Share

Bab 69

Author: Lee Sizunii
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Di markas Salvatore yang tersembunyi di pinggiran kota, suasana terasa tegang meskipun di luar malam tampak tenang. Antonio berdiri dengan gelisah di depan meja di ruangan Salvatore, memandang Salvatore yang duduk santai dengan tatapan yang sulit ditebak. Beberapa anak buah Salvatore lainnya berada di ruangan itu, tetapi tak ada yang berani membuka mulut.

Salvatore dengan tenang memandang Antonio, sambil menyesap anggurnya. Dia kemudian meletakkan gelas itu dengan perlahan dan berbicara, suaranya lembut namun penuh kewibawaan. "Antonio, bagaimana dengan tugas yang aku berikan padamu? Apakah ada perkembangan?"

Antonio yang sejak awal merasa was-was, akhirnya mengambil napas dalam dan mulai berbicara. "Tuan, aku harus mengakui bahwa aku belum melaporkan sesuatu yang penting. Ada pengkhianatan di antara kita, dan aku mencoba menyelesaikan masalah ini tanpa mengganggu Anda. Namun, orang-orang yang berkhianat masih dalam pelarian, dan kami belum berhasil menemukan mereka."

Wajah Antonio ta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 70

    Pagi yang cerah itu, Salvatore tiba di kediaman keluarga Morreti dengan mobil hitam mewahnya. Pelayan di kediaman itu langsung melapor ke Elena dan memerintahkan pelayan untuk membawa Salvatore ke tuang makan.Begitu memasuki ruang makan, seperti biasa, ia disambut hangat oleh kedua orang tua Valeria. Lorenzo dan istrinya, sekarang seakan sudah menganggapnya bagian dari keluarga.Entah kenapa, Lorenzo dan juga Elena begitu menyukai Salvatore. Mereka berharap, Salvatore bisa mencairkan hati putri tunggalnya. Lagipula, baru pertama kali ini ada pria yang berani datang ke rumah mereka untuk Valeria, meskipun alasan Salvatore adalah hanya untuk menjemput wanita itu. Mereka berbincang dengan akrab, sementara Valeria yang baru saja datang, duduk di meja makan, diam namun mengamati semuanya dengan cermat."Salvatore, kau benar-benar harus datang lagi untuk makan malam bersama keluarga besar nanti," kata Elena dengan tawa ringan. "Kami selalu menghargai tamu yang penuh perhatian seperti dirim

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 71

    "Tuan, Solara Crop mulai menyelidiki tentang bangunan roboh beberapa waktu yang lalu."Kening Julian mengkerut. "Tetap saja mereka mendengar kabar itu, cepat selesaikan.""Baik, Tuan." Dia langsung pergi dari ruangan Julian.Baru saja Julian hendak duduk di kursinya. Tiba-tiba satu karyawannya yang lain masuk ke dalam ruangannya."Tuan, maaf. Aku harus melaporkan hal penting.""Huhft, apa?""Ada yang diam-diam mengambil data pribadi kita," ucapa pria itu sambil menyodorkan tablet ke arah Julian.Mata Julian meneliti semua laporan yang ada di dalam tablet itu. Tatapannya menjadi tajam, hawa di ruangan seketika langsung berubah."Pergi untuk cari tahu lebih lanjut," ujar Julian, memberikan lagi tablet itu."Baik, tuan." Segera dia pergi dari sana.Julian semakin tertekan setelah menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam mengambil data rahasia proyek mereka. Dengan kegelisahan yang membara, dia duduk di kursinya, mencoba menghubungkan setiap titik dan memikirkan siapa yang mungkin tel

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 72

    Sore harinya, Valeria pulang dari kantor dengan diantar anak buah Salvatore. Pria itu masih ada rapat penting yang harus dihadiri. Valeria bisa memakluminya, mengingat akhir-akhir ini kedekatannya dengan Salvatore semakin intens, dia pasti juga membagi waktu antara jadwal padatnya dengan Valeria.Saat Valeria masuk ke dalam rumah besar bak istana itu, Valeria memelankan kakinya saat melihat beberapa orang duduk di sofa ruang tamu. Elena, duduk di sana menyambut tamu. George Lin, bersama istrinya, Sarah Lin tengah duduk dan bercanda tawa di sana.Mata tajam seseorang membuat Valeria merasa diperhatikan. Rupanya, Alessio sudah memperhatikannya sejak Valeria masuk ke dalam rumah."Vale! Sini!" Elena melambaikan tangannya.Dengan helaan napas panjang, Valeria berjalan ke sana. Semua mata tertuju kepadanya."Paman dan bibi Lin mampir, sapa mereka."Valeria menunduk memberi hormat. "Salam, paman, bibi.""Jangan sungkan-sungkan Valeria, kita ini keluarga," kata Goerge, "tidak perlu seformal

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 73

    Salvatore tiba di depan rumah Moretti dengan mobil mewah yang dikendarai sopir pribadinya. Saat Valeria melangkah keluar dari pintu rumah, dia melihat Salvatore yang menunggunya di samping mobil. Namun, sebelum dia sempat menghampiri, Alessio dan keluarganya muncul dari pintu utama, hendak pergi."Terimakasih atas semuanya.""Sama-sama, jangan sungkan, kita kan keluarga. Eh! Salvatore!" Elena melambaikan tangan saat Salvatore berjalan ke sana.Pandangan Salvatore langsung terfokus pada Alessio. Wajahnya berubah dingin, sorot matanya tajam dan waspada, seolah mengenali adanya ancaman. Apa yang dia lakukan di sini? Pikir Salvatore.Alessio, di sisi lain, tampak tenang dan tersenyum santai, seperti tidak menyadari ketegangan yang terbangun di antara mereka."Kamu ke sini untuk menjemput Valeria?""Ya, Nyonya Morreti. Malam ini aku ingin meminjamnya," kata Salvatore.Elena tersenyum simpul. "Jangan berkata seperti itu, pergilah, Valeria juga sudah siap."Alessio memberi senyuman ringan ke

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 74

    Valeria berjalan cepat setelah pintu rumahnya terbuka. Dia berlari sambil memeluk buket bunga mawar. Buru-buru Valeria masuk ke dalam kamarnya.Saat sudah berada di dalam, Valeria langsung mengunci pintunya dan melemparkan diri ke atas ranjang. Dia menendang-nendangkan kakinya ke udara sambil tersenyum salah tingkah.Tak bisa di pungkiri jika hati Valeria benar-benar bahagia malam ini. Sifatnya sebagai perempuan benar-benar bisa diluluhkan oleh Salvatore."Dia benar-benar membuatku gila," gumam Valeria sambil menatap buket bunga itu.Malam itu Valeria tidur dengan sangat nyenyak. Keesokan harinya, dia sengaja bangun pagi. Namun, setelah di meja makan, dia mendapati Elena heboh sendiri."Mommy, ada apa?""Aa! My Honey!" Elena melonjak ke arah Valeria, memeluknya dengan suka cita. "Selamat, Honey! Mommy bahagia sekali."Valeria mengerutkan keningnya, bingung dengan tingah ibunya yang sedang kegirangan. Valeria menatap Lorenzo, tapi pria itu sibuk menyeruput kopinya dengan tenang."Maksu

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 75

    Siang itu, Julian sudah sibuk dengan pekerjaan di atas mejanya. Tak lama, ketukan pintu terdengar. Tanpa menunggu jawaban Julian, seseorang sudah masuk ke dalam."Tuan," ucapnya dengan panik."Ada apa?""Saya baru saja mendapatkan informasi jika Nyonya Valeria diam-diam menemui pimpinan Solara Crop .... Dia ..., dia punya bukti penggelapan dana RC Group."Julian bangit dari duduknya. "Apa?!"Kepalanya berdenyut mendapatkan berita mengejutkan itu. Langkah kaki Julian langsung keluar dari ruangannya. Dia berniat untuk menemui Valeria.Namun, belum sampai dia keluar kantor. Anderson, utusan Solara Corp dengan beberapa pengawal sudah berada di lobi.Jantung Julian semakin berdetak keras. Dia pikir tamat sudah kali ini. Mau tak mau, Julian tetap menyambut mereka dan membawanya ke ruang kerja.Julian duduk di kursi kulit mewahnya di kantor RC Group, menatap kosong ke tumpukan dokumen yang baru saja diserahkan oleh Anderson, utusan dari Solara Corp.Tubuhnya terasa beku, dan pikirannya berpu

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 76

    Valeria menatap keluar dari jendela mobil saat Salvatore menyetir dengan tenang di sampingnya. Rasanya sedikit aneh baginya, dikelilingi oleh perhatian yang begitu intens sejak hubungannya dengan Salvatore menjadi berita terhangat.Saat mereka keluar dari gedung Morreti Club, mata semua orang di kantor menatap mereka. Itu membuatnya sedikit canggung, tapi Salvatore tampak tidak terpengaruh, bahkan sebaliknya—ia tampak bangga.Di mobil, Salvatore memecah keheningan dengan suara lembut, "Aku harus ke mansion sore ini untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tak bisa ditunda. Apa kamu keberatan kalau ikut? Aku tidak akan lama."Valeria meliriknya, tersenyum kecil. "Tentu, tidak masalah."Setelah perjalanan singkat, mereka tiba di mansion pribadi Salvatore. Mansion itu luas, dengan taman yang terawat rapi di sekelilingnya dan interior yang mewah namun tetap terasa hangat.Tempat dimana Valeria pernah bermalam beberapa waktu yang lalu. Pipinya memanas saat mengingat malam itu."Anggap s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 77

    Setelah makan malam, Valeria pergi ke kamar, tepatnya kamar Salvatore. Pria itu sudah mempersiapkan semuanya dengan sempurna, deretan pakaian perempuan yang mewah dan elegan untuk Valeria kenakan. Valeria tersenyum melihat betapa teraturnya Salvatore dalam merencanakan segalanya, seperti dia tahu bahwa Valeria akan menerima tawarannya.Malam itu, setelah mereka beristirahat sejenak, Valeria mulai membahas sesuatu yang penting. Sejak mengambil alih Morreti Club, Valeria tahu bahwa dia perlu memahami bisnis lebih dalam untuk membuat keputusan yang lebih baik.Jadi dia ingin belajar lagi, dan Salvatore menawarkan diri untuk membantunya. Tentu saja Valeria menerimanya, mengingat pria itu adalah sosok yang cukup sukses dalam dunia bisnis.Salvatore mengajak Valeria ke ruang kerjanya, tempat di mana dia menyimpan berbagai koleksi buku-buku bisnis. "Aku punya beberapa buku basic yang mungkin akan membantu," kata Salvatore sambil mengambil beberapa buku dari rak. "Aku akan menjelaskan poin-po

Latest chapter

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 95

    Sore itu, Salvatore tiba di kantor Valeria dengan niat untuk menjemputnya setelah hari yang panjang. Namun, Amara memaksa ikut bersamanya. Meskipun Salvatore tidak menolaknya, dia merasa sedikit terganggu dengan kehadiran sepupunya, terutama karena Valeria belum sepenuhnya nyaman dengan Amara. Saat Salvatore dan Amara menunggu di depan gedung kantor, Alessio tiba-tiba muncul. Dia turun dari mobil, tampak santai namun penuh percaya diri, berjalan ke arah Valeria dengan senyum lebar di wajahnya. Alessio tidak pernah menyembunyikan rasa tertariknya pada Valeria, dan dia tidak ragu untuk menunjukkan perhatiannya di depan orang lain. Valeria yang baru saja keluar dari gedung kini memicingkan matanya melihat Alessio. Dia benar-benar muak dengan keadaan hari ini. Belum lagi dia harus siap mendengarkan omelan Elena saat sampai di rumah karena dia telah melanggar janji untuk pulang setelah makan siang. Melihat Alessio yang mendekati Valeria, Salvatore pun turun dari mobilnya. Dia juga mengha

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 94

    Valeria kembali ke kantor walaupun tangannya masih terluka dan melepuh akibat insiden penyiraman kopi panas. Meskipun dokter, Salvatore dan orang tuanya, terutama Mommy-nya, telah memintanya untuk beristirahat, Valeria keras kepala. Dia merasa sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaannya dan tidak mau membiarkan tanggung jawabnya terabaikan lebih lama."Apa yang kau pikirkan, Valeria? Kau seharusnya di rumah, beristirahat." Elena memarahi dengan nada khawatir melalui telepon. "Luka di tanganmu belum sembuh. Kau tidak perlu terburu-buru kembali ke kantor.""Aku baik-baik saja, Mom. Aku sudah terlalu lama absen. Ada banyak hal yang harus diselesaikan," jawab Valeria, mencoba menenangkan."Mommy gak mau tau, kamu pulang sekarang.""Gak bisa, Mom.""Mommy akan menyuruh seseorang untuk menyeret kamu pulang."Valeria mendesah pelan. Bagaimanapun juga, Elena akan benar-benar melakukan itu, jadi Valeria harus melakukan negosiasi dengannya."Sampai jam makan siang, oke? Setelah itu aku akan pu

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 93

    Keesokan harinya, Valeria berjalan menuju gedung kantor dengan langkah biasa. Dia terlihat sangat profesional dan elegan. Apapun yang terjadi, Valeria tetap mengutamakan pekerjaannya.Saat dia mendekati pintu masuk, tiba-tiba saja seorang pria tak dikenal dengan cepat mendekat dan tanpa peringatan menyiramkan kopi panas ke arahnya. Valeria terkejut, menjerit kesakitan, merasa panas di lengan dan bahunya."Akh!""Hai kau!" teriak seseorang saat melihat pria itu menyiram Valeria.Semua orang yang ada di sana langsung menoleh ke arah Valeria dan pria itu langsung berlari kabur dari sana. Para staf di sekitar gedung segera membantu dan membawa Valeria ke rumah sakit terdekat.Berita mengenai insiden tersebut dengan cepat sampai ke telinga Salvatore. Wajahnya memucat saat mendengar laporan itu, perasaannya campur aduk antara marah dan khawatir. Dia segera meninggalkan semua pekerjaannya dan bergegas menuju rumah sakit.Saat tiba, Salvatore menemui Valeria yang tengah dirawat. Luka bakar di

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 92

    Setelah makan malam, Valeria memutuskan untuk pulang. Meskipun Salvatore sudah beberapa kali membujuknya, wanita itu tetap saja kekeh. Padahal Salvatore masih ingin berlama-lama dengan Valeria.Mau tidak mau Salvatore pun mengantarkan Valeria pulang. Sayangnya, Amara terus saja mengikuti mereka. Valeria mulai jengah dengan sikap manja Amara yang seolah di buat-buat.Di dalam mobil, suasana terasa tegang dan canggung. Salvatore yang duduk di depan, sesekali melirik ke arah Valeria yang terlihat resah di sampingnya. Setiap kali Salvatore mencoba berbicara lebih dekat dengan Valeria, Amara yang duduk di jok belakang selalu saja menyela percakapan mereka dengan hal-hal yang sepele."Sepertinya aku akan mampir sebentar untuk menyapa Tuan Lorenzo. Aku merasa sudah lama tidak berbicara dengannya."Valeria tersenyum. "Aku rasa, Daddy sedang minum teh di jam seperti ini. Kau bisa-""Valeria, rumahmu jauh dari sini?" Amara bertanya dengan nada ceria, memotong ucapan Valeria, seakan tidak menyad

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 91

    Valeria memasak dengan cermat di dapur, namun pikirannya tidak bisa fokus sepenuhnya. Setiap kali mengaduk panci atau menyiapkan bahan, bayangan Amara terus mengganggu benaknya.Satu jam yang lalu, Salvatore tiba-tiba saja keluar dari ruang kerjanya dan pergi begitu saja. Dia kembali bersama gadis cantik yang anggun dan lemah lembut.Amara, dengan sikap manja dan terlalu dekat dengan Salvatore, seolah menancapkan duri di hati Valeria. Meskipun Salvatore sudah jelas mengatakan bahwa Amara hanyalah adik sepupu. Namun, cara Amara memperlakukan Salvatore terasa terlalu intim untuk sekadar hubungan keluarga.Valeria mencoba menenangkan dirinya, meyakinkan bahwa Salvatore tidak mungkin berkhianat. Mengingat mereka berdua sudah memutuskan untuk pacaran.Namun sikap hangat Salvatore kepada Amara di depan matanya membuat kecemburuan muncul tanpa bisa dia cegah. Setiap tawa Amara yang menggema di mansion, setiap sentuhan kecil pada lengan Salvatore, membuat Valeria semakin tidak nyaman."Apakah

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 90

    Salvatore duduk tenang sambil menggenggam tangan Valeria yang kini tertidur di bahunya. Sudah beberapa jam sejak mereka melakukan penerbangan dari Singapura. Valeria terlalu lelah sampai-sampai tak bisa membuka matanya sepanjang perjalanan.Senyum tipis terulas di bibir Salvatore sambil memandang keluar jendela mobil yang melaju ke kota Milan. Dia mengingat betapa manjanya Valeria semalam saat meminta dirinya melakukan hal itu.Namun, Salvatore justru tidak memberikan apa yang Valeria mau. Entah apa yang merasuki Salvatore, dia ingin melakukannya ketika mereka sudah menikah. Salvatore hanya menyalurkan hasrat mereka dengan cara lain."Tuan, apa kita langsung pergi ke kediaman Morreti?" tanya sang supir.Salvatore menatap ke depan, ke arah spion. "Ke mansion saja dulu.""Baik."Mata Salvatore langsung beralih ke Valeria yang terlihat bergumam dalam tidurnya. Tangan kekar itu dengan lembut mengusap kepala Valeria agar tidurnya semakin nyaman.Setelah sampai di mansion, Valeria terbangun

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 89

    Desahan Valeria terdengar menggema di ruangan itu. Tangan kiri Salvatore sengaja menahan kedua tangan Valeria di atas kepalanya.Tubuh Salvatore menghimpit Valeria ke tembok sampai perempuan itu tidak bisa lepas dari cengkeramannya. Ciuman Salvatore juga semakin liar saat mengisap dan menyecap lidah Valeria."Um! Salvatore!"Mata Valeria menatapnya dengan sayu. Tubuhnya mulai dikuasai kabut hasrat karena sentuhan Salvatore."Apa?"Suara Salvatore terdengar sangat seksi di telinga Valeria. Wajah tampan itu benar-benar memabukkan Valeria."Jangan menyiksaku seperti ini lagi," gumam Valeria.Tawa kecil terdengar dari bibir Salvatore. "Kau sudah tersiksa hanya karena seperti ini saja? Huh?!""Ah!"Salvatore dengan sengaja meremas kedua pantat Valeria yang masih terbungkus gaun indahnya. Untung saja Salvatore sudah membawa Valeria ke hotel. Jika tidak, maka mereka akan melakukan ini di restoran tadi."Salvatore!"Valeria terlihat protes tapi nyatanya hal itu justru terdengar sebagai rengek

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 88

    Malam ini, Salvatore mengajak Valeria ke sebuah restoran mewah di Singapura, yang terletak di puncak gedung pencakar langit dengan pemandangan indah kota yang dipenuhi lampu-lampu. Suasananya intim, dengan cahaya lilin di meja mereka yang menyala lembut, dan suasana romantis mengelilingi mereka. Valeria mengenakan gaun yang elegan, sementara Salvatore tampak tampan dengan jas hitamnya.Salvatore sambil tersenyum kepada Valeria, matanya penuh kasih sayang. Meski besok mereka harus kembali ke Milan, malam ini ia bertekad membuat Valeria merasa istimewa."Kenapa juga kau mengajak ku makan malam seperti ini? Katanya nanti malam ada rapat online," gumam Valeria saat melihat Salvatore sudah duduk di seberang meja."Sengaja, Dolcezza. Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu."Sambil menyantap hidangan lezat, mereka berbincang ringan. Sesekali, Salvatore menggenggam tangan Valeria yang terletak di meja, memberinya ciuman lembut di punggung tangan. Dia benar-benar memberikan perhatian penu

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 87

    "Hai, Baby. Kamu baik-baik saja?"Marvelion berjalan mendekatinya Sofia yang berjalan pincang di koridor kantor. Perempuan itu tampak mengernyit karena sakit."Kamu kenapa? Kesleo?"Sofia menatap tajam Marvelion. "Ini semua gara-gara Valeria. Minggir!"Marvelion yang baru saja hendak memegang tangan Sofia untuk membantunya, kini mematung di tempat sambil menatap kepergian Sofia. Baru kali ini Marvelion melihat sikap kasar Sofia. Padahal biasanya, perempuan itu selalu terlihat lemah lembut dan penuh kasih sayang.Sofia baru bisa kembali ke kantor sejak satu Minggu yang lalu karena Valeria mendorongnya. Selama itu dia benar-benar tidak bisa jalan. Dia benar-benar murka kepada Valeria sampai-sampai lupa menyembunyikan topengnya dari orang lain."Valeria sialan!" gumam Sofia saat membuka sepatu sneakers-nya di meja kerja."Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?""Bawakan semua berkas yang tertunda kemarin," kata Sofia sambil mengibaskan tangannya."Baik nyonya." Perempuan itu segera pergi dari

DMCA.com Protection Status