“Selamat pagi, Bu,” sapa Maya yang datang menyapa atasannya.Dania menoleh, “Eh, May. Kamu udah dateng. Mana berkasnya?” tanya Dania yang melihat asistennya datang tanpa membawa apa-apa.“Maaf Bu, saya gak bawa berkas. Tadi berkasnya diminta oleh Pak Haris semua. Tampaknya beliau akan menggantikan jadwal Ibu hari ini.”“Opa di sana? Kirain bakalan ke kantor Alex. Trus, kalo Opa di sana, kenapa kamu di sini?” tanya Dania sedikit kaget dengan kedatangan Maya di jam kerja tanpa membawa pekerjaan di tangannya.“Saya di suruh Pak Haris nemenin Ibu. Katanya hari ini Ibu mau belanja. Saya diperintahkan untuk menemani, Bu.”“Oh gitu. Ya udah, tunggu bentar lagi. Biar orang dapur catet barang yang mau kita beli.”“Baik, Bu. Saya akan cek ke dapur dulu.”Dania mengembuskan napasnya secara kasar. Dia benar-benar tidak diizinkan bekerja oleh Haris sampai esok hari. Kini Dania hanya bisa pasrah dan mencoba menikmati sisa hari liburnya.Setelah menunggu sedikit lama, akhirnya Maya mendatangi
Dania terdiam sejenak setelah dia mendengar nama yang disebutkan oleh Bastian. Pikirannya tiba-tiba kosong beberapa detik, sebelum akhirnya dia menoleh ke arah pria yang tiba-tiba dia temui di butik itu.“Bianca?” ucap Dania mengulang nama yang disebut oleh Bastian.“Iya, Bianca. Kamu udah kenal belum sama Bianca?” tanya Bastian balik.Dania menggelengkan kepalanya, “Emang harus ya aku kenal sama Bianca.”“Ya nggak juga sih sebenarnya. Cuma kan Bianca itu salah satu orang yang pernah berarti dalam hidup suami kamu. Siapa tahu aja Alex udah pernah cerita sama kamu tentang sosok Bianca. Ya maksud aku, mungkin Alex cerita biar kamu nggak cemburu sama masa lalunya.”“Enggak sih. Lagian kalau emang Bianca itu masa lalunya Alex, ya udah ... biarin aja jadi masa lalu. Diceritain atau enggak, aku tetap nggak akan bisa merubah apa pun tentang kisah mereka. Jadi ngapain harus cemburu.”Bastian menganggukkan kepalanya, “Iya juga sih. Kalau gitu boleh dong aku minta tolong kamu buat milihin
“Alex,” sapa seorang wanita yang datang menemui Alex.Alex mengangkat pandangannya karena dia tidak mengenal suara yang menyapanya, “Kamu?!”Mata Alex membulat lebar saat dia melihat ada sosok yang dia kenal dan tidak dia sangka muncul di hadapannya. Dia terdiam sambil mengetatkan rahangnya menahan emosinya yang tiba-tiba naik saat wanita ini muncul secara tiba-tiba di hadapannya.Berbeda dengan Alex yang mengetatkan semua otot wajahnya, wanita yang berdiri di depan Alex itu malah berdiri dengan santai sambil melempar senyum ramah. Wanita cantik itu seolah sedang memamerkan pesonanya pada pria yang sudah lama tidak dia temui yang kini ada di hadapannya.“Ngapain kamu ke sini?” tanya Alex yang hampir terlihat seperti tidak menggerakkan rahangnya sama sekali.“Kok kamu nanyanya gitu sih? Emangnya kamu masih marah ya sama aku?” tanya Bianca balik.“Aku gak mau kamu di sini, Bianca. Aku gak mau ketemu sama kamu lagi. Pergi kamu!” usir Alex.Bianca memonyongkan bibirnya. Dia memasang wa
Deg!Bagai di siram air yang sangat dingin, langkah kaki Dania pun terhenti. Senyum yang sejak tadi menghiasi bibirnya juga menghilang secara tiba-tiba setelah dia mendengar ucapan seorang wanita yang sangat jelas di telinganya.“Siapa dia? Apa mungkin dia Bianca?” ucap Dania bertanya pada dirinya sendiri.Tubuh Dania bergetar, saat dia mendengar ada seorang wanita di balik dinding tempat dia berdiri itu sedang menyatakan perasaannya pada sang suami. Meskipun dia bukanlah istri yang sesungguhnya istri bagi Alex, tapi tetap saja rasanya menyakitkan jika suaminya digoda oleh perempuan lain, apa lagi itu adalah mantannya.Dania tidak mendengar ada suara Alex menjawab apa yang dikatakan oleh Bianca. Entah apa yang sedang dilakukan oleh pria itu sekarang di balik tembok dengan seorang wanita. Dania masih belum memiliki keberanian untuk muncul.Tapi semakin lama dia tidak tahan mendengar Bianca terus membuka kenangan antara Alex dan dirinya. Dania takut, kalau nanti Alex akan goyah dan ikut
“Maksud kamu apa terima undangan dia?” tanya Alex menuntut jawaban dari Dania.“Emang kenapa? Emangnya kamu gak mau dateng?” tanya Dania balik sambil duduk di sofa tamu dan meletakkan kotak makannya.“Gak minat! Aku gak suka sama acara begituan.”“Gak minat ama acaranya ato gak minat ama orangnya?” Dania menoleh ke arah Alex, “Kamu gak takut kalo perasaan kamu bakalan muncul lagi kan?” lanjut Dania mencoba memperjelas maksud penolakan Alex.“Dania!”Pembicaraan mereka terhenti saat tiba-tiba seorang OB datang mengantarkan peralatan makan pesanan Alex. Dania langsung menerima piring itu, untuk menata makanan yang tadi dia sudah beli.Alex ikut bergabung dengan Dania. Entah mengapa dia merasa lapar melihat menu ayam goreng kalasan yang dibawa oleh Dania. Dia ingin makan siang dulu, agar saat rapat nanti dia tidak terbawa emosi karena lapar.“Makan dulu. Mau pake sayur gak?” tanya Dania sambil menyuguhkan piring makan milik suaminya.“Biarin aja di situ. Aku gak suka kalo di campur,
“Emang kenapa kamu ngotot banget mau dateng ke acara itu? Kamu mau tau apa?” tanya Alex balik yang curiga pada niatan Dania yang sedari tadi memaksa dia datang ke undangan Bianca.“Hmm ... aku cuma ... cuma mau itu kok. Mau –.”“Mau apa?”Dania melihat ke arah Alex.tampaknya pria itu sedang menanti jawabannya Karena tampaknya Alex juga penasaran pada Dania yang dari tadi bersikeras untuk datang ke pesta Bianca.Ya Aku cuma pengen ngeliat aja kamu beneran masih punya perasaan nggak sama dia. Soalnya kata Bastian kamu masih belum bisa move on dari dia sampai sekarang Jawab Dania menjelaskan alasannya.Jangan bilang kamu lagi cemburu sama Bianca selidik AlexApa, cemburu? Males banget. Kayak orang kurang kerjaan aja aku cemburu sama dia. Kamu mau balikan lagi sama dia juga aku nggak peduli enak aja bilang orang cemburu sama dia bantah DaniaTerus kalau nggak cemburu apa dong Gunanya buat kamu. Lagian kan aku udah bilang berkali-kali kalau dari dulu aku sama Bianca itu nggak ada hubu
“Lex, kok gini?” tanya Dania sambil melihat ke area dalam.“Gak usah kaget. Ya ini lah, Bianca. Ayo masuk!”Alex menggandeng tangan Dania dan mengajaknya masuk ke dalam area pesta. Dia sebenarnya sudah lama sekali tidak menikmati pesta seperti ini, tapi karena Dania penasaran dan bersikeras ingin datang, Alex pun menurutinya.Dania sedikit kaget dengan pesta yang dia datangi ini. Dia tidak menyangka kalau pesta ini akan dipenuhi dengan musik berdentum kencang, alkohol serta wanita-wanita berpakaian seksi.Tadinya Dania hanya berpikir kalau pesta itu hanyalah pesta kebun biasa, karena memang diadakan di dalam sebuah taman privat yang di sewa oleh Bianca di sebuah tempat. Tapi ternyata, pesta itu sudah mirip dengan sebuah pub di mana seorang DJ memandu acaranya.Dania menjadi ragu dengan kedatangannya. Seharusnya dia bertanya dulu pada Alex tentang pesta yang akan mereka datangi. Tapi ini juga salah Alex, kenapa tidak memberi tahu Dania tentang model pesta yang diadakan oleh Bianca. Se
“Kenapa, Dan? Kamu gak minum?” tanya Bianca yang melihat Dania seperti sedang bingung.“Oh enggak kok, aku gak papa. Tapi aku gak biasa minum yang kayak gini,” jawab Dania berusaha menolak.“Kamu biasa minim yang lebih keras ya? Udah kayak Alex aja dong,” sahut salah satu teman pria Bianca.“Enggak ... enggak kok. Bukan gitu maksud aku.”“Jangan bilang kamu gak pernah minum alkohol?” tanya Bianca penuh rasa curiga.“Aku ....”“Dania minum kok. Tapi dia toleransinya rendah. Jadi, di ngebatasin banget. Iya kan, Dan?” Dania menoleh ke arah orang yang membantunya menjawab. Dia kaget saat tiba-tiba melihat ada Bastian di sana dan berdiri di sampingnya.Bastian tersenyum lalu memilihkan minuman untuk Dania. Dia menyerahkan minuman itu pada wanita yang sedang dia incar saat ini.“Minum ini aja, lebih ringan,” ucap Bastian sambil tersenyum pada Dania.“Oh iya, makasih,” jawab Dania sambil menerima minuman pemberian Bastian.Bastian menoleh ke sekitar Dania. Dia tidak melihat ada sosok
Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
Agenda siang hari ini yang akan di lakukan oleh pasangan yang sedang berbulan madu itu adalah pergi berjalan-jalan sebelum mereka akan pergi ke undangan salah satu klien Haris.Dania memilih mengajak Alex untuk berjalan-jalan sambil makan siang. Dia berharap akan bertemu barang-barang lucu yang bisa dia beli nanti untuk dia bawa ke Jakarta.Sebenarnya Alex malas mengikuti keinginan Dania, tapi karena dia merasa sedikit bersalah karena sudah menikmati tubuh Dania tanpa sepengetahuan si pemilik tubuh, akhirnya Alex pun dengan sangat terpaksa mengikuti keinginan dari istrinya itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf meskipun hal itu dilakukan oleh Alex tanpa disadari oleh Dania.Dania pun senang karena sang suami seharian ini bersikap baik kepadanya pria yang biasanya lebih sering memarahi dia itu tampak lebih diam dan mengikuti saja keinginannya.“Kamu beneran nggak papa ikut aku jalan-jalan?” tanya Dania sekedar ingin memastikan.“Hem.” Alex hanya menjawab lewat deheman saja.“Seri
Ada bekas darah di seprei itu. Sepertinya Bu Dania masih perawan,” jawab pelayan itu sambil sedikit tersenyum dan menyenggol lengan temannya.Ivan tersenyum dan mengangguk, “Bagus! Tapi selama kalian di sana tadi, Pak Alex gak curiga kan?”“Gak Pak, aman semuanya. Tapi kenapa kayak ada yang aneh ya, Pak.” Pelayan itu sedikit mengadu tentang kejanggalan yang mereka rasakan.“Aneh? Apanya yang aneh?” Ivan penasaran.“Itu loh Pak, tadi di kamar itu kan ada Pak Alex sama Bu Dania. Tapi yang keliatan beda itu Pak Alex, Pak.“Beda gimana maksudnya?”“Pak Alex keliatan agak gelisah dan cenderung menyuruh kami cepet pergi. Padahal Bu Dania biasa aja. Bu Dania kayak gak paham dengan apa yang terjadi, Pak. Tapi sepertinya Pak Alex tahu apa yang terjadi,” jelas pelayan itu.“Maksud kamu Pak Alex sadar dengan kejadian semalam?”“Sepertinya begitu, Pak. Apa mungkin semalam Pak Alex gak ikut makan ya, Pak? Soalnya semalam yang keliatan mau makan cuma Bu Dania pas saya masih di sana.”“Oh g
“Lex, kamu ngapain?” tanya Dania yang tiba-tiba sangat mengagetkan Alex.“Eh ... emm aku ....”“Aku mau cari pulpen aku,” jawab Alex asal.“Pulpen? Emang ada pulpen di kasur?” tanya Dania penuh dengan rasa curiga.“Ada. Tapi sekarang gak tau ke mana.”Dania mendekati Alex. Dia melihat ke arah Alex dengan tatapan cukup serius.“Kamu gak lagi boong kan, Lex? Kamu keliatan gugup,” tanya Dania yang melihat mata Sean terus bergerak, sangat berbeda dari biasanya.“Boong apaan sih! Gak ada aku boong. Lagian pulpennya juga gak ada.”“Ya jelas aja kamu gak akan nemuin pulpennya. Orang kamu salah tempat nyarinya kok.”Alex menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu apa?” tanya Alex sedikit waspada, takut kalau Dania menyadari kebohongannya.“Kamu semalam tidurnya di sebelah sana. Ngapain juga kamu cari di sebelah sini, ya gak akan ketemu lah. Kecuali ....” Dania menggantung ucapannya.“Kecuali apa?”“Kecuali semalam kamu tidur mepet ke aku.” Tatapan Dania makin menelisik kejujuran di mata Al
“Aakh.”Dania menggeliat, sedikit mengendurkan tubuhnya dari tidur malamnya yang panjang. Dia menarik tubuhnya ke atas dan ke bawah, agar dia bisa meluruskan semua tulangnya yang terasa bengkok setelah tidur.Dania mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. Dia menarik selimut tebal yang menutup tubuhnya, agar bisa semakin melindungi tubuhnya dari dinginnya pendingin ruangan.“Capek banget ya badanku. Mana laper lagi. Mau pesen makan ah,” gumam Dania yang merasa tubuhnya sangat lelah di tambah lapar.Dania bangun dari tidurnya. Dia terlonjak kaget, saat dia melihat ada Alex duduk sambil melipat kakinya di sofa yang ada di depannya. Tangan pria tampan itu memegang iPad, yang menjadi sasaran tatapan tajamnya.“Alex, kok kamu ....” Dania batal melanjutkan ucapannya.“Oh iya ya. Kita di Bandung.”“Eh bentar dulu. Lex, tadi malam kamu tidur di mana?” tanya Dania sambil sedikit memiringkan wajahnya.“Di kasur lah,” jawab Alex tanpa memindahkan arah pandangannya.
“Cuma apa, hah?!” ucap Alex penuh penekanan sambil berdiri sambil menatap tajam ke arah Dania.Brak!Tiba-tiba Alex menggebrak dinding di belakang tempat Dania berdiri. Tentu saja suara itu membuat Dania berjingkat. Alex mengunci pergerakan Dania seolah dia ingin membalas dendam atas apa yang tadi di lakukan oleh istrinya itu. Alex tidak terima atas tindakan kekerasan Dania yang tanpa aba-aba itu.Dania yang kaget dengan serangan tiba-tiba Alex pun kini kembali panik. Dia tidak tahu apa lagi yang akan dia lakukan untuk menghindari Alex kali ini.Tatapan dua orang itu bertemu. Tatapan Alex yang tajam dan mendominasi, membuat Dania sedikit gemetaran. Dia seperti kambing yang kini sedang menghadapi singa lapar yang siap memangsanya.Ting tong ting tong.“Eh, ada tamu,” ucap Dania mengambil kesempatan untuk kabur lewat bawah lengan Alex yang menempel di dinding.“Dania! Dania!” panggil Alex geram.“Ada tamu,” ucap Dania tanpa menoleh dan berjalan cepat ke arah pintu kamar.“Brengsek!
Ceklek.Suara pintu kamar mandi di buka. Mata Alex langsung bergerak ke arah sumber suara secara otomatis.“Mana dia?” gumam Alex pelan.Entah mengapa kondisi jantung Alex saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jantungnya berdegup sangat kencang, sampai dadanya terasa sedikit nyeri.Padahal selama ini dia hampir tidak pernah mengalami keadaan seperti ini. Bahkan saat dia harus menghadapi klien sangat penting dan berharga mahal pun, Alex tidak pernah segugup ini.Perlahan namun pasti, kaki yang tidak terlalu jenjang itu mulai tertangkap di lensa mata Alex. Warna putih yang bagaikan hamparan pasir putih pantai yang terhampar luas diterpa sinar matahari, membuat kulit sehat itu tampak semakin bersinar di mata Alex.Dengan bodohnya pria tampan yang selalu garang itu malah mengukir senyum tipis di bibirnya. Kebodohannya malah di tambah lagi dengan bergeraknya kepalanya, karena ingin melihat Dania secara keseluruhan dengan senyum bodoh yang masih mengembang itu.“Apa liat-liat!” benta