidur dan langsung pergi keluar tanpa berpamitan lagi. Dia meninggalkan pasangan pengantin baru itu sendiri, kar
Dania menggeliat saat dia mulai bangun dari tidurnya. Dia sedikit melemaskan otot-ototnya agar dia bisa segera sadar untuk memulai hari ini.Dania mulai membuka matanya secara perlahan dan mengerjapkannya beberapa kali. Dia seolah ingin mengenali di mana saat ini dirinya berada.“Eh ya ampun, aku masih di kamarnya Alex ya,” ucap Dania yang menyadari kalau penataan kamar yang dia tempati saat ini bukanlah kamarnya.Dania melihat selimut masih menutupi tubuhnya dan pakaian yang dia pakai untuk pergi ke pesta Bianca semalam juga masih melekat di tubuhnya. Dania segera berbalik untuk memastikan di mana Alex saat ini berada.Pria yang saat ini sudah berstatus menjadi suaminya Itu tampak tertidur pulas di sampingnya. Alex tidak bergerak sama sekali, meskipun saat ini Dania sudah duduk di atas tempat tidur.“Aku pergi aja deh. Nanti dia bangun dan liat aku di sini, pasti dia bakalan ngamuk,” ucap Dania yang segera turun dari tempat tidur.Dania melangkahkan kakinya secara perlahan, meninggal
“Dania, semalam kamu tidur di mana?” tanya Alex sambil menatap tajam ke arah Dania.“Semalam? Aku ... em, aku ... aku tidur di kamarku lah,” jawab Dania berusaha untuk biasa saja agar Alex tidak curiga kepadanya.“Tidur di kamarmu? Kau yakin kalau kamu tidur di kamarmu sendiri.” Alex mencecar Dania.“Iyalah, aku tidur di kamarku sendiri. Emangnya kenapa?” tanya Dania ingin tahu kenapa Alex bertanya seperti itu pagi ini.“Aku kayak ngeliat kamu tidur di kamarku. Bahkan aku masih bisa nyium aroma parfum kamu di tempat tidurku. Apa kamu yakin kalau semalam kamu nggak tidur di kamarku?”Dania shock mendengar pernyataan dari Alex. Pernyataan itu seakan Alex menyadari tentang keberadaannya tadi malam di kamar pria itu.Tapi Dania tetap berusaha untuk biasa saja agar Alex tidak semakin curiga. Mungkin hidupnya akan berakhir kalau sampai dia ketahuan tidur di kamar suami kontraknya itu.“Ish! Jangan bilang kalau kamu mimpiin aku semalam,” ucap Dania sambil sedikit menyipitkan matanya.“A
Dania bangun dari tidurnya. Akhir pekannya terasa sangat membosankan hari ini.Setelah semalam dia mengalami malam yang buruk bersama Alex di pesta Bianca, kini harus ditambah lagi menghadapi kemarahan Alex yang sangat tidak masuk akal. Dia yang mengajak Dania tidur di kamarnya, tapi dia juga yang marah karena ada bau parfum Dania di kamarnya. Sungguh hari yang menyebalkan bagi Dania.Wanita cantik itu memutuskan keluar dari kamarnya. Dia ingin melihat keadaan di luar kamarnya setelah dia istirahat siang tadi.Sayangnya rumahnya sedang terlihat sangat sepi. Bahkan para asisten rumah tangga yang biasanya berlalu lalang di ruang tengah, kini tidak ada. Bahkan dapur pun sepi sekali, seolah rumahnya sedang ditinggalkan semua orang penghuninya.“Sepi amat sih. Pada ke mana mereka semua,” gumam Dania sambil melihat ke sekitar rumahnya.Dania berjalan menuju ke pintu teras belakang. Dia ingin melihat apakah ada orang di sana, ternyata tidak ada seorang pun di sana. Rumah ini benar-benar sepi
Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
Agenda siang hari ini yang akan di lakukan oleh pasangan yang sedang berbulan madu itu adalah pergi berjalan-jalan sebelum mereka akan pergi ke undangan salah satu klien Haris.Dania memilih mengajak Alex untuk berjalan-jalan sambil makan siang. Dia berharap akan bertemu barang-barang lucu yang bisa dia beli nanti untuk dia bawa ke Jakarta.Sebenarnya Alex malas mengikuti keinginan Dania, tapi karena dia merasa sedikit bersalah karena sudah menikmati tubuh Dania tanpa sepengetahuan si pemilik tubuh, akhirnya Alex pun dengan sangat terpaksa mengikuti keinginan dari istrinya itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf meskipun hal itu dilakukan oleh Alex tanpa disadari oleh Dania.Dania pun senang karena sang suami seharian ini bersikap baik kepadanya pria yang biasanya lebih sering memarahi dia itu tampak lebih diam dan mengikuti saja keinginannya.“Kamu beneran nggak papa ikut aku jalan-jalan?” tanya Dania sekedar ingin memastikan.“Hem.” Alex hanya menjawab lewat deheman saja.“Seri
Ada bekas darah di seprei itu. Sepertinya Bu Dania masih perawan,” jawab pelayan itu sambil sedikit tersenyum dan menyenggol lengan temannya.Ivan tersenyum dan mengangguk, “Bagus! Tapi selama kalian di sana tadi, Pak Alex gak curiga kan?”“Gak Pak, aman semuanya. Tapi kenapa kayak ada yang aneh ya, Pak.” Pelayan itu sedikit mengadu tentang kejanggalan yang mereka rasakan.“Aneh? Apanya yang aneh?” Ivan penasaran.“Itu loh Pak, tadi di kamar itu kan ada Pak Alex sama Bu Dania. Tapi yang keliatan beda itu Pak Alex, Pak.“Beda gimana maksudnya?”“Pak Alex keliatan agak gelisah dan cenderung menyuruh kami cepet pergi. Padahal Bu Dania biasa aja. Bu Dania kayak gak paham dengan apa yang terjadi, Pak. Tapi sepertinya Pak Alex tahu apa yang terjadi,” jelas pelayan itu.“Maksud kamu Pak Alex sadar dengan kejadian semalam?”“Sepertinya begitu, Pak. Apa mungkin semalam Pak Alex gak ikut makan ya, Pak? Soalnya semalam yang keliatan mau makan cuma Bu Dania pas saya masih di sana.”“Oh g
“Lex, kamu ngapain?” tanya Dania yang tiba-tiba sangat mengagetkan Alex.“Eh ... emm aku ....”“Aku mau cari pulpen aku,” jawab Alex asal.“Pulpen? Emang ada pulpen di kasur?” tanya Dania penuh dengan rasa curiga.“Ada. Tapi sekarang gak tau ke mana.”Dania mendekati Alex. Dia melihat ke arah Alex dengan tatapan cukup serius.“Kamu gak lagi boong kan, Lex? Kamu keliatan gugup,” tanya Dania yang melihat mata Sean terus bergerak, sangat berbeda dari biasanya.“Boong apaan sih! Gak ada aku boong. Lagian pulpennya juga gak ada.”“Ya jelas aja kamu gak akan nemuin pulpennya. Orang kamu salah tempat nyarinya kok.”Alex menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu apa?” tanya Alex sedikit waspada, takut kalau Dania menyadari kebohongannya.“Kamu semalam tidurnya di sebelah sana. Ngapain juga kamu cari di sebelah sini, ya gak akan ketemu lah. Kecuali ....” Dania menggantung ucapannya.“Kecuali apa?”“Kecuali semalam kamu tidur mepet ke aku.” Tatapan Dania makin menelisik kejujuran di mata Al
“Aakh.”Dania menggeliat, sedikit mengendurkan tubuhnya dari tidur malamnya yang panjang. Dia menarik tubuhnya ke atas dan ke bawah, agar dia bisa meluruskan semua tulangnya yang terasa bengkok setelah tidur.Dania mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. Dia menarik selimut tebal yang menutup tubuhnya, agar bisa semakin melindungi tubuhnya dari dinginnya pendingin ruangan.“Capek banget ya badanku. Mana laper lagi. Mau pesen makan ah,” gumam Dania yang merasa tubuhnya sangat lelah di tambah lapar.Dania bangun dari tidurnya. Dia terlonjak kaget, saat dia melihat ada Alex duduk sambil melipat kakinya di sofa yang ada di depannya. Tangan pria tampan itu memegang iPad, yang menjadi sasaran tatapan tajamnya.“Alex, kok kamu ....” Dania batal melanjutkan ucapannya.“Oh iya ya. Kita di Bandung.”“Eh bentar dulu. Lex, tadi malam kamu tidur di mana?” tanya Dania sambil sedikit memiringkan wajahnya.“Di kasur lah,” jawab Alex tanpa memindahkan arah pandangannya.
“Cuma apa, hah?!” ucap Alex penuh penekanan sambil berdiri sambil menatap tajam ke arah Dania.Brak!Tiba-tiba Alex menggebrak dinding di belakang tempat Dania berdiri. Tentu saja suara itu membuat Dania berjingkat. Alex mengunci pergerakan Dania seolah dia ingin membalas dendam atas apa yang tadi di lakukan oleh istrinya itu. Alex tidak terima atas tindakan kekerasan Dania yang tanpa aba-aba itu.Dania yang kaget dengan serangan tiba-tiba Alex pun kini kembali panik. Dia tidak tahu apa lagi yang akan dia lakukan untuk menghindari Alex kali ini.Tatapan dua orang itu bertemu. Tatapan Alex yang tajam dan mendominasi, membuat Dania sedikit gemetaran. Dia seperti kambing yang kini sedang menghadapi singa lapar yang siap memangsanya.Ting tong ting tong.“Eh, ada tamu,” ucap Dania mengambil kesempatan untuk kabur lewat bawah lengan Alex yang menempel di dinding.“Dania! Dania!” panggil Alex geram.“Ada tamu,” ucap Dania tanpa menoleh dan berjalan cepat ke arah pintu kamar.“Brengsek!
Ceklek.Suara pintu kamar mandi di buka. Mata Alex langsung bergerak ke arah sumber suara secara otomatis.“Mana dia?” gumam Alex pelan.Entah mengapa kondisi jantung Alex saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jantungnya berdegup sangat kencang, sampai dadanya terasa sedikit nyeri.Padahal selama ini dia hampir tidak pernah mengalami keadaan seperti ini. Bahkan saat dia harus menghadapi klien sangat penting dan berharga mahal pun, Alex tidak pernah segugup ini.Perlahan namun pasti, kaki yang tidak terlalu jenjang itu mulai tertangkap di lensa mata Alex. Warna putih yang bagaikan hamparan pasir putih pantai yang terhampar luas diterpa sinar matahari, membuat kulit sehat itu tampak semakin bersinar di mata Alex.Dengan bodohnya pria tampan yang selalu garang itu malah mengukir senyum tipis di bibirnya. Kebodohannya malah di tambah lagi dengan bergeraknya kepalanya, karena ingin melihat Dania secara keseluruhan dengan senyum bodoh yang masih mengembang itu.“Apa liat-liat!” benta