“Aku tau buktinya!” ucap Dania tiba-tiba dengan sangat percaya diri.“Bukti? Mana buktinya?” tanya Alex yang tetap bersikeras kalau dia tidak melakukan apa yang dituduhkan Dania.“Diem kamu. Diem jangan bergerak!” perintah Dania sambil menatap lurus ke dada Alex.Alex mengikuti arah pandang Dania, “Apa? Kamu liat apa?”“Heh! Jangan—“ “Aku dapet!” teriak Dania senang memotong ucapan Alex.Dania menatap tajam ke arah Alex, “Ini buktinya. Kamu mau nyangkal apa sekarang, hah!” Dania mengulurkan tangannya yang memegang bukti kalau semalam Alex tidur memeluknya.Alex melihat ke arah sehelai rambut panjang di tangan Dania. Sepertinya rambut itu memang milik Dania, karena hanya dia manusia berambut panjang di kamar ini.Tapi Alex tidak habis pikir, kenapa rambut itu bisa menyangkut di kancing piyamanya. Padahal dia benar-benar tidak merasa tidur memeluk Dania semalaman. Apa lagi, dia sudah membuat batasan dengan guling di tengah kasur dan saat terbangun tadi pun dia masih berada di tem
Dania dan Alex langsung saling berpandangan. Mereka sangat kaget dengan pernyataan Haris yang tak terduga dan sangat tiba-tiba.Tapi bagi sebagian orang memang hal itu adalah hal yang sangat wajar, tapi bagi Dania dan Alex, hal itu tetaplah sesuatu yang tidak mungkin dan sangat tidak masuk akal.“Kok kalian kaget gitu sih? Emang salah ya kalo Opa pengen cicit?” tanya Haris yang melihat reaksi yang terlalu berlebihan dari pasangan pengantin baru itu.“Gak salah kok, Opa. Gak salah banget. Iya kan, Lex?” jawab Dania sambil terkekeh berusaha mencairkan suasana kembali.“Iya, gak aneh kok. Cuma ... gimana ya. Kan kami baru semalam nikah, masa udah langsung di tuntut anak. Ya jadi kayak ngerasa agak terbebani aja sih.”Alex menoleh ke arah Dania, “Kami masih mau menikmati pacaran dulu. Iya kan, Dan?” lanjut Alex yang juga mencoba kembali untuk biasa saja.“Iya bener. Pengen lebih saling mengenal. Kata orang sih, pacaran halal gitu, Opa.”Haris tergelak senang, “Iya iya, Opa ngerti. Op
“Kita? Apa maksud kamu dengan kita?” tanya Alex mengulangi pertanyaan Dania.“Upz, salah ya. Kamar aku. Mana kamar aku?” tanya Dania memperbaiki kesalahan pertanyaannya.Alex melihat ke arah Dania sambil menyipitkan matanya, “Kamu gak berharap kamu bakalan tidur di kamar aku kan?”Dania bergidik, “Idih! Najong! Malesin banget. Ogah!” bantah Dania yang menolak tuduhan Alex.“Trus, kalo gak pengen tidur di kamar aku, kenapa tadi nanya gitu. Kan itu tanda –““Salah omong itu! Maya, di mana kamarku! Bikin emosi aja lama-lama sama orang ini,” potong Dania dengan ketus.“Di sebelah sana, Bu. Mari saya antar.”“Ayo. Mood ku udah rusak gara-gara dia!” Dania segera berdiri dan meninggalkan Alex begitu saja.“Heh, Dania! Aku belum selesai!”“Bodo amat! Aku mau tidur!”Dania tidak ingin memedulikan kekesalan Alex. Dia segera melangkah, mengikuti Maya, yang akan mengantarkannya ke kamar yang akan dia tempati selama menjadi istri Alex. Meskipun Dania tidak tahu, sampai kapan sandiwara in
Ini adalah hari pertama Dania tinggal di rumah barunya. Nyonya rumah sekaligus istri dari pengusaha terkenal yang sedang naik daun, Alex Wijaya.Masih banyak berita yang berseliweran di media sosial ataupun di media massa, yang mengabarkan tentang pernikahan dua petinggi Media Grup itu. Kiriman hadiah dari para kolega yang berhalangan hadir juga masih datang menyambangi rumah pengantin baru itu.Dania melihat asisten rumah tangganya membongkar kiriman buah dan makanan dari para kolega. Dia duduk terdiam di sofa, karena hari ini dia masih cuti. Padahal kaki dan tangannya sudah gatal ingin bekerja kembali.“Datang lagi?” tanya Alex yang sudah siap dengan setelan kerjanya.“He em,” jawab Dania tanpa melihat ke arah Alex.“Udah di poto dan kirim makasih ke orangnya?”“He em.”“Heh! Ditanya tuh jawab yang bener dong!” pekik Alex yang kesal karena Dania sedang mengabaikannya.Dania menoleh ke arah Alex, “Kamu ini kenapa sih. Pagi-pagi dah ngomel. Kurang kerjaan banget jadi orang.”“Ka
Dania dan Alex langsung memasang muka tegang saat mereka mendengar rencana Haris untuk menginap di rumah baru mereka. Tentu saja itu akan berarti buruk untuk mereka berdua.Bukannya tidak suka dengan kedatangan Haris yang juga anggota keluarga mereka satu-satunya, tapi kalau Haris menginap, maka mau tidak mau, Dania dan Alex harus rela berbagi kamar kembali.“Kalian kenapa? Kok kayaknya kaget gitu,” tanya Haris yang tidak menyangka akan mendapatkan respons mengejutkan seperti itu.“Emm, enggak kok Opa. Tapi iya sih ... kaget tapi dikit,” jawab Alex sambil tersenyum canggung.“Emang kenapa? Kalian gak suka Opa nginep di sini? Opa gak boleh main ke sini?” Haris sedikit kecewa.“Eh, gak gitu, Opa. Kami suka kok Opa di sini. Suka banget bahkan. Masa iya kami gak suka Opa di sini.” Dania merasa tidak enak pada Haris meski dia juga bingung apa yang harus dia lakukan kalau nanti Haris benar akan menginap.“Bener apa yang dibilang Dania, Opa. Kami sama sekali gak keganggu bahkan seneng ba
Bruk.Dania terjatuh dari kursi pijakan yang dia naiki. Untungnya, gerakan tangan Alex sigap membantu istrinya itu hingga badan Dania tidak sampai mendarat di lantai.Dania masih berpegangan pada Alex. Lengan pemuda itu sebagian menopang punggung Dania, sedangkan satu kaki Dania masih tergantung di atas kursi.Tatapan dua insan berlainan jenis itu saling beradu. Tidak ada yang ingin pergi dari pandangan itu, bahkan berkedip sekalipun.Aroma napas segar Alex mulai menerpa wajah Dania. Napas segar bagai embusan angin surga yang membuat Dania terlena dan tersenyum sendiri menikmati wajah tampan nan rupawan itu.Gedebuk!“Aduuh! Sakit!” keluh Dania yang kini badannya benar-benar terjatuh ke lantai.Dania memegangi pinggangnya yang menghantam lantai. Meski tidak terlalu keras, tapi tetap saja sakit. Belum lagi kursi yang tadi masih dia injak dengan satu kaki itu, ikut terjatuh dan menimpa kakinya.“Lex, sakit tau! Kok di jatohin sih. Bukannya di tolong, malah di jatohin,” gerutu kesal Dani
Dada Dania terasa sangat sakit saat dia merasakan dentuman keras dari dalam dadanya. Dentuman yang mungkin suaranya bisa di dengan oleh orang yang ada di depannya saat ini.Selain dadanya yang berdentum kencang, ditambah lagi dengan wajahnya yang terasa memanas. Entah mengapa, otot sudut bibirnya seolah ingin tertarik ke atas, tanpa dia perintahkan. Sinyal otaknya sepertinya sudah rusak, sampai berjalan sendiri tanpa dia perintahkan.‘Eh, kenapa aku ini?’ gumam batih Dania sambil menundukkan wajahnya, takut diketahui orang.“Tuh, kalo gini kan seneng liatnya. Kalian emang pasangan yang romantis sebenernya,” ucap Haris yang merasa senang kedua cucunya itu tampak akur dan bahagia.“Opa itu demen banget bikin kami malu. Kan belum kebiasa, Opa. Jadi masih agak canggung,” jawab Alex yang mencoba biasa saja.“Gak papa. Dulu Opa juga gitu kok. Tapi kako gak dibiasakan, ya kapan kalian bisa jadi makin deket. Ya udah, sekarang kita berangkat. Nanti kamu keburu telat rapat.”“Dan, Opa beran
“Selamat pagi, Bu,” sapa Maya yang datang menyapa atasannya.Dania menoleh, “Eh, May. Kamu udah dateng. Mana berkasnya?” tanya Dania yang melihat asistennya datang tanpa membawa apa-apa.“Maaf Bu, saya gak bawa berkas. Tadi berkasnya diminta oleh Pak Haris semua. Tampaknya beliau akan menggantikan jadwal Ibu hari ini.”“Opa di sana? Kirain bakalan ke kantor Alex. Trus, kalo Opa di sana, kenapa kamu di sini?” tanya Dania sedikit kaget dengan kedatangan Maya di jam kerja tanpa membawa pekerjaan di tangannya.“Saya di suruh Pak Haris nemenin Ibu. Katanya hari ini Ibu mau belanja. Saya diperintahkan untuk menemani, Bu.”“Oh gitu. Ya udah, tunggu bentar lagi. Biar orang dapur catet barang yang mau kita beli.”“Baik, Bu. Saya akan cek ke dapur dulu.”Dania mengembuskan napasnya secara kasar. Dia benar-benar tidak diizinkan bekerja oleh Haris sampai esok hari. Kini Dania hanya bisa pasrah dan mencoba menikmati sisa hari liburnya.Setelah menunggu sedikit lama, akhirnya Maya mendatangi
Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
Agenda siang hari ini yang akan di lakukan oleh pasangan yang sedang berbulan madu itu adalah pergi berjalan-jalan sebelum mereka akan pergi ke undangan salah satu klien Haris.Dania memilih mengajak Alex untuk berjalan-jalan sambil makan siang. Dia berharap akan bertemu barang-barang lucu yang bisa dia beli nanti untuk dia bawa ke Jakarta.Sebenarnya Alex malas mengikuti keinginan Dania, tapi karena dia merasa sedikit bersalah karena sudah menikmati tubuh Dania tanpa sepengetahuan si pemilik tubuh, akhirnya Alex pun dengan sangat terpaksa mengikuti keinginan dari istrinya itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf meskipun hal itu dilakukan oleh Alex tanpa disadari oleh Dania.Dania pun senang karena sang suami seharian ini bersikap baik kepadanya pria yang biasanya lebih sering memarahi dia itu tampak lebih diam dan mengikuti saja keinginannya.“Kamu beneran nggak papa ikut aku jalan-jalan?” tanya Dania sekedar ingin memastikan.“Hem.” Alex hanya menjawab lewat deheman saja.“Seri
Ada bekas darah di seprei itu. Sepertinya Bu Dania masih perawan,” jawab pelayan itu sambil sedikit tersenyum dan menyenggol lengan temannya.Ivan tersenyum dan mengangguk, “Bagus! Tapi selama kalian di sana tadi, Pak Alex gak curiga kan?”“Gak Pak, aman semuanya. Tapi kenapa kayak ada yang aneh ya, Pak.” Pelayan itu sedikit mengadu tentang kejanggalan yang mereka rasakan.“Aneh? Apanya yang aneh?” Ivan penasaran.“Itu loh Pak, tadi di kamar itu kan ada Pak Alex sama Bu Dania. Tapi yang keliatan beda itu Pak Alex, Pak.“Beda gimana maksudnya?”“Pak Alex keliatan agak gelisah dan cenderung menyuruh kami cepet pergi. Padahal Bu Dania biasa aja. Bu Dania kayak gak paham dengan apa yang terjadi, Pak. Tapi sepertinya Pak Alex tahu apa yang terjadi,” jelas pelayan itu.“Maksud kamu Pak Alex sadar dengan kejadian semalam?”“Sepertinya begitu, Pak. Apa mungkin semalam Pak Alex gak ikut makan ya, Pak? Soalnya semalam yang keliatan mau makan cuma Bu Dania pas saya masih di sana.”“Oh g
“Lex, kamu ngapain?” tanya Dania yang tiba-tiba sangat mengagetkan Alex.“Eh ... emm aku ....”“Aku mau cari pulpen aku,” jawab Alex asal.“Pulpen? Emang ada pulpen di kasur?” tanya Dania penuh dengan rasa curiga.“Ada. Tapi sekarang gak tau ke mana.”Dania mendekati Alex. Dia melihat ke arah Alex dengan tatapan cukup serius.“Kamu gak lagi boong kan, Lex? Kamu keliatan gugup,” tanya Dania yang melihat mata Sean terus bergerak, sangat berbeda dari biasanya.“Boong apaan sih! Gak ada aku boong. Lagian pulpennya juga gak ada.”“Ya jelas aja kamu gak akan nemuin pulpennya. Orang kamu salah tempat nyarinya kok.”Alex menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu apa?” tanya Alex sedikit waspada, takut kalau Dania menyadari kebohongannya.“Kamu semalam tidurnya di sebelah sana. Ngapain juga kamu cari di sebelah sini, ya gak akan ketemu lah. Kecuali ....” Dania menggantung ucapannya.“Kecuali apa?”“Kecuali semalam kamu tidur mepet ke aku.” Tatapan Dania makin menelisik kejujuran di mata Al
“Aakh.”Dania menggeliat, sedikit mengendurkan tubuhnya dari tidur malamnya yang panjang. Dia menarik tubuhnya ke atas dan ke bawah, agar dia bisa meluruskan semua tulangnya yang terasa bengkok setelah tidur.Dania mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. Dia menarik selimut tebal yang menutup tubuhnya, agar bisa semakin melindungi tubuhnya dari dinginnya pendingin ruangan.“Capek banget ya badanku. Mana laper lagi. Mau pesen makan ah,” gumam Dania yang merasa tubuhnya sangat lelah di tambah lapar.Dania bangun dari tidurnya. Dia terlonjak kaget, saat dia melihat ada Alex duduk sambil melipat kakinya di sofa yang ada di depannya. Tangan pria tampan itu memegang iPad, yang menjadi sasaran tatapan tajamnya.“Alex, kok kamu ....” Dania batal melanjutkan ucapannya.“Oh iya ya. Kita di Bandung.”“Eh bentar dulu. Lex, tadi malam kamu tidur di mana?” tanya Dania sambil sedikit memiringkan wajahnya.“Di kasur lah,” jawab Alex tanpa memindahkan arah pandangannya.
“Cuma apa, hah?!” ucap Alex penuh penekanan sambil berdiri sambil menatap tajam ke arah Dania.Brak!Tiba-tiba Alex menggebrak dinding di belakang tempat Dania berdiri. Tentu saja suara itu membuat Dania berjingkat. Alex mengunci pergerakan Dania seolah dia ingin membalas dendam atas apa yang tadi di lakukan oleh istrinya itu. Alex tidak terima atas tindakan kekerasan Dania yang tanpa aba-aba itu.Dania yang kaget dengan serangan tiba-tiba Alex pun kini kembali panik. Dia tidak tahu apa lagi yang akan dia lakukan untuk menghindari Alex kali ini.Tatapan dua orang itu bertemu. Tatapan Alex yang tajam dan mendominasi, membuat Dania sedikit gemetaran. Dia seperti kambing yang kini sedang menghadapi singa lapar yang siap memangsanya.Ting tong ting tong.“Eh, ada tamu,” ucap Dania mengambil kesempatan untuk kabur lewat bawah lengan Alex yang menempel di dinding.“Dania! Dania!” panggil Alex geram.“Ada tamu,” ucap Dania tanpa menoleh dan berjalan cepat ke arah pintu kamar.“Brengsek!
Ceklek.Suara pintu kamar mandi di buka. Mata Alex langsung bergerak ke arah sumber suara secara otomatis.“Mana dia?” gumam Alex pelan.Entah mengapa kondisi jantung Alex saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jantungnya berdegup sangat kencang, sampai dadanya terasa sedikit nyeri.Padahal selama ini dia hampir tidak pernah mengalami keadaan seperti ini. Bahkan saat dia harus menghadapi klien sangat penting dan berharga mahal pun, Alex tidak pernah segugup ini.Perlahan namun pasti, kaki yang tidak terlalu jenjang itu mulai tertangkap di lensa mata Alex. Warna putih yang bagaikan hamparan pasir putih pantai yang terhampar luas diterpa sinar matahari, membuat kulit sehat itu tampak semakin bersinar di mata Alex.Dengan bodohnya pria tampan yang selalu garang itu malah mengukir senyum tipis di bibirnya. Kebodohannya malah di tambah lagi dengan bergeraknya kepalanya, karena ingin melihat Dania secara keseluruhan dengan senyum bodoh yang masih mengembang itu.“Apa liat-liat!” benta