Share

Bab 72

Author: Lee Sizunii
last update Last Updated: 2024-09-18 23:16:24

Sore harinya, Valeria pulang dari kantor dengan diantar anak buah Salvatore. Pria itu masih ada rapat penting yang harus dihadiri. Valeria bisa memakluminya, mengingat akhir-akhir ini kedekatannya dengan Salvatore semakin intens, dia pasti juga membagi waktu antara jadwal padatnya dengan Valeria.

Saat Valeria masuk ke dalam rumah besar bak istana itu, Valeria memelankan kakinya saat melihat beberapa orang duduk di sofa ruang tamu. Elena, duduk di sana menyambut tamu. George Lin, bersama istrinya, Sarah Lin tengah duduk dan bercanda tawa di sana.

Mata tajam seseorang membuat Valeria merasa diperhatikan. Rupanya, Alessio sudah memperhatikannya sejak Valeria masuk ke dalam rumah.

"Vale! Sini!" Elena melambaikan tangannya.

Dengan helaan napas panjang, Valeria berjalan ke sana. Semua mata tertuju kepadanya.

"Paman dan bibi Lin mampir, sapa mereka."

Valeria menunduk memberi hormat. "Salam, paman, bibi."

"Jangan sungkan-sungkan Valeria, kita ini keluarga," kata Goerge, "tidak perlu seformal
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 73

    Salvatore tiba di depan rumah Moretti dengan mobil mewah yang dikendarai sopir pribadinya. Saat Valeria melangkah keluar dari pintu rumah, dia melihat Salvatore yang menunggunya di samping mobil. Namun, sebelum dia sempat menghampiri, Alessio dan keluarganya muncul dari pintu utama, hendak pergi."Terimakasih atas semuanya.""Sama-sama, jangan sungkan, kita kan keluarga. Eh! Salvatore!" Elena melambaikan tangan saat Salvatore berjalan ke sana.Pandangan Salvatore langsung terfokus pada Alessio. Wajahnya berubah dingin, sorot matanya tajam dan waspada, seolah mengenali adanya ancaman. Apa yang dia lakukan di sini? Pikir Salvatore.Alessio, di sisi lain, tampak tenang dan tersenyum santai, seperti tidak menyadari ketegangan yang terbangun di antara mereka."Kamu ke sini untuk menjemput Valeria?""Ya, Nyonya Morreti. Malam ini aku ingin meminjamnya," kata Salvatore.Elena tersenyum simpul. "Jangan berkata seperti itu, pergilah, Valeria juga sudah siap."Alessio memberi senyuman ringan ke

    Last Updated : 2024-09-19
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 74

    Valeria berjalan cepat setelah pintu rumahnya terbuka. Dia berlari sambil memeluk buket bunga mawar. Buru-buru Valeria masuk ke dalam kamarnya.Saat sudah berada di dalam, Valeria langsung mengunci pintunya dan melemparkan diri ke atas ranjang. Dia menendang-nendangkan kakinya ke udara sambil tersenyum salah tingkah.Tak bisa di pungkiri jika hati Valeria benar-benar bahagia malam ini. Sifatnya sebagai perempuan benar-benar bisa diluluhkan oleh Salvatore."Dia benar-benar membuatku gila," gumam Valeria sambil menatap buket bunga itu.Malam itu Valeria tidur dengan sangat nyenyak. Keesokan harinya, dia sengaja bangun pagi. Namun, setelah di meja makan, dia mendapati Elena heboh sendiri."Mommy, ada apa?""Aa! My Honey!" Elena melonjak ke arah Valeria, memeluknya dengan suka cita. "Selamat, Honey! Mommy bahagia sekali."Valeria mengerutkan keningnya, bingung dengan tingah ibunya yang sedang kegirangan. Valeria menatap Lorenzo, tapi pria itu sibuk menyeruput kopinya dengan tenang."Maksu

    Last Updated : 2024-09-19
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 75

    Siang itu, Julian sudah sibuk dengan pekerjaan di atas mejanya. Tak lama, ketukan pintu terdengar. Tanpa menunggu jawaban Julian, seseorang sudah masuk ke dalam."Tuan," ucapnya dengan panik."Ada apa?""Saya baru saja mendapatkan informasi jika Nyonya Valeria diam-diam menemui pimpinan Solara Crop .... Dia ..., dia punya bukti penggelapan dana RC Group."Julian bangit dari duduknya. "Apa?!"Kepalanya berdenyut mendapatkan berita mengejutkan itu. Langkah kaki Julian langsung keluar dari ruangannya. Dia berniat untuk menemui Valeria.Namun, belum sampai dia keluar kantor. Anderson, utusan Solara Corp dengan beberapa pengawal sudah berada di lobi.Jantung Julian semakin berdetak keras. Dia pikir tamat sudah kali ini. Mau tak mau, Julian tetap menyambut mereka dan membawanya ke ruang kerja.Julian duduk di kursi kulit mewahnya di kantor RC Group, menatap kosong ke tumpukan dokumen yang baru saja diserahkan oleh Anderson, utusan dari Solara Corp.Tubuhnya terasa beku, dan pikirannya berpu

    Last Updated : 2024-09-19
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 76

    Valeria menatap keluar dari jendela mobil saat Salvatore menyetir dengan tenang di sampingnya. Rasanya sedikit aneh baginya, dikelilingi oleh perhatian yang begitu intens sejak hubungannya dengan Salvatore menjadi berita terhangat.Saat mereka keluar dari gedung Morreti Club, mata semua orang di kantor menatap mereka. Itu membuatnya sedikit canggung, tapi Salvatore tampak tidak terpengaruh, bahkan sebaliknya—ia tampak bangga.Di mobil, Salvatore memecah keheningan dengan suara lembut, "Aku harus ke mansion sore ini untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tak bisa ditunda. Apa kamu keberatan kalau ikut? Aku tidak akan lama."Valeria meliriknya, tersenyum kecil. "Tentu, tidak masalah."Setelah perjalanan singkat, mereka tiba di mansion pribadi Salvatore. Mansion itu luas, dengan taman yang terawat rapi di sekelilingnya dan interior yang mewah namun tetap terasa hangat.Tempat dimana Valeria pernah bermalam beberapa waktu yang lalu. Pipinya memanas saat mengingat malam itu."Anggap s

    Last Updated : 2024-09-20
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 77

    Setelah makan malam, Valeria pergi ke kamar, tepatnya kamar Salvatore. Pria itu sudah mempersiapkan semuanya dengan sempurna, deretan pakaian perempuan yang mewah dan elegan untuk Valeria kenakan. Valeria tersenyum melihat betapa teraturnya Salvatore dalam merencanakan segalanya, seperti dia tahu bahwa Valeria akan menerima tawarannya.Malam itu, setelah mereka beristirahat sejenak, Valeria mulai membahas sesuatu yang penting. Sejak mengambil alih Morreti Club, Valeria tahu bahwa dia perlu memahami bisnis lebih dalam untuk membuat keputusan yang lebih baik.Jadi dia ingin belajar lagi, dan Salvatore menawarkan diri untuk membantunya. Tentu saja Valeria menerimanya, mengingat pria itu adalah sosok yang cukup sukses dalam dunia bisnis.Salvatore mengajak Valeria ke ruang kerjanya, tempat di mana dia menyimpan berbagai koleksi buku-buku bisnis. "Aku punya beberapa buku basic yang mungkin akan membantu," kata Salvatore sambil mengambil beberapa buku dari rak. "Aku akan menjelaskan poin-po

    Last Updated : 2024-09-20
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 78

    Giovani benar-benar marah. Di ruang kerjanya, dia menghajar Julian tanpa ampun. Pukulan demi pukulan menghantam tubuh Julian yang sudah terpojok di sudut ruangan."Kau tahu betapa besar kerugian ini?! Kau menghancurkan nama keluarga kita, Julian!" teriak Giovani dengan napas tersengal, wajahnya memerah karena amarah yang tak terbendung.Julian, yang sudah babak belur, hanya bisa menahan sakit tanpa bisa melawan. Dia tahu betul bahwa dirinya tak punya pembelaan.Penggelapan dana proyek Solara Crop bukan hanya menghancurkan reputasi keluarganya, tapi juga membahayakan seluruh imperium bisnis yang telah dibangun selama bertahun-tahun.Julian tak bisa menyangkal lagi karena semua bukti sangat lengkap. Dia tak menyangka Valeria akan bisa sampai sedetail ini. Dia semakin yakin bahwa data perusahaannya juga diam-diam di curi Valeria.Di luar ruangan, Isabella, istri Giovani, berdiri dengan wajah penuh kekhawatiran. Air matanya hampir jatuh, namun dia tak berani masuk.Isabella tahu betapa ke

    Last Updated : 2024-09-21
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 79

    Valeria membuka matanya. Dia masih berada di kamar mewah milik Slavatore.Tubuh ramping tanpa pakaian di balik selimut itu menggeliat. Semalam, dia benar-benar merasa tenggorokannya sakit karena Salvatore.Pria itu menyuruhnya menghisap meskipun dia kewalahan. Namun, Salvatore hanya meminta itu, dia belum mau melakukan hal lain dengan Valeria dengan alasan mereka belum menikah.Valeria mencibir saat mengingatnya. Padahal Salvatore meniduri banyak wanita, juga tidak menikah dengan mereka, lalu kenapa dengannya hanya bermain aman? Mereka hanya saling menyentuh tanpa melakukan penyatuan.Saat Valeria hendak ke kamar mandi, dia melihat secarik kertas di atas meja. Senyuman terulas membuat matanya menyipit.'Jika sudah bangun dan mandi, pergilah ke bawah. Aku menunggumu di meja makan.'Gegas saja Valeria masuk kedalam kamar mandi. Dia mengguyur tubuh indahnya yang memiliki bercak kemerahan karena Salvatore semalam.Satu jam setelahnya, Valeria melangkah turun menuju lantai bawah mansion de

    Last Updated : 2024-09-21
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 80

    Valeria merasakan perubahan suasana di dalam mobil saat Salvatore mengantarnya ke Morreti Club. Pria yang biasanya penuh perhatian dan lembut itu kini tampak dingin, dengan wajah yang tak pernah lepas dari kerutan di dahinya.Sepanjang perjalanan, Salvatore jarang bicara, hanya sesekali menghela napas. Valeria menatapnya dari samping, mencoba menebak apa yang menyebabkan perubahan mendadak ini.“Salvatore, ada apa?” Valeria akhirnya memberanikan diri bertanya, suaranya lembut namun penuh kekhawatiran.Salvatore hanya menggeleng tanpa menatapnya. "Tidak ada," jawabnya singkat, suaranya terdengar datar.Valeria tidak mendesak lebih jauh, meskipun rasa penasaran terus menghantui pikirannya. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Salvatore, dan Valeria merasa tidak nyaman karena tidak tahu apa itu.Ketika mereka tiba di depan kantor Morreti Club, Salvatore hanya membuka pintu mobil untuknya tanpa kata-kata, wajahnya tetap masam.“Salvatore....”Valeria mencoba memanggilnya lagi ketika keluar

    Last Updated : 2024-09-21

Latest chapter

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 195

    Matahari siang di Milan menyinari jendela kamar rumah sakit, menciptakan bayangan lembut di lantai keramik putih. Sofia duduk di tepi ranjangnya, jemarinya gemetar saat merapikan pakaian ke dalam koper kecil. Tubuhnya sudah membaik, dan sesuai keputusan pengadilan, hari ini dia harus kembali ke penjara.Isabella, ibunya, dengan sabar membantu melipat baju dan memasukkannya ke dalam koper. Namun, keheningan di antara mereka terasa berat.Tak ada lagi percakapan ringan atau tawa seperti dulu. Hanya suara gesekan kain dan resleting koper yang mengisi ruangan.Pintu kamar terbuka perlahan. Julian, muncul di ambang pintu dengan ekspresi datar. "Mom, dokter memanggilmu," katanya singkat.Isabella menoleh, sejenak ragu. "Julian, tolong bantu adikmu berkemas, ya? Mommy akan segera kembali."Tanpa menunggu jawaban, Isabella melangkah keluar, meninggalkan Julian dan Sofia berdua.Julian mengambil alih koper, tangannya dengan terampil memasukkan barang-barang Sofia tanpa suara. Gerakannya efisie

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 194

    Musim semi di Jepang selalu memancarkan pesona tersendiri. Bunga sakura yang bermekaran, angin sepoi-sepoi yang membawa harum bunga, dan sinar matahari yang hangat menyelimuti halaman rumah sakit.Valeria duduk di kursi roda, menikmati pemandangan itu dengan senyum tipis di wajahnya. Firgo mendorong kursi rodanya perlahan, memastikan Valeria merasa nyaman."Indah, ya?" gumam Valeria, matanya tak lepas dari kelopak bunga sakura yang beterbangan tertiup angin."Memang," jawab Firgo. "Seindah keberanianmu malam itu. Kau tahu, aku masih tidak habis pikir kenapa kau begitu nekat."Valeria menoleh, keningnya sedikit berkerut. "Kau marah padaku?""Bukan marah." Firgo menghela napas. "Lebih ke jengkel. Kau tidak memikirkan keselamatanmu sendiri dan itu membuat panik seluruh pasukan saat melihatmu berlari ke arah Tuan Salvatore dan menodong pria yang menyerangnya dengan pistol. Tapi ..., aku salut. Kau benar-benar berbeda dari kebanyakan wanita."Valeria tersenyum. "Aku hanya melakukan apa yan

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 193

    Antonio berdiri di samping brankar tidurnya, tubuhnya yang masih dipenuhi perban bergerak perlahan saat dia mengganti pakaian rumah sakit dengan setelan kasual. Luka-luka di tubuhnya masih terlihat jelas, namun dia sepertinya tidak terganggu dengan itu. Pintu kamar rawat terbuka perlahan, dan Salvatore masuk dengan langkah hati-hati."Kau sudah mau pergi?" tanya Salvatore dengan nada khawatir.Antonio tersenyum tipis. "Aku sudah terlalu lama di sini. Ada banyak hal yang harus kuurus."Salvatore berjalan mendekat, meski kakinya masih gemetar, ia mencoba menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. "Biar aku yang bantu. Apa yang bisa kulakukan?""Tidak perlu." Antonio menggeleng pelan, memasukkan kemejanya ke dalam celana. "Kau percayalah padaku. Aku akan mengurus semuanya. Saat ini, yang perlu kau lakukan adalah fokus pada kesembuhanmu."Salvatore menghela napas. "Tapi—""Jangan khawatir." Antonio menepuk bahu Salvatore, "kita sudah sejauh ini. Kau hanya perlu pulih dulu. Biar aku yang jaga se

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 192

    Sinar matahari sore menembus jendela rumah sakit, memberikan kilau hangat di ruangan putih yang biasanya terasa dingin. Salvatore mendorong pintu perlahan, mencoba tidak membuat suara yang mengganggu. Matanya langsung tertuju pada Valeria, yang masih terbaring di ranjangnya dengan wajah pucat namun tersenyum manis begitu melihatnya."Hei," sapa Salvatore dengan lembut.Valeria langsung menoleh ke arahnya dan tersenyum ceria. Senyuman itu—senyuman yang sejak dulu selalu membuatnya merasa tenang, Salvatore mengingat rasa itu. Namun senyuman itu kini justru membuat dadanya berdegup lebih kencang.Valeria membalas sapaan itu dengan suara pelan. "Kau kembali.""Ya, bagaimana keadaanmu? Merasa lebih baik?"Valeria mengangguk pelan. "Hm, lebih baik daripada kemarin."Salvatore mengangkat kantong belanja di tangannya. "Aku membawakanmu makanan dan buah-buahan. Juga susu vanilla, seperti yang kau inginkan."Tatapan Valeria berbinar. "Susu vanilla? Kau ingat?"Salvatore tersipu, meletakkan bara

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 191

    Firgo mengetuk pintu kamar rawat inap Valeria sebelum masuk. Wajahnya tenang, tetapi matanya menyiratkan kekhawatiran. Dia menyerahkan telepon genggamnya kepada Valeria. "Morgan ingin bicara."Valeria mengangkat alis, "Oh, sepertinya akan ada sesi ceramah gratis."Begitu telepon menempel di telinganya, suara Morgan langsung terdengar—keras dan penuh emosi."Valeria! Apa yang kau pikirkan?! Pergi tanpa bilang apa-apa, ikut operasi berbahaya dalam keadaan hamil pula! Kau tahu betapa gilanya aku mencari-cari kabar tentangmu?!"Valeria menarik napas panjang, memegang telepon dengan satu tangan, sementara tangan lainnya dengan lembut mengelus perutnya yang masih terasa perih. "Aku baik-baik saja, Morgan. Kau tidak perlu berteriak begitu.""Jangan bilang aku tidak perlu berteriak! Kau pikir ini lelucon? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?! Dan bayi itu?!" Di ujung sana Morgan sedang mondar-mandir di lobi markas Il Leone d'Ombra.Senyum kecil menghiasi wajah Valeria. "Bayi ini baik-baik s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 190

    Valeria membuka matanya perlahan. Cahaya lampu kamar rawat terasa menyilaukan, tetapi bukan itu yang membuatnya tercekat. Di sampingnya, Salvatore duduk dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Tatapan pria itu tajam, tetapi terselip kegelisahan yang sulit disembunyikan."Salvatore ...." Suara Valeria serak, hampir berbisik. "Bagaimana dengan bayiku?"Begitu mendengar suaranya, Salvatore langsung menggenggam tangannya erat. "Kau sudah sadar? Dia ..., baik-baik saja."Valeria menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Rasa sakit di perutnya masih terasa, tetapi lebih dari itu, ada perasaan lain yang membuat dadanya sesak—haru, rindu, dan kelegaan yang begitu mendalam.Salvatore ada di sini.Tangannya gemetar saat dia mengangkatnya, menyentuh pipi pria itu dengan lembut. "Aku ..., aku pikir aku tak akan pernah melihatmu lagi." Suaranya pecah dalam isakan kecil.Salvatore mengeraskan rahangnya, menahan emosinya sendiri. "Aku di sini. Aku ..., tidak akan ke mana-mana."Air mata Valeria ak

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 189

    Malam di Milan terasa dingin. Julian berjalan keluar dari rumah sakit dengan langkah tenang, tetapi pikirannya kacau. Ibunya masih di dalam, menjaga Sofia—adiknya yang telah menghancurkan hidupnya. Sang ayah, Giovani, bahkan tak peduli lagi dengan keluarga mereka sejak nama besar Ricci runtuh.Saat Julian hendak berjalan ke mobilnya, suara familiar menghentikan langkahnya."Julian?"Dia mendesah pelan, lalu menoleh. Margareta berdiri tak jauh darinya, mengenakan mantel mahal yang dulu mungkin ia beli dari uang Julian sendiri. Wajah wanita itu masih sama—cantik, angkuh, penuh percaya diri. Tapi Julian tak lagi melihatnya seperti dulu."Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya datar.Margareta tersenyum, mendekatinya dengan langkah gemulai. "Aku kebetulan lewat. Lalu aku melihatmu ..., jadi aku ingin menyapa."Julian mengangkat alis. "Kebetulan lewat di rumah sakit, malam-malam begini?" Nada suaranya terdengar sarkastik.Margareta tertawa kecil. "Aku ingin tahu ..., bagaimana keadaanmu s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 188

    Begitu roda pesawat menyentuh landasan Jepang, Salvatore segera bangkit dari kursinya. Dia tak peduli pada tubuhnya yang masih lemah, langkahnya langsung mengikuti para anak buah yang membawa Valeria ke luar pesawat dengan tandu.Udara malam Jepang yang dingin menusuk kulit, tetapi keringat dingin tetap mengalir di pelipisnya. Mereka semua bergerak cepat menuju kendaraan yang sudah disiapkan. Firgo sudah lebih dulu mengatur segalanya—termasuk mencari rumah sakit yang aman, tempat dokter-dokternya bisa dibayar untuk menutup mulut.Di perjalanan menuju rumah sakit, Salvatore duduk diam di samping Valeria. Matanya terus mengamati wajah wanita itu. Wajah yang seharusnya asing, tetapi justru terasa familiar. Wajah yang entah mengapa, menjadi yang pertama muncul dalam pikirannya saat dia mulai sadar dari kegelapan ingatannya yang hilang.Jika dia istriku… berarti aku sangat mencintainya, bukan?Tapi kenapa? Kenapa dia tidak bisa mengingatnya?Salvatore menggigit bibir bawahnya, frustrasi de

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 187

    Di dalam pesawat pribadi yang terbang di atas Samudra Pasifik, suasana terasa tegang. Lampu-lampu kabin berpendar samar, menciptakan bayangan-bayangan panjang di wajah-wajah yang kelelahan dan terluka.Di salah satu kursi, Valeria terbaring lemah dengan napas tersengal. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi dahinya, dan matanya sesekali terpejam menahan rasa sakit. Wanita itu sudah setengah kehilangan kesadarannya. Darah masih merembes dari perban darurat yang melilit perutnya, bukti dari luka yang Alessio tinggalkan.Salvatore duduk di sampingnya, menggenggam erat tangannya yang juga berlumuran darah. Jari-jarinya sedikit gemetar, bukan karena rasa takut, melainkan karena sesuatu yang mengusik pikirannya.Dia masih belum sepenuhnya memahami kenapa melihat Valeria seperti ini membuat hatinya terasa seakan diremas. Sebuah perasaan yang familiar, namun asing pada saat yang bersamaan.Antonio, yang duduk tak jauh dari mereka, tampak lelah dengan luka di lengannya yang terus mengalirk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status