Deg!Bagai di siram air yang sangat dingin, langkah kaki Dania pun terhenti. Senyum yang sejak tadi menghiasi bibirnya juga menghilang secara tiba-tiba setelah dia mendengar ucapan seorang wanita yang sangat jelas di telinganya.“Siapa dia? Apa mungkin dia Bianca?” ucap Dania bertanya pada dirinya sendiri.Tubuh Dania bergetar, saat dia mendengar ada seorang wanita di balik dinding tempat dia berdiri itu sedang menyatakan perasaannya pada sang suami. Meskipun dia bukanlah istri yang sesungguhnya istri bagi Alex, tapi tetap saja rasanya menyakitkan jika suaminya digoda oleh perempuan lain, apa lagi itu adalah mantannya.Dania tidak mendengar ada suara Alex menjawab apa yang dikatakan oleh Bianca. Entah apa yang sedang dilakukan oleh pria itu sekarang di balik tembok dengan seorang wanita. Dania masih belum memiliki keberanian untuk muncul.Tapi semakin lama dia tidak tahan mendengar Bianca terus membuka kenangan antara Alex dan dirinya. Dania takut, kalau nanti Alex akan goyah dan ikut
“Maksud kamu apa terima undangan dia?” tanya Alex menuntut jawaban dari Dania.“Emang kenapa? Emangnya kamu gak mau dateng?” tanya Dania balik sambil duduk di sofa tamu dan meletakkan kotak makannya.“Gak minat! Aku gak suka sama acara begituan.”“Gak minat ama acaranya ato gak minat ama orangnya?” Dania menoleh ke arah Alex, “Kamu gak takut kalo perasaan kamu bakalan muncul lagi kan?” lanjut Dania mencoba memperjelas maksud penolakan Alex.“Dania!”Pembicaraan mereka terhenti saat tiba-tiba seorang OB datang mengantarkan peralatan makan pesanan Alex. Dania langsung menerima piring itu, untuk menata makanan yang tadi dia sudah beli.Alex ikut bergabung dengan Dania. Entah mengapa dia merasa lapar melihat menu ayam goreng kalasan yang dibawa oleh Dania. Dia ingin makan siang dulu, agar saat rapat nanti dia tidak terbawa emosi karena lapar.“Makan dulu. Mau pake sayur gak?” tanya Dania sambil menyuguhkan piring makan milik suaminya.“Biarin aja di situ. Aku gak suka kalo di campur,
“Emang kenapa kamu ngotot banget mau dateng ke acara itu? Kamu mau tau apa?” tanya Alex balik yang curiga pada niatan Dania yang sedari tadi memaksa dia datang ke undangan Bianca.“Hmm ... aku cuma ... cuma mau itu kok. Mau –.”“Mau apa?”Dania melihat ke arah Alex.tampaknya pria itu sedang menanti jawabannya Karena tampaknya Alex juga penasaran pada Dania yang dari tadi bersikeras untuk datang ke pesta Bianca.Ya Aku cuma pengen ngeliat aja kamu beneran masih punya perasaan nggak sama dia. Soalnya kata Bastian kamu masih belum bisa move on dari dia sampai sekarang Jawab Dania menjelaskan alasannya.Jangan bilang kamu lagi cemburu sama Bianca selidik AlexApa, cemburu? Males banget. Kayak orang kurang kerjaan aja aku cemburu sama dia. Kamu mau balikan lagi sama dia juga aku nggak peduli enak aja bilang orang cemburu sama dia bantah DaniaTerus kalau nggak cemburu apa dong Gunanya buat kamu. Lagian kan aku udah bilang berkali-kali kalau dari dulu aku sama Bianca itu nggak ada hubu
“Lex, kok gini?” tanya Dania sambil melihat ke area dalam.“Gak usah kaget. Ya ini lah, Bianca. Ayo masuk!”Alex menggandeng tangan Dania dan mengajaknya masuk ke dalam area pesta. Dia sebenarnya sudah lama sekali tidak menikmati pesta seperti ini, tapi karena Dania penasaran dan bersikeras ingin datang, Alex pun menurutinya.Dania sedikit kaget dengan pesta yang dia datangi ini. Dia tidak menyangka kalau pesta ini akan dipenuhi dengan musik berdentum kencang, alkohol serta wanita-wanita berpakaian seksi.Tadinya Dania hanya berpikir kalau pesta itu hanyalah pesta kebun biasa, karena memang diadakan di dalam sebuah taman privat yang di sewa oleh Bianca di sebuah tempat. Tapi ternyata, pesta itu sudah mirip dengan sebuah pub di mana seorang DJ memandu acaranya.Dania menjadi ragu dengan kedatangannya. Seharusnya dia bertanya dulu pada Alex tentang pesta yang akan mereka datangi. Tapi ini juga salah Alex, kenapa tidak memberi tahu Dania tentang model pesta yang diadakan oleh Bianca. Se
“Kenapa, Dan? Kamu gak minum?” tanya Bianca yang melihat Dania seperti sedang bingung.“Oh enggak kok, aku gak papa. Tapi aku gak biasa minum yang kayak gini,” jawab Dania berusaha menolak.“Kamu biasa minim yang lebih keras ya? Udah kayak Alex aja dong,” sahut salah satu teman pria Bianca.“Enggak ... enggak kok. Bukan gitu maksud aku.”“Jangan bilang kamu gak pernah minum alkohol?” tanya Bianca penuh rasa curiga.“Aku ....”“Dania minum kok. Tapi dia toleransinya rendah. Jadi, di ngebatasin banget. Iya kan, Dan?” Dania menoleh ke arah orang yang membantunya menjawab. Dia kaget saat tiba-tiba melihat ada Bastian di sana dan berdiri di sampingnya.Bastian tersenyum lalu memilihkan minuman untuk Dania. Dia menyerahkan minuman itu pada wanita yang sedang dia incar saat ini.“Minum ini aja, lebih ringan,” ucap Bastian sambil tersenyum pada Dania.“Oh iya, makasih,” jawab Dania sambil menerima minuman pemberian Bastian.Bastian menoleh ke sekitar Dania. Dia tidak melihat ada sosok
“Lex, udah dong. Kamu udah banyak minum,” ucap Dania mencegah Alex minum lagi.“Aku gak gampang mabok Dania! Ini baru permulaan buat aku,” ucap Alex sambil menuang lagi minuman ke dalam gelasnya yang sudah kosong.“Iya bener itu, Dan. Alex ini kuat banget minum. Dia bisa kok ngabisin 3 botol sendirian. Alex ini kuat, tenang aja kamu,” ucap Bastian yang kini sudah mulai oleng karena mabuk.“Gak perlu sampe sebanyak itu. Udah yuk, kita pulang.” Dania menjauhkan gelas milik Alex yang masih ada minumannya.“Kalo kamu gak suka liat Alex mabok, ya kamu ikutan mabok dong. Lagian kalian kan suami istri, udah biasa kalo mabok bareng.” Bianca datang membawa gelas di tangannya.“Ini minuman khusus dari aku. Yang ini, biar istri kamu aja yang minum,” ucap Bianca sambil menaruh gelas minuman yang baru di depan Alex lalu memberikan gelas minuman Alex pada Dania.“Jangan ganggu dia!” Alex mengambil lagi minuman dari depan Dania. Dia tidak ingin Dania meminum minuman yang pasti tidak pernah di
“Aarrg!”Dania berteriak kencang saat dia sedang berbincang dengan Ivan. Tentu saja Ivan yang sedang menyetir pun menjadi kaget dan mengerem mobilnya secara mendadak.“Ada apa, Bu?” tanya Ivan sambil menoleh ke belakang memastikan keadaan dua atasannya itu.“Dasar mesum! Minggir!” pekik Dania sambil menyingkirkan tubuh Alex yang tiba-tiba memeluknya.Bukan hanya memeluk secara tiba-tiba, satu tangan Alex tepat jatuh di salah satu gundukan dada Dania. Tentu saja Dania kaget karena selama ini belum pernah ada yang memegangnya, termasuk Restu.Dania yang kaget sekaligus malu, langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Dia juga mengomeli dan sesekali memukul badan Alex yang sudah kembali mendekat ke pintu di sisi lain.Ivan tersenyum melihat kelakuan Dania yang sempat membuatnya sangat kaget itu. Dia benar-benar tidak menyangka dengan reaksi spontan Dania yang sangat membuatnya kaget itu.“Ibu, Ibu gak papa?” tanya Ivan sambil menahan tawa.“Gak papa. Ayo jalan,” jawab Dani
Deg!Jantung Dania seakan mau melompat dari tempatnya saat dia tiba-tiba jatuh di pelukan Alex. Meski posisi tidak enak, karena harus membungkuk karena dia masih duduk di samping Alex, tapi entah mengapa tubuh Dania seolah tidak bisa di gerakkan. Tubuh Dania seperti lengket di dada Alex yang saat ini tengah mendekapnya. Entah apa yang saat ini sedang dirasakan Alex, karena setahu Dania, hingga sedetik yang lalu, pria tampan itu masih tidak sadar dan terbaring tidur.Embusan napas hangat Alex juga mulai terasa menerpa pori-pori wajah Dania. Pria itu masih bernapas dengan tenang, bahkan detak jantungnya pun terasa tenang dan tidak meloncat seperti jantung Dania.Bibi yang tadi ada di sana masih berdiri terdiam dan membuka mulutnya karena kaget. Dia pun segera menyadarkan dirinya dari kekagetan yang tidak dia sangka itu.Bibi langsung meletakkan baju tidur Alex di atas tempat tidur dan langsung pergi keluar tanpa berpamitan lagi. Dia meninggalkan pasangan pengantin baru itu sendiri, kar