Beberapa hari setelah kejadian sebelumnya, Valeria kembali ke rutinitasnya bekerja di Salerno. Ia sering bolak-balik dari proyek lapangan ke hotel, menjalani tugasnya dengan profesionalisme yang tinggi.Sejak hari terakhir waktu itu juga, Valeria lebih sering menghindari Salvatore. Rupanya, pria itu juga amat sangat sibuk sehingga tidak ada waktu untuk mengejar Valeria seperti biasanya.Hari ini Valeria kembali ke hotel sendirian karena Morgan dan Mona harus mengurus sesuatu. Kebetulan juga Marvelion berjalan di belakang Valeria.Marvelion, yang sejak sebelumnya sudah menunjukkan ketertarikannya pada Valeria, mengetahui bahwa Valeria baru saja selesai dari proyek dan sedang sendirian di lokasi. Kesempatan ini membuatnya mendekati Valeria lagi dengan sikap yang lebih berani.Marvelion kini semakin terpesona setelah melihat Valeria di pesta kolam beberapa waktu lalu. Ia terus mencoba menggoda Valeria, berharap bisa membuatnya jatuh cinta."Baru pulang?" Marvelion sudah berjalan menyusul
Keesokan harinya, Valeria dan Morgan tiba di lokasi pembangunan lebih awal dari biasanya. Saat mereka berdua berjalan di sekitar area konstruksi, Valeria mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Morgan juga terlihat semakin diam dan memperhatikan setiap sudut bangunan yang sudah berdiri.“Ada yang aneh dengan proyek ini,” ujar Morgan tiba-tiba, memecah keheningan. Dia mengarahkan tangannya ke beberapa struktur bangunan di depan mereka.Valeria mengikuti arah pandang Morgan dan memperhatikan dengan cermat. Beberapa dinding dan fondasi tampak lebih rendah dari desain yang mereka terima dari Solara Crop. Pilar-pilar yang seharusnya menopang bagian atas gedung terlihat lebih ramping dan tidak sesuai dengan ukuran yang seharusnya. Valeria mengerutkan kening, mencoba mengingat setiap detail dari cetak biru yang mereka terima.“Seharusnya tidak begini, kan? Apa ini ulah Julian?” tanya Valeria sambil memeriksa lebih dekat.“Aku tidak yakin,” jawab Morgan, “Tapi yang pasti, ini tidak sesuai
Salvatore baru saja tiba di hotel setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya. Kebetulan, di lobi hotel, dia melihat sosok Valeria yang tampak baru saja kembali dari lapangan. Ada sedikit ketegangan di udara antara mereka, sisa-sisa dari pertengkaran kecil mereka setelah pesta kolam beberapa waktu lalu. Namun, Salvatore, dengan caranya yang tenang, mendekati Valeria dengan senyum samar.“Lama tidak bertemu, Baby” ucap Salvatore, berusaha mencairkan suasana.Valeria yang terkejut kini langsung menoleh ke samping. Valeria menatapnya sejenak, tapi kemudian tersenyum tipis. Mata lelah Valeria seolah disegarkan oleh wajah tampan Salvatore yang beberapa hari ini tidak dia lihat.“Ya,” jawab Valeria dengan nada sedikit lebih lembut daripada biasanya.Mereka berjalan berdampingan menyusuri lorong-lorong hotel. Obrolan ringan tentang pekerjaan, cuaca, dan kesibukan sehari-hari mulai mencairkan suasana di antara mereka. Pertengkaran mereka sebelumnya seolah memudar, tergantikan dengan kenyamanan
Hari ini adalah hari terakhir mereka di Salerno. Besok, mereka bisa kembali ke Milan dan mengawasi proyek dari kejauhan. Waktu dua minggu yang Valeria rasakan di sana seperti penuh drama karena perjalanan bisnis ini mereka datang bersama Julian dan antek-enteknya.Di hari yang cerah, Valeria kembali ke lokasi proyek dengan penuh konsentrasi. Pekerjaan sedang berjalan seperti biasa."Sudah dapatkan sesuatu?" tanya Valeria kepada Morgan."Mungkin, kita lihat saja nanti."Valeria pun menoleh ke arah Mona yang berdiri di belakangnya. "Ambil pena yang waktu itu aku taruh di vas bunga."Mona langsung mengingat-ingat hal itu. Dia baru ingat, malam saat mereka datang ke acara makan malam, Valeria diam-diam menaruh pena di ruangan itu. Ruangan yang kerap mereka jadikan pertemuan dengan yang lain untuk membahas bisnis."Baik, Nyonya." Mona langsung pergi dari sana.Valeria kembali ke pekerjaannya, namun di sudut mata, dia menangkap bayangan Sofia. Valeria mencoba mengabaikan perasaan tidak nyam
Mona masuk ke dalam ruangan besar itu. Dia berjalan mondar-mandir mencari pena yang dimaksud Valeria."Jelas-jelas waktu itu Nyonya menaruhnya di sini," gumam Mona.Mona yang awalnya hanya bermaksud mengambil pena rekaman dari ruangan pertemuan, tak menyangka akan menjadi saksi sebuah kejadian yang tak terduga. Dia mendengar suara langkah kaki yang cepat dan suara gaduh dari ujung ruangan.Nalurinya segera menyuruhnya untuk bersembunyi, dan tanpa pikir panjang, dia merunduk di bawah meja besar pertemuan. Nafasnya tertahan saat dia berusaha tidak menimbulkan suara sedikit pun.Dari sela-sela kaki meja, Mona terkejut melihat pemandangan di hadapannya. Marvelion, pria yang sangat dikenal dengan pesona dan pengaruhnya, sedang bercinta dengan Margareta, sekretaris Julian."Ah! Ah! Pelan-pelan tuan."Marvelion terus mendorong tubuh Margareta dengan tubuhnya yang menyatu dengan wanita itu dari belakang. "Maju terus!"Brak!Tubuh Margareta kini telungkup di meja besar itu. Rok mininya terangk
Valeria menunduk menatap lantai putih yang dia pijaki. Tangannya menyatu sedari tadi. Luka-luka di tubuhnya seolah tak berarti apapun.Sudah tiga jam lamanya Morgan masuk ke dalam ruang operasi, tapi dia belum keluar juga. Hanya petugas medis yang sejak tadi bolak-balik keluar masuk dari sana.Hati Valeria menjadi semakin gelisah. Dia tak tahu harus berbuat apa jika sampai hal buruk terjadi kepada Morgan. Dia benar-benar tidak bisa memikirkan itu.Ingin rasanya Valeria menangis, tapi wanita itu menahannya. Dia ingin fokus berada di samping Morgan seperti halnya pria itu selalu menjaganya.Derap langkah seseorang terdengar mendekat. Dia berhenti tepat di depan Valeria. Dia berlutut di depan Valeria, membuat wanita itu mendongak menatap siapakah orang tersebut."Salvatore?"Wajah Salvatore jelas-jelas terlihat sangat khawatir. Dia langsung menangkup pipi Valeria."Valeria, kamu baik-baik saja? Huh?" Napas Salvatore bahkan terlihat memburu. Dia datang menemui Valeria sambil berlari. Mata
Cahaya matahari menyinari sebuah ruangan bernuansa putih. Hembusan angin sepoi-sepoi menerpa gorden biru tipis di jendela.Valeria terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dia terlihat damai dalam tidurnya setelah apa yang terjadi kemarin.Wajah dan tangannya memiliki beberapa perban. Selang infus menjuntai di punggung tangannya.Rasa nyeri di kakinya membuat Valeria terbangun. Aroma antiseptik langsung menyengat indra penciumannya. Dia bergumam lirih lalu melihat Salvatore duduk di sofa dengan tenang sambil membaca tablet di tangannya."Salvatore," panggilnya lirih.Salvatore langsung menoleh. Dia buru-buru menaruh tabletnya di atas meja lalu menghampiri ranjang Valeria karena melihat wanita itu hendak duduk."Jangan banyak gerak dulu."Salvatore memegangi bahu Valeria lalu membantunya bersandar. Valeria terlihat lebih lemah dari kemarin. Bukan hanya fisiknya, kejadian kemarin juga berpengaruh pada kesehatan mental Valeria. Dia masih belum menerima perasaan kehilangan seseorang karena
Valeria terbaring lemah di tempat tidurnya di rumah sakit, dengan perban melilit kakinya yang terkilir dan beberapa luka di tubuhnya. Meskipun fisiknya terasa lemah, pikirannya terus berputar, mencoba menghubungkan kejadian kecelakaan yang menimpanya di lokasi proyek kemarin.Terakhir kali dia melihat Sofia di sana. Rupanya, Sofia kini tidak lagi berpura-pura di depannya. Dia menyerang Valeria dengan brutal. Valeria yakin, orang yang mendorongnya kemarin adalah Sofia. Dia tidak akan membiarkannya lepas dengan mudah karena telah melukai Morgan. Jika tidak ada Morgan, mungkin Valeria sudah mati tertimpa beton kemarin.Di samping tempat tidurnya, Salvatore duduk setia, menemaninya sepanjang hari, memastikan Valeria merasa nyaman dan aman. Kehadirannya yang tenang membuat suasana sedikit lebih baik, meski Valeria tahu ada masalah yang lebih besar yang harus ia hadapi.Meskipun Salvatore terlalu protektif kepadanya. Tak jarang, mereka pun cek-cok untuk hal-hal kecil, yang selalu berakhir d