Share

Bab 57

Penulis: Lee Sizunii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-13 23:10:14

Hari ini adalah hari terakhir mereka di Salerno. Besok, mereka bisa kembali ke Milan dan mengawasi proyek dari kejauhan. Waktu dua minggu yang Valeria rasakan di sana seperti penuh drama karena perjalanan bisnis ini mereka datang bersama Julian dan antek-enteknya.

Di hari yang cerah, Valeria kembali ke lokasi proyek dengan penuh konsentrasi. Pekerjaan sedang berjalan seperti biasa.

"Sudah dapatkan sesuatu?" tanya Valeria kepada Morgan.

"Mungkin, kita lihat saja nanti."

Valeria pun menoleh ke arah Mona yang berdiri di belakangnya. "Ambil pena yang waktu itu aku taruh di vas bunga."

Mona langsung mengingat-ingat hal itu. Dia baru ingat, malam saat mereka datang ke acara makan malam, Valeria diam-diam menaruh pena di ruangan itu. Ruangan yang kerap mereka jadikan pertemuan dengan yang lain untuk membahas bisnis.

"Baik, Nyonya." Mona langsung pergi dari sana.

Valeria kembali ke pekerjaannya, namun di sudut mata, dia menangkap bayangan Sofia. Valeria mencoba mengabaikan perasaan tidak nyam
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 58

    Mona masuk ke dalam ruangan besar itu. Dia berjalan mondar-mandir mencari pena yang dimaksud Valeria."Jelas-jelas waktu itu Nyonya menaruhnya di sini," gumam Mona.Mona yang awalnya hanya bermaksud mengambil pena rekaman dari ruangan pertemuan, tak menyangka akan menjadi saksi sebuah kejadian yang tak terduga. Dia mendengar suara langkah kaki yang cepat dan suara gaduh dari ujung ruangan.Nalurinya segera menyuruhnya untuk bersembunyi, dan tanpa pikir panjang, dia merunduk di bawah meja besar pertemuan. Nafasnya tertahan saat dia berusaha tidak menimbulkan suara sedikit pun.Dari sela-sela kaki meja, Mona terkejut melihat pemandangan di hadapannya. Marvelion, pria yang sangat dikenal dengan pesona dan pengaruhnya, sedang bercinta dengan Margareta, sekretaris Julian."Ah! Ah! Pelan-pelan tuan."Marvelion terus mendorong tubuh Margareta dengan tubuhnya yang menyatu dengan wanita itu dari belakang. "Maju terus!"Brak!Tubuh Margareta kini telungkup di meja besar itu. Rok mininya terangk

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 59

    Valeria menunduk menatap lantai putih yang dia pijaki. Tangannya menyatu sedari tadi. Luka-luka di tubuhnya seolah tak berarti apapun.Sudah tiga jam lamanya Morgan masuk ke dalam ruang operasi, tapi dia belum keluar juga. Hanya petugas medis yang sejak tadi bolak-balik keluar masuk dari sana.Hati Valeria menjadi semakin gelisah. Dia tak tahu harus berbuat apa jika sampai hal buruk terjadi kepada Morgan. Dia benar-benar tidak bisa memikirkan itu.Ingin rasanya Valeria menangis, tapi wanita itu menahannya. Dia ingin fokus berada di samping Morgan seperti halnya pria itu selalu menjaganya.Derap langkah seseorang terdengar mendekat. Dia berhenti tepat di depan Valeria. Dia berlutut di depan Valeria, membuat wanita itu mendongak menatap siapakah orang tersebut."Salvatore?"Wajah Salvatore jelas-jelas terlihat sangat khawatir. Dia langsung menangkup pipi Valeria."Valeria, kamu baik-baik saja? Huh?" Napas Salvatore bahkan terlihat memburu. Dia datang menemui Valeria sambil berlari. Mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 60

    Cahaya matahari menyinari sebuah ruangan bernuansa putih. Hembusan angin sepoi-sepoi menerpa gorden biru tipis di jendela.Valeria terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dia terlihat damai dalam tidurnya setelah apa yang terjadi kemarin.Wajah dan tangannya memiliki beberapa perban. Selang infus menjuntai di punggung tangannya.Rasa nyeri di kakinya membuat Valeria terbangun. Aroma antiseptik langsung menyengat indra penciumannya. Dia bergumam lirih lalu melihat Salvatore duduk di sofa dengan tenang sambil membaca tablet di tangannya."Salvatore," panggilnya lirih.Salvatore langsung menoleh. Dia buru-buru menaruh tabletnya di atas meja lalu menghampiri ranjang Valeria karena melihat wanita itu hendak duduk."Jangan banyak gerak dulu."Salvatore memegangi bahu Valeria lalu membantunya bersandar. Valeria terlihat lebih lemah dari kemarin. Bukan hanya fisiknya, kejadian kemarin juga berpengaruh pada kesehatan mental Valeria. Dia masih belum menerima perasaan kehilangan seseorang karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 61

    Valeria terbaring lemah di tempat tidurnya di rumah sakit, dengan perban melilit kakinya yang terkilir dan beberapa luka di tubuhnya. Meskipun fisiknya terasa lemah, pikirannya terus berputar, mencoba menghubungkan kejadian kecelakaan yang menimpanya di lokasi proyek kemarin.Terakhir kali dia melihat Sofia di sana. Rupanya, Sofia kini tidak lagi berpura-pura di depannya. Dia menyerang Valeria dengan brutal. Valeria yakin, orang yang mendorongnya kemarin adalah Sofia. Dia tidak akan membiarkannya lepas dengan mudah karena telah melukai Morgan. Jika tidak ada Morgan, mungkin Valeria sudah mati tertimpa beton kemarin.Di samping tempat tidurnya, Salvatore duduk setia, menemaninya sepanjang hari, memastikan Valeria merasa nyaman dan aman. Kehadirannya yang tenang membuat suasana sedikit lebih baik, meski Valeria tahu ada masalah yang lebih besar yang harus ia hadapi.Meskipun Salvatore terlalu protektif kepadanya. Tak jarang, mereka pun cek-cok untuk hal-hal kecil, yang selalu berakhir d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 62

    "Lima menit saja, ya? Ya?" rengek Valeria."Tidak, kamu harus kembali ke kamar." Salvatore menggelengkan kepalanya sambil mendorong kursi roda Valeria."Tapi tadi aku cuma lihat Morgan sebentar.""Besok lagi.""Salvatore," rengeknya lagi."Valeria ...."Valeria mengerucutkan bibirnya. Valeria baru saja selesai menjenguk Morgan di ruangan yang tak jauh dari kamarnya. Morgan masih dalam kondisi yang cukup kritis setelah insiden runtuhan di proyek, namun untungnya tim medis yakin dia akan pulih meski memerlukan waktu. Valeria sendiri masih merasa lelah, tapi dia bersyukur karena keadaannya tidak seburuk Morgan.Salvatore dengan lembut mendorong kursi roda Valeria kembali ke kamarnya. Meski diam, Valeria bisa merasakan perhatian dari Salvatore, membuatnya sedikit lebih tenang. Ya, meskipun dia juga sedikit kesal dengan sifat pemaksa yang dimiliki Salvatore.Saat mereka masuk ke kamar, Valeria mendapati seseorang sudah berdiri di depan jendela, sosok yang langsung dikenalnya—Marvelion. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 63

    Keesokan harinya, Valeria kembali ribut dengan Salvatore karena terus saja menyuapinya makanan. Sejak bersama Salvatore, sifat kekanak-kanakan Valeria selalu saja muncul dan juga dia terdengar lebih cerewet daripada biasanya."Sudah aku bilang, kan. Aku sudah kenyang."Salvatore menaruh mangkuk ke meja dorong. "Oke, oke. Sekarang minum dulu obatmu.""Astaga. Apa kau akan terus membuatku terlihat seperti anak kecil? Aku bisa sendiri," protes Valeria."Aku tau, aku hanya ingin memanjakanmu." Salvatore mengarahkan obat di tangannya dan segelas air putih. "Setalah minum obat maka aku akan mengantarkanmu ke tempat Morgan.""Benarkah?""Ya.""Oke!"Valeria langsung meminum obat itu tanpa menunggu lama. Bagaimana pun juga, di dalam hati Valeria sangat berterimakasih kepada Salvatore karena telah menjaganya. Valeria bahkan bisa melihat Salvatore terjaga di malam hari karenanya. Ketulusan Salvatore rupanya mengetuk pintu hati Valeria sedikit demi sedikit.Setelah selesai, Salvatore menepati ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 64

    Valeria duduk di kursi kulit mewah pesawat pribadi yang disiapkan oleh Salvatore. Pandangannya kosong, matanya menatap jendela yang memperlihatkan langit biru tanpa awan. Meski tubuhnya sudah jauh lebih baik, pikirannya terus dikepung oleh kekhawatiran. Semalam, Morgan dibawa oleh anak buah Salvatore ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, namun Valeria merasa bersalah karena tidak bisa ikut menemani pria yang telah melindunginya.Dia merasa berat meninggalkan Morgan, namun di sisi lain, ada tugas besar yang menunggunya di Milan. Di tangannya, dia memegang berkas yang diberikan oleh Morgan lewat anak buahnya kemarin. Dokumen itu berisi bukti-bukti kuat mengenai kebobrokan RC Group dan keterlibatan Julian dalam berbagai praktik kotor.Salvatore, yang duduk di seberang Valeria, memperhatikannya dengan seksama. Meski wajahnya tenang, dia tahu bahwa Valeria sedang berperang dengan dirinya sendiri. Tanpa berkata apa-apa, Salvatore mendekati Valeria, duduk di sampingnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 65

    Di bawah langit cerah Milan, Julian duduk santai di tepi kolam renang mewah di rumah keluarga Ricci, seolah dunia ini miliknya. Gelas anggur di tangannya bergoyang lembut, matanya menatap kosong ke permukaan air kolam yang tenang. Sudah tiga hari sejak dia kembali dari Salerno, dan perasaannya campur aduk antara percaya diri dan kelelahan.Beberapa hari yang lalu, dia diberitahu jika proyek rubuh dan korbannya adalah Valeria. Julian mulai was-was, dia tidak mau karena kejadian ini semua rencananya akan terbongkar. Dia menyuruh seseorang untuk menutupi kejadian itu agar tidak sampai terdengar ke Solara Crop.Tiba-tiba langkah kaki terdengar mendekat. Giovani Ricci, ayahnya, datang dengan tatapan serius di wajahnya. Giovani adalah sosok yang selalu tegas dalam setiap langkah bisnis keluarga. Julian tahu pembicaraan ini tidak akan menyenangkan."Julian," suara Giovani terdengar berat, "apa yang sebenarnya kau pikirkan dengan proyek di Salerno? Sejak awal aku sudah bilang, RC Group tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16

Bab terbaru

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 195

    Matahari siang di Milan menyinari jendela kamar rumah sakit, menciptakan bayangan lembut di lantai keramik putih. Sofia duduk di tepi ranjangnya, jemarinya gemetar saat merapikan pakaian ke dalam koper kecil. Tubuhnya sudah membaik, dan sesuai keputusan pengadilan, hari ini dia harus kembali ke penjara.Isabella, ibunya, dengan sabar membantu melipat baju dan memasukkannya ke dalam koper. Namun, keheningan di antara mereka terasa berat.Tak ada lagi percakapan ringan atau tawa seperti dulu. Hanya suara gesekan kain dan resleting koper yang mengisi ruangan.Pintu kamar terbuka perlahan. Julian, muncul di ambang pintu dengan ekspresi datar. "Mom, dokter memanggilmu," katanya singkat.Isabella menoleh, sejenak ragu. "Julian, tolong bantu adikmu berkemas, ya? Mommy akan segera kembali."Tanpa menunggu jawaban, Isabella melangkah keluar, meninggalkan Julian dan Sofia berdua.Julian mengambil alih koper, tangannya dengan terampil memasukkan barang-barang Sofia tanpa suara. Gerakannya efisie

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 194

    Musim semi di Jepang selalu memancarkan pesona tersendiri. Bunga sakura yang bermekaran, angin sepoi-sepoi yang membawa harum bunga, dan sinar matahari yang hangat menyelimuti halaman rumah sakit.Valeria duduk di kursi roda, menikmati pemandangan itu dengan senyum tipis di wajahnya. Firgo mendorong kursi rodanya perlahan, memastikan Valeria merasa nyaman."Indah, ya?" gumam Valeria, matanya tak lepas dari kelopak bunga sakura yang beterbangan tertiup angin."Memang," jawab Firgo. "Seindah keberanianmu malam itu. Kau tahu, aku masih tidak habis pikir kenapa kau begitu nekat."Valeria menoleh, keningnya sedikit berkerut. "Kau marah padaku?""Bukan marah." Firgo menghela napas. "Lebih ke jengkel. Kau tidak memikirkan keselamatanmu sendiri dan itu membuat panik seluruh pasukan saat melihatmu berlari ke arah Tuan Salvatore dan menodong pria yang menyerangnya dengan pistol. Tapi ..., aku salut. Kau benar-benar berbeda dari kebanyakan wanita."Valeria tersenyum. "Aku hanya melakukan apa yan

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 193

    Antonio berdiri di samping brankar tidurnya, tubuhnya yang masih dipenuhi perban bergerak perlahan saat dia mengganti pakaian rumah sakit dengan setelan kasual. Luka-luka di tubuhnya masih terlihat jelas, namun dia sepertinya tidak terganggu dengan itu. Pintu kamar rawat terbuka perlahan, dan Salvatore masuk dengan langkah hati-hati."Kau sudah mau pergi?" tanya Salvatore dengan nada khawatir.Antonio tersenyum tipis. "Aku sudah terlalu lama di sini. Ada banyak hal yang harus kuurus."Salvatore berjalan mendekat, meski kakinya masih gemetar, ia mencoba menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. "Biar aku yang bantu. Apa yang bisa kulakukan?""Tidak perlu." Antonio menggeleng pelan, memasukkan kemejanya ke dalam celana. "Kau percayalah padaku. Aku akan mengurus semuanya. Saat ini, yang perlu kau lakukan adalah fokus pada kesembuhanmu."Salvatore menghela napas. "Tapi—""Jangan khawatir." Antonio menepuk bahu Salvatore, "kita sudah sejauh ini. Kau hanya perlu pulih dulu. Biar aku yang jaga se

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 192

    Sinar matahari sore menembus jendela rumah sakit, memberikan kilau hangat di ruangan putih yang biasanya terasa dingin. Salvatore mendorong pintu perlahan, mencoba tidak membuat suara yang mengganggu. Matanya langsung tertuju pada Valeria, yang masih terbaring di ranjangnya dengan wajah pucat namun tersenyum manis begitu melihatnya."Hei," sapa Salvatore dengan lembut.Valeria langsung menoleh ke arahnya dan tersenyum ceria. Senyuman itu—senyuman yang sejak dulu selalu membuatnya merasa tenang, Salvatore mengingat rasa itu. Namun senyuman itu kini justru membuat dadanya berdegup lebih kencang.Valeria membalas sapaan itu dengan suara pelan. "Kau kembali.""Ya, bagaimana keadaanmu? Merasa lebih baik?"Valeria mengangguk pelan. "Hm, lebih baik daripada kemarin."Salvatore mengangkat kantong belanja di tangannya. "Aku membawakanmu makanan dan buah-buahan. Juga susu vanilla, seperti yang kau inginkan."Tatapan Valeria berbinar. "Susu vanilla? Kau ingat?"Salvatore tersipu, meletakkan bara

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 191

    Firgo mengetuk pintu kamar rawat inap Valeria sebelum masuk. Wajahnya tenang, tetapi matanya menyiratkan kekhawatiran. Dia menyerahkan telepon genggamnya kepada Valeria. "Morgan ingin bicara."Valeria mengangkat alis, "Oh, sepertinya akan ada sesi ceramah gratis."Begitu telepon menempel di telinganya, suara Morgan langsung terdengar—keras dan penuh emosi."Valeria! Apa yang kau pikirkan?! Pergi tanpa bilang apa-apa, ikut operasi berbahaya dalam keadaan hamil pula! Kau tahu betapa gilanya aku mencari-cari kabar tentangmu?!"Valeria menarik napas panjang, memegang telepon dengan satu tangan, sementara tangan lainnya dengan lembut mengelus perutnya yang masih terasa perih. "Aku baik-baik saja, Morgan. Kau tidak perlu berteriak begitu.""Jangan bilang aku tidak perlu berteriak! Kau pikir ini lelucon? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?! Dan bayi itu?!" Di ujung sana Morgan sedang mondar-mandir di lobi markas Il Leone d'Ombra.Senyum kecil menghiasi wajah Valeria. "Bayi ini baik-baik s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 190

    Valeria membuka matanya perlahan. Cahaya lampu kamar rawat terasa menyilaukan, tetapi bukan itu yang membuatnya tercekat. Di sampingnya, Salvatore duduk dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Tatapan pria itu tajam, tetapi terselip kegelisahan yang sulit disembunyikan."Salvatore ...." Suara Valeria serak, hampir berbisik. "Bagaimana dengan bayiku?"Begitu mendengar suaranya, Salvatore langsung menggenggam tangannya erat. "Kau sudah sadar? Dia ..., baik-baik saja."Valeria menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Rasa sakit di perutnya masih terasa, tetapi lebih dari itu, ada perasaan lain yang membuat dadanya sesak—haru, rindu, dan kelegaan yang begitu mendalam.Salvatore ada di sini.Tangannya gemetar saat dia mengangkatnya, menyentuh pipi pria itu dengan lembut. "Aku ..., aku pikir aku tak akan pernah melihatmu lagi." Suaranya pecah dalam isakan kecil.Salvatore mengeraskan rahangnya, menahan emosinya sendiri. "Aku di sini. Aku ..., tidak akan ke mana-mana."Air mata Valeria ak

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 189

    Malam di Milan terasa dingin. Julian berjalan keluar dari rumah sakit dengan langkah tenang, tetapi pikirannya kacau. Ibunya masih di dalam, menjaga Sofia—adiknya yang telah menghancurkan hidupnya. Sang ayah, Giovani, bahkan tak peduli lagi dengan keluarga mereka sejak nama besar Ricci runtuh.Saat Julian hendak berjalan ke mobilnya, suara familiar menghentikan langkahnya."Julian?"Dia mendesah pelan, lalu menoleh. Margareta berdiri tak jauh darinya, mengenakan mantel mahal yang dulu mungkin ia beli dari uang Julian sendiri. Wajah wanita itu masih sama—cantik, angkuh, penuh percaya diri. Tapi Julian tak lagi melihatnya seperti dulu."Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya datar.Margareta tersenyum, mendekatinya dengan langkah gemulai. "Aku kebetulan lewat. Lalu aku melihatmu ..., jadi aku ingin menyapa."Julian mengangkat alis. "Kebetulan lewat di rumah sakit, malam-malam begini?" Nada suaranya terdengar sarkastik.Margareta tertawa kecil. "Aku ingin tahu ..., bagaimana keadaanmu s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 188

    Begitu roda pesawat menyentuh landasan Jepang, Salvatore segera bangkit dari kursinya. Dia tak peduli pada tubuhnya yang masih lemah, langkahnya langsung mengikuti para anak buah yang membawa Valeria ke luar pesawat dengan tandu.Udara malam Jepang yang dingin menusuk kulit, tetapi keringat dingin tetap mengalir di pelipisnya. Mereka semua bergerak cepat menuju kendaraan yang sudah disiapkan. Firgo sudah lebih dulu mengatur segalanya—termasuk mencari rumah sakit yang aman, tempat dokter-dokternya bisa dibayar untuk menutup mulut.Di perjalanan menuju rumah sakit, Salvatore duduk diam di samping Valeria. Matanya terus mengamati wajah wanita itu. Wajah yang seharusnya asing, tetapi justru terasa familiar. Wajah yang entah mengapa, menjadi yang pertama muncul dalam pikirannya saat dia mulai sadar dari kegelapan ingatannya yang hilang.Jika dia istriku… berarti aku sangat mencintainya, bukan?Tapi kenapa? Kenapa dia tidak bisa mengingatnya?Salvatore menggigit bibir bawahnya, frustrasi de

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 187

    Di dalam pesawat pribadi yang terbang di atas Samudra Pasifik, suasana terasa tegang. Lampu-lampu kabin berpendar samar, menciptakan bayangan-bayangan panjang di wajah-wajah yang kelelahan dan terluka.Di salah satu kursi, Valeria terbaring lemah dengan napas tersengal. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi dahinya, dan matanya sesekali terpejam menahan rasa sakit. Wanita itu sudah setengah kehilangan kesadarannya. Darah masih merembes dari perban darurat yang melilit perutnya, bukti dari luka yang Alessio tinggalkan.Salvatore duduk di sampingnya, menggenggam erat tangannya yang juga berlumuran darah. Jari-jarinya sedikit gemetar, bukan karena rasa takut, melainkan karena sesuatu yang mengusik pikirannya.Dia masih belum sepenuhnya memahami kenapa melihat Valeria seperti ini membuat hatinya terasa seakan diremas. Sebuah perasaan yang familiar, namun asing pada saat yang bersamaan.Antonio, yang duduk tak jauh dari mereka, tampak lelah dengan luka di lengannya yang terus mengalirk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status