Dania menggeliat saat dia mulai bangun dari tidurnya. Dia sedikit melemaskan otot-ototnya agar dia bisa segera sadar untuk memulai hari ini.Dania mulai membuka matanya secara perlahan dan mengerjapkannya beberapa kali. Dia seolah ingin mengenali di mana saat ini dirinya berada.“Eh ya ampun, aku masih di kamarnya Alex ya,” ucap Dania yang menyadari kalau penataan kamar yang dia tempati saat ini bukanlah kamarnya.Dania melihat selimut masih menutupi tubuhnya dan pakaian yang dia pakai untuk pergi ke pesta Bianca semalam juga masih melekat di tubuhnya. Dania segera berbalik untuk memastikan di mana Alex saat ini berada.Pria yang saat ini sudah berstatus menjadi suaminya Itu tampak tertidur pulas di sampingnya. Alex tidak bergerak sama sekali, meskipun saat ini Dania sudah duduk di atas tempat tidur.“Aku pergi aja deh. Nanti dia bangun dan liat aku di sini, pasti dia bakalan ngamuk,” ucap Dania yang segera turun dari tempat tidur.Dania melangkahkan kakinya secara perlahan, meninggal
“Dania, semalam kamu tidur di mana?” tanya Alex sambil menatap tajam ke arah Dania.“Semalam? Aku ... em, aku ... aku tidur di kamarku lah,” jawab Dania berusaha untuk biasa saja agar Alex tidak curiga kepadanya.“Tidur di kamarmu? Kau yakin kalau kamu tidur di kamarmu sendiri.” Alex mencecar Dania.“Iyalah, aku tidur di kamarku sendiri. Emangnya kenapa?” tanya Dania ingin tahu kenapa Alex bertanya seperti itu pagi ini.“Aku kayak ngeliat kamu tidur di kamarku. Bahkan aku masih bisa nyium aroma parfum kamu di tempat tidurku. Apa kamu yakin kalau semalam kamu nggak tidur di kamarku?”Dania shock mendengar pernyataan dari Alex. Pernyataan itu seakan Alex menyadari tentang keberadaannya tadi malam di kamar pria itu.Tapi Dania tetap berusaha untuk biasa saja agar Alex tidak semakin curiga. Mungkin hidupnya akan berakhir kalau sampai dia ketahuan tidur di kamar suami kontraknya itu.“Ish! Jangan bilang kalau kamu mimpiin aku semalam,” ucap Dania sambil sedikit menyipitkan matanya.“A
Dania bangun dari tidurnya. Akhir pekannya terasa sangat membosankan hari ini.Setelah semalam dia mengalami malam yang buruk bersama Alex di pesta Bianca, kini harus ditambah lagi menghadapi kemarahan Alex yang sangat tidak masuk akal. Dia yang mengajak Dania tidur di kamarnya, tapi dia juga yang marah karena ada bau parfum Dania di kamarnya. Sungguh hari yang menyebalkan bagi Dania.Wanita cantik itu memutuskan keluar dari kamarnya. Dia ingin melihat keadaan di luar kamarnya setelah dia istirahat siang tadi.Sayangnya rumahnya sedang terlihat sangat sepi. Bahkan para asisten rumah tangga yang biasanya berlalu lalang di ruang tengah, kini tidak ada. Bahkan dapur pun sepi sekali, seolah rumahnya sedang ditinggalkan semua orang penghuninya.“Sepi amat sih. Pada ke mana mereka semua,” gumam Dania sambil melihat ke sekitar rumahnya.Dania berjalan menuju ke pintu teras belakang. Dia ingin melihat apakah ada orang di sana, ternyata tidak ada seorang pun di sana. Rumah ini benar-benar sepi
“Itu bukan urusan kamu! Dan selamanya kamu tidak perlu ikut campur dengan urusan rumah tanggaku dengan Dania!”Alex sangat tidak suka mendengar pertanyaan Bianca yang mempertanyakan tentang kehidupan ranjangnya bersama Dania. Bianca memang tahu kalau Alex sudah menikah, tapi wanita itu tidak tahu tentang drama pernikahan Alex yang sebenarnya.Alex sendiri pun tidak berminat sama sekali untuk memberitahu Bianca apa yang terjadi pada dirinya dan Dania. Dia harus merahasiakan pernikahan ini sampai akhir pada siapapun.Bianca hanya tersenyum mendengar ucapan tegas Alex yang seolah sedang melindungi privasinya. Tapi ucapan Alex tadi semakin memperyakin Bianca kalau pernikahan Alex dan Dania bukanlah pernikahan yang biasa saja.Sebelum kembali ke Indonesia, Bianca sudah mendapatkan kabar dari Bastian kalau mantan kekasihnya itu sudah menikah dengan wanita yang baru muncul ke permukaan selama 3 bulan. Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan besar pada hati Bianca dan Bastian karena mereka sang
“Apa yang kamu bawa?!” tanya Haris pada pelayan yang terlihat mencurigakan itu.“Emm ... ini ....”“Itu cuma ....”“Bawa sini!” perintah Haris memotong ucapan Bi Arti.Pelayan yang membawa tempat sampah dan keluar dari kamar Dania menjadi sangat takut dengan perintah Haris. Dia melihat ke arah Bi Arti untuk mencari tahu apa yang harus dia lalukan. Sayangnya Bi Arti juga menunduk, tanda tidak memiliki jawaban apa punya yang harus dia berikan pada rekan kerjanya itu.Haris melihat pelayan itu berjalan ke arahnya dengan sangat pelan dan penuh keraguan. Dia semakin curiga dengan isi tempat sampah yang baru saja dia bawa dari dalam kamar tamu.“Apa itu isinya?” tanya Haris dengan nada tegas.“Ini ... ini isinya kapas dan tisu, Pak,” jawab pelayan itu pelan.“Siapa yang tinggal di kamar itu?” tanya Haris yang langsung curiga dengan penghuni di kamar tamu yang dia tidak pernah ketahui.“Itu ... itu kamarnya ....”“Bima! Periksa kamar itu!” titah Haris yang mulai emosi.“Baik, Pak.”
Haris menjadi lebih geram saat dia mengetahui kalau ternyata para asisten Alex dan Dania juga sudah mengetahui soal sandiwara pernikahan Dania dan Alex. Rasanya jantungnya sudah mau lepas saat ini karena merasa tertipu dan kecewa dengan kenyataan pahit yang dia terima.Padahal selama ini Dania dan Alex terlihat sebagai pasangan yang baik-baik saja di depannya. Mereka berdua sangat pandai memainkan sandiwara yang membuat semua orang yang melihatnya akan percaya kalau mereka adalah pasangan serasi.“Kapan mereka dateng? Lama banget!” Haris sudah tidak sabar menunggu kedatangan Ivan dan Maya.“Mungkin sebentar lagi, Pak. Mereka sudah akan datang dan sepertinya sedang dalam perjalanan,” lapor Bima.“Suruh lebih cepat! Sebelum Alex dan Dania pulang!”“Baik, Pak. Akan saya hubungi lagi.”Bima segera menghubungi Maya dan Ivan lagi agar mempercepat kedatangan mereka ke kediaman Alex. Haris sudah tidak sabar mendengarkan keterangan dari mereka berdua.Haris meraih gelas berisi jahe hangat b
Di saat ketegangan terjadi di rumah Alex dan Dania, pasangan itu kini sedang menuju ke sebuah restoran untuk menikmati makan malam bersama. Dania sudah menyuruh sopirnya pulang, karena dia nanti akan pulang bersama dengan Alex.Pasangan pengantin baru itu sedang menuju ie sebuah restoran sushi, tempat yang di inginkan Dania untuk menu makan malamnya. Sebagai pria yang bertanggung jawab, Alex pun mengabulkan permintaan istrinya itu, meski sebenarnya dia sedang tidak ingin makan sushi.“Kita pesen yang apa ya? Kamu mau apa, Lex?” tanya Dania.“Kamu yang pesen aja. Aku gak punya pilihan.”Dania melihat ke arah Alex, “Kamu lagi gak pengen makan sushi?”“Enggak. Mau kok, tapi aku lagi gak terlalu antusias. Jadi kamu aja yang pilih.” Alex menjelaskan alasannya.“Apa kita pindah restoran aja?”“Gak usah. Pesen aja. Aku bakalan makan juga kok.”“Beneran?” Dania merasa tidak enak.“Iya gak papa. Udah buruan pesen.”Setelah mendapat persetujuan dari Alex, Dania pun akhirnya segera memesa
“Apa-apaan ini maksudnya, Lex?” tanya Dania saat dia sedang mengikuti langkah kaki Alex menuju ke mobilnya.“Gak tau. Aku juga gak ngerti,” jawab Alex sambil menekan tombol kunci otomatis mobilnya.“Masuk,” lanjut Alex menyuruh Dania segera masuk ke dalam mobil.Dania segera masuk ke dalam mobil Alex. Dia juga segera memasang sabuk pengamannya karena tampaknya Alex akan segera melajukan mobilnya menuju ke rumah mereka.Alex langsung menekan pedal gas mobilnya untuk menjalankan mobilnya ke arah rumah mereka. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuan mereka, karena tiba-tiba saja para asisten pribadi mengabarkan jadwal mereka akan pergi berbulan madu.Tentu saja berita ini membuat mereka kaget, karena mereka berdua sebagai tokoh utama saja masih belum membahas apa pun tentang bulan madu. Mereka masih belum memiliki rencana apa pun soal itu dan masih malas memikirkannya.Namun tiba-tiba saja, jadwal berlibur sudah dibuat. Meskipun bukan liburan ke luar negeri, tapi tetap
Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
Agenda siang hari ini yang akan di lakukan oleh pasangan yang sedang berbulan madu itu adalah pergi berjalan-jalan sebelum mereka akan pergi ke undangan salah satu klien Haris.Dania memilih mengajak Alex untuk berjalan-jalan sambil makan siang. Dia berharap akan bertemu barang-barang lucu yang bisa dia beli nanti untuk dia bawa ke Jakarta.Sebenarnya Alex malas mengikuti keinginan Dania, tapi karena dia merasa sedikit bersalah karena sudah menikmati tubuh Dania tanpa sepengetahuan si pemilik tubuh, akhirnya Alex pun dengan sangat terpaksa mengikuti keinginan dari istrinya itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf meskipun hal itu dilakukan oleh Alex tanpa disadari oleh Dania.Dania pun senang karena sang suami seharian ini bersikap baik kepadanya pria yang biasanya lebih sering memarahi dia itu tampak lebih diam dan mengikuti saja keinginannya.“Kamu beneran nggak papa ikut aku jalan-jalan?” tanya Dania sekedar ingin memastikan.“Hem.” Alex hanya menjawab lewat deheman saja.“Seri
Ada bekas darah di seprei itu. Sepertinya Bu Dania masih perawan,” jawab pelayan itu sambil sedikit tersenyum dan menyenggol lengan temannya.Ivan tersenyum dan mengangguk, “Bagus! Tapi selama kalian di sana tadi, Pak Alex gak curiga kan?”“Gak Pak, aman semuanya. Tapi kenapa kayak ada yang aneh ya, Pak.” Pelayan itu sedikit mengadu tentang kejanggalan yang mereka rasakan.“Aneh? Apanya yang aneh?” Ivan penasaran.“Itu loh Pak, tadi di kamar itu kan ada Pak Alex sama Bu Dania. Tapi yang keliatan beda itu Pak Alex, Pak.“Beda gimana maksudnya?”“Pak Alex keliatan agak gelisah dan cenderung menyuruh kami cepet pergi. Padahal Bu Dania biasa aja. Bu Dania kayak gak paham dengan apa yang terjadi, Pak. Tapi sepertinya Pak Alex tahu apa yang terjadi,” jelas pelayan itu.“Maksud kamu Pak Alex sadar dengan kejadian semalam?”“Sepertinya begitu, Pak. Apa mungkin semalam Pak Alex gak ikut makan ya, Pak? Soalnya semalam yang keliatan mau makan cuma Bu Dania pas saya masih di sana.”“Oh g
“Lex, kamu ngapain?” tanya Dania yang tiba-tiba sangat mengagetkan Alex.“Eh ... emm aku ....”“Aku mau cari pulpen aku,” jawab Alex asal.“Pulpen? Emang ada pulpen di kasur?” tanya Dania penuh dengan rasa curiga.“Ada. Tapi sekarang gak tau ke mana.”Dania mendekati Alex. Dia melihat ke arah Alex dengan tatapan cukup serius.“Kamu gak lagi boong kan, Lex? Kamu keliatan gugup,” tanya Dania yang melihat mata Sean terus bergerak, sangat berbeda dari biasanya.“Boong apaan sih! Gak ada aku boong. Lagian pulpennya juga gak ada.”“Ya jelas aja kamu gak akan nemuin pulpennya. Orang kamu salah tempat nyarinya kok.”Alex menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu apa?” tanya Alex sedikit waspada, takut kalau Dania menyadari kebohongannya.“Kamu semalam tidurnya di sebelah sana. Ngapain juga kamu cari di sebelah sini, ya gak akan ketemu lah. Kecuali ....” Dania menggantung ucapannya.“Kecuali apa?”“Kecuali semalam kamu tidur mepet ke aku.” Tatapan Dania makin menelisik kejujuran di mata Al
“Aakh.”Dania menggeliat, sedikit mengendurkan tubuhnya dari tidur malamnya yang panjang. Dia menarik tubuhnya ke atas dan ke bawah, agar dia bisa meluruskan semua tulangnya yang terasa bengkok setelah tidur.Dania mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. Dia menarik selimut tebal yang menutup tubuhnya, agar bisa semakin melindungi tubuhnya dari dinginnya pendingin ruangan.“Capek banget ya badanku. Mana laper lagi. Mau pesen makan ah,” gumam Dania yang merasa tubuhnya sangat lelah di tambah lapar.Dania bangun dari tidurnya. Dia terlonjak kaget, saat dia melihat ada Alex duduk sambil melipat kakinya di sofa yang ada di depannya. Tangan pria tampan itu memegang iPad, yang menjadi sasaran tatapan tajamnya.“Alex, kok kamu ....” Dania batal melanjutkan ucapannya.“Oh iya ya. Kita di Bandung.”“Eh bentar dulu. Lex, tadi malam kamu tidur di mana?” tanya Dania sambil sedikit memiringkan wajahnya.“Di kasur lah,” jawab Alex tanpa memindahkan arah pandangannya.
“Cuma apa, hah?!” ucap Alex penuh penekanan sambil berdiri sambil menatap tajam ke arah Dania.Brak!Tiba-tiba Alex menggebrak dinding di belakang tempat Dania berdiri. Tentu saja suara itu membuat Dania berjingkat. Alex mengunci pergerakan Dania seolah dia ingin membalas dendam atas apa yang tadi di lakukan oleh istrinya itu. Alex tidak terima atas tindakan kekerasan Dania yang tanpa aba-aba itu.Dania yang kaget dengan serangan tiba-tiba Alex pun kini kembali panik. Dia tidak tahu apa lagi yang akan dia lakukan untuk menghindari Alex kali ini.Tatapan dua orang itu bertemu. Tatapan Alex yang tajam dan mendominasi, membuat Dania sedikit gemetaran. Dia seperti kambing yang kini sedang menghadapi singa lapar yang siap memangsanya.Ting tong ting tong.“Eh, ada tamu,” ucap Dania mengambil kesempatan untuk kabur lewat bawah lengan Alex yang menempel di dinding.“Dania! Dania!” panggil Alex geram.“Ada tamu,” ucap Dania tanpa menoleh dan berjalan cepat ke arah pintu kamar.“Brengsek!
Ceklek.Suara pintu kamar mandi di buka. Mata Alex langsung bergerak ke arah sumber suara secara otomatis.“Mana dia?” gumam Alex pelan.Entah mengapa kondisi jantung Alex saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jantungnya berdegup sangat kencang, sampai dadanya terasa sedikit nyeri.Padahal selama ini dia hampir tidak pernah mengalami keadaan seperti ini. Bahkan saat dia harus menghadapi klien sangat penting dan berharga mahal pun, Alex tidak pernah segugup ini.Perlahan namun pasti, kaki yang tidak terlalu jenjang itu mulai tertangkap di lensa mata Alex. Warna putih yang bagaikan hamparan pasir putih pantai yang terhampar luas diterpa sinar matahari, membuat kulit sehat itu tampak semakin bersinar di mata Alex.Dengan bodohnya pria tampan yang selalu garang itu malah mengukir senyum tipis di bibirnya. Kebodohannya malah di tambah lagi dengan bergeraknya kepalanya, karena ingin melihat Dania secara keseluruhan dengan senyum bodoh yang masih mengembang itu.“Apa liat-liat!” benta