Share

Bab 62

Author: Lee Sizunii
last update Huling Na-update: 2024-09-15 21:36:26

"Lima menit saja, ya? Ya?" rengek Valeria.

"Tidak, kamu harus kembali ke kamar." Salvatore menggelengkan kepalanya sambil mendorong kursi roda Valeria.

"Tapi tadi aku cuma lihat Morgan sebentar."

"Besok lagi."

"Salvatore," rengeknya lagi.

"Valeria ...."

Valeria mengerucutkan bibirnya. Valeria baru saja selesai menjenguk Morgan di ruangan yang tak jauh dari kamarnya. Morgan masih dalam kondisi yang cukup kritis setelah insiden runtuhan di proyek, namun untungnya tim medis yakin dia akan pulih meski memerlukan waktu. Valeria sendiri masih merasa lelah, tapi dia bersyukur karena keadaannya tidak seburuk Morgan.

Salvatore dengan lembut mendorong kursi roda Valeria kembali ke kamarnya. Meski diam, Valeria bisa merasakan perhatian dari Salvatore, membuatnya sedikit lebih tenang. Ya, meskipun dia juga sedikit kesal dengan sifat pemaksa yang dimiliki Salvatore.

Saat mereka masuk ke kamar, Valeria mendapati seseorang sudah berdiri di depan jendela, sosok yang langsung dikenalnya—Marvelion. Dia
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 63

    Keesokan harinya, Valeria kembali ribut dengan Salvatore karena terus saja menyuapinya makanan. Sejak bersama Salvatore, sifat kekanak-kanakan Valeria selalu saja muncul dan juga dia terdengar lebih cerewet daripada biasanya."Sudah aku bilang, kan. Aku sudah kenyang."Salvatore menaruh mangkuk ke meja dorong. "Oke, oke. Sekarang minum dulu obatmu.""Astaga. Apa kau akan terus membuatku terlihat seperti anak kecil? Aku bisa sendiri," protes Valeria."Aku tau, aku hanya ingin memanjakanmu." Salvatore mengarahkan obat di tangannya dan segelas air putih. "Setalah minum obat maka aku akan mengantarkanmu ke tempat Morgan.""Benarkah?""Ya.""Oke!"Valeria langsung meminum obat itu tanpa menunggu lama. Bagaimana pun juga, di dalam hati Valeria sangat berterimakasih kepada Salvatore karena telah menjaganya. Valeria bahkan bisa melihat Salvatore terjaga di malam hari karenanya. Ketulusan Salvatore rupanya mengetuk pintu hati Valeria sedikit demi sedikit.Setelah selesai, Salvatore menepati ja

    Huling Na-update : 2024-09-15
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 64

    Valeria duduk di kursi kulit mewah pesawat pribadi yang disiapkan oleh Salvatore. Pandangannya kosong, matanya menatap jendela yang memperlihatkan langit biru tanpa awan. Meski tubuhnya sudah jauh lebih baik, pikirannya terus dikepung oleh kekhawatiran. Semalam, Morgan dibawa oleh anak buah Salvatore ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, namun Valeria merasa bersalah karena tidak bisa ikut menemani pria yang telah melindunginya.Dia merasa berat meninggalkan Morgan, namun di sisi lain, ada tugas besar yang menunggunya di Milan. Di tangannya, dia memegang berkas yang diberikan oleh Morgan lewat anak buahnya kemarin. Dokumen itu berisi bukti-bukti kuat mengenai kebobrokan RC Group dan keterlibatan Julian dalam berbagai praktik kotor.Salvatore, yang duduk di seberang Valeria, memperhatikannya dengan seksama. Meski wajahnya tenang, dia tahu bahwa Valeria sedang berperang dengan dirinya sendiri. Tanpa berkata apa-apa, Salvatore mendekati Valeria, duduk di sampingnya

    Huling Na-update : 2024-09-16
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 65

    Di bawah langit cerah Milan, Julian duduk santai di tepi kolam renang mewah di rumah keluarga Ricci, seolah dunia ini miliknya. Gelas anggur di tangannya bergoyang lembut, matanya menatap kosong ke permukaan air kolam yang tenang. Sudah tiga hari sejak dia kembali dari Salerno, dan perasaannya campur aduk antara percaya diri dan kelelahan.Beberapa hari yang lalu, dia diberitahu jika proyek rubuh dan korbannya adalah Valeria. Julian mulai was-was, dia tidak mau karena kejadian ini semua rencananya akan terbongkar. Dia menyuruh seseorang untuk menutupi kejadian itu agar tidak sampai terdengar ke Solara Crop.Tiba-tiba langkah kaki terdengar mendekat. Giovani Ricci, ayahnya, datang dengan tatapan serius di wajahnya. Giovani adalah sosok yang selalu tegas dalam setiap langkah bisnis keluarga. Julian tahu pembicaraan ini tidak akan menyenangkan."Julian," suara Giovani terdengar berat, "apa yang sebenarnya kau pikirkan dengan proyek di Salerno? Sejak awal aku sudah bilang, RC Group tidak

    Huling Na-update : 2024-09-16
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 66

    Pagi itu, sinar matahari yang cerah menyusup lembut melalui jendela-jendela besar rumah keluarga Morreti yang megah. Setalah sampai di rumah kemarin, Valeria benar-benar istirahat, karena Salvatore dan Elena pasti akan mengomelinya.Valeria turun dari kamarnya, melewati lantai marmer putih yang bersinar, menuju lift yang mengantarkannya ke lantai bawah. Saat pintu lift terbuka, aroma sarapan yang lezat menyambutnya.Dengan langkah santai, Valeria berjalan menuju ruang makan. Namun, saat dia mendekati meja, dia terkejut. Salvatore, pria yang akhir-akhir ini sering mengisi pikirannya, duduk santai di kursi bersebelahan dengan Lorenzo, ayahnya. Yang lebih mengejutkan lagi, Lorenzo—yang biasanya kaku dan dingin—tertawa terbahak-bahak saat berbicara dengan Salvatore, sesuatu yang jarang terjadi."Salvatore?" Valeria memandang keduanya dengan alis terangkat, mencoba menyembunyikan kebingungannya. "Kapan kau datang?"Salvatore menoleh padanya dengan senyum hangat. "Oh, hai. Aku datang tidak

    Huling Na-update : 2024-09-16
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 67

    Salvatore mengantarkan Valeria ke tempat kerjanya, dengan suasana yang cukup tenang sepanjang perjalanan. Setelah sampai di depan gedung Morreti Club, dia memastikan bahwa Valeria baik-baik saja sebelum pergi."Aku akan menjemputmu saat makan siang," janji Salvatore dengan senyum lembut."Katanya kamu sibuk," balas Valeria."Tentu saja, tapi aku akan selalu punya waktu untukmu."Valeria tersenyum kecil lalu hanya mengangguk singkat. Salvatore membantunya melepaskan sabuk pengaman padahal itu sangat tidak perlu karena Valeria bisa melakukannya sendiri. Namun, Salvatore memperlakukannya bak seorang putri."Ingat jangan minum kopi seberapapun banyaknya pekerjaan kamu," kata Salvatore mengingatkan."Iya, iya. Aku turun sekarang.""Cium?"Tangan Valeria yang hendak membuka pintu pun kini terhenti. "Cium segala?"Salvatore tertawa kecil lalu menarik tengkuk Valeria dan mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu dia menjauhkan dirinya lalu tersenyum kecil membuat hati Valeria menghangat.

    Huling Na-update : 2024-09-17
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 68

    Valeria keluar dari mobil. Sepatu hak tingginya menapak di halaman hotel mewah. Helaan napas kasarnya mengudara. Keluarganya mengadakan makan malam mendadak, padahal malam ini Valeria ingin belajar tentang bisnis.Malam itu, suasana di ruangan hotel sangat hangat dan megah. Valeria duduk dengan anggun di kursinya.Makan malam kali ini terasa istimewa, karena selain menyambut kerabat jauh mereka yang baru tiba di Milan, ini juga merupakan momen spesial bagi Valeria, yang baru-baru ini berhasil membuktikan kinerjanya dalam mengelola Morreti Club.Roberto, yang merupakan salah satu mentor dan paman Valeria, duduk di ujung meja sambil memuji Valeria berkali-kali. "Valeria, kami semua sangat bangga denganmu. Kau telah membuktikan bahwa Morreti Club berada di tangan yang tepat. Semua usahamu tidak sia-sia."Valeria tersenyum lembut, merasa tersanjung dengan pujian itu, meskipun ia masih merasa ada banyak tantangan yang harus ia hadapi. Terutama dengan keadaan Morgan yang belum stabil, karen

    Huling Na-update : 2024-09-17
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 69

    Di markas Salvatore yang tersembunyi di pinggiran kota, suasana terasa tegang meskipun di luar malam tampak tenang. Antonio berdiri dengan gelisah di depan meja di ruangan Salvatore, memandang Salvatore yang duduk santai dengan tatapan yang sulit ditebak. Beberapa anak buah Salvatore lainnya berada di ruangan itu, tetapi tak ada yang berani membuka mulut.Salvatore dengan tenang memandang Antonio, sambil menyesap anggurnya. Dia kemudian meletakkan gelas itu dengan perlahan dan berbicara, suaranya lembut namun penuh kewibawaan. "Antonio, bagaimana dengan tugas yang aku berikan padamu? Apakah ada perkembangan?"Antonio yang sejak awal merasa was-was, akhirnya mengambil napas dalam dan mulai berbicara. "Tuan, aku harus mengakui bahwa aku belum melaporkan sesuatu yang penting. Ada pengkhianatan di antara kita, dan aku mencoba menyelesaikan masalah ini tanpa mengganggu Anda. Namun, orang-orang yang berkhianat masih dalam pelarian, dan kami belum berhasil menemukan mereka."Wajah Antonio ta

    Huling Na-update : 2024-09-17
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 70

    Pagi yang cerah itu, Salvatore tiba di kediaman keluarga Morreti dengan mobil hitam mewahnya. Pelayan di kediaman itu langsung melapor ke Elena dan memerintahkan pelayan untuk membawa Salvatore ke tuang makan.Begitu memasuki ruang makan, seperti biasa, ia disambut hangat oleh kedua orang tua Valeria. Lorenzo dan istrinya, sekarang seakan sudah menganggapnya bagian dari keluarga.Entah kenapa, Lorenzo dan juga Elena begitu menyukai Salvatore. Mereka berharap, Salvatore bisa mencairkan hati putri tunggalnya. Lagipula, baru pertama kali ini ada pria yang berani datang ke rumah mereka untuk Valeria, meskipun alasan Salvatore adalah hanya untuk menjemput wanita itu. Mereka berbincang dengan akrab, sementara Valeria yang baru saja datang, duduk di meja makan, diam namun mengamati semuanya dengan cermat."Salvatore, kau benar-benar harus datang lagi untuk makan malam bersama keluarga besar nanti," kata Elena dengan tawa ringan. "Kami selalu menghargai tamu yang penuh perhatian seperti dirim

    Huling Na-update : 2024-09-18

Pinakabagong kabanata

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   EPILOG

    Lima Tahun Kemudian ....Di markas Il Leone d'Ombra, seorang gadis kecil duduk di samping seorang pria bertubuh kekar. Suasana ruangan itu penuh dengan aroma logam dan minyak senjata, namun gadis kecil itu tampak tidak terganggu sedikit pun.Antonio, pria yang tengah merapikan senjata, berkali-kali menarik napas panjang. Di sebelahnya, Elettra—gadis kecil berusia lima tahun dengan rambut ikal kecokelatan dan mata secerah musim semi—terus berbicara tanpa jeda."Uncle Antonio, kenapa peluru ini warnanya beda? Apa senjatanya juga beda? Kalau senjata ini bisa buat tembak monster nggak? Kenapa di sini gelap banget? Uncle nggak takut hantu?"Antonio menghela napas, berusaha tetap fokus membersihkan senjatanya. "Elettra, bukankah kau seharusnya menggambar atau bermain boneka? Anak seusiamu biasanya tidak tertarik pada senjata.""Aku bukan anak kecil biasa, Uncle. Aku Elettra Marino! Aku harus tahu semuanya supaya bisa melindungi Mommy dan Daddy. Kalau Uncle nggak mau jawab, aku tanya sama Da

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 210

    Elena menangis tak henti-henti di pelukan Lorenzo. Tubuhnya bergetar, wajahnya penuh kekhawatiran."Tuhan, jangan ambil putriku ..., jangan ambil cucuku ...," isaknya berulang kali.Lorenzo mencoba menenangkan istrinya, meski dalam hatinya sendiri ada badai yang tak kalah hebat. "Tenanglah, sayang. Valeria perempuan yang kuat. Dia akan baik-baik saja." Meski suaranya terdengar tenang, genggaman tangannya pada bahu Elena menunjukkan betapa kerasnya dia menahan diri untuk tidak ikut larut dalam kepanikan.Sementara itu, Anna mondar-mandir di koridor rumah sakit. Setiap detik terasa seperti menit, setiap menit terasa seperti jam."Kenapa lama sekali? Kenapa belum ada kabar?" Anna bergumam, tatapannya kosong.Di tengah semua kegaduhan itu, Salvatore justru terdiam. Dia berdiri di sudut ruangan, tubuhnya kaku seperti patung. Matanya tertuju pada pintu ruang operasi, seolah menunggu keajaiban. Namun, dalam keheningannya, tubuhnya gemetar. Keringat dingin membasahi pelipisnya."Valeria ...,

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 209

    Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Kini perut Valeria sudah semakin membesar, hampir memasuki usia delapan bulan.Musim semi menghiasi kota dengan udara hangat dan bunga bermekaran. Valeria duduk di bangku kayu di tepi jalan, menikmati es krim stroberi yang mencair perlahan di tangannya.Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Di sampingnya, Salvatore duduk santai, sesekali menyeka tetesan es krim yang hampir jatuh ke gaun Valeria."Kau tahu, Salvatore," ucap Valeria sambil menjilati sendok es krimnya. "Aku berharap anak kita nanti suka es krim sepertiku. Bagaimana menurutmu?"Salvatore tertawa kecil. "Kalau begitu, aku harus siap-siap mengisi freezer penuh es krim. Anak kita akan jadi pecinta es krim garis keras sepertimu."Valeria tertawa terbahak. Suara tawanya menggema lembut di tengah keramaian jalan. Beberapa orang yang lewat ikut tersenyum melihat pasangan itu, seolah kebahagiaan mereka menular.Tas belanja di kaki mereka penuh dengan perlengkapan ba

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 208

    Matahari mulai tenggelam, menciptakan gradasi oranye dan ungu di langit senja. Salvatore duduk di kursi balkon kamar Valeria, memandangi langit dengan tatapan kosong.Angin sore berhembus lembut, namun tidak mampu mendinginkan pikirannya yang berkecamuk. Kata-kata Julian terus terngiang di kepalanya, mengalun seperti nada minor yang menghantui."Lepaskan Sofia .... Hentikan penyiksaannya ...."Salvatore memijit pelipisnya. Rasa pusing itu kembali datang, semakin tajam seiring bayangan-bayangan samar yang muncul. Wajah Sofia, jeruji penjara, dan suara erangan kesakitan yang entah berasal dari mana. Apa benar semua itu ulahnya?Dia mendesah panjang, rasa bersalah mulai merayapi hatinya. Bagaimana mungkin dia mencintai Valeria namun di saat yang sama menyakiti orang lain? Apakah ini sisi gelapnya yang tersembunyi?"Salvatore?"Suara lembut Valeria membuyarkan lamunannya. Salvatore menoleh, melihat Valeria berdiri di sampingnya dengan segelas jus segar di tangannya. Senyum perempuan itu t

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 207

    Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit, Salvatore dan Valeria keluar dengan senyum lega. Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi mereka baik-baik saja. Kaki Salvatore hanya memerlukan sedikit terapi, dan kehamilan Valeria dalam keadaan sehat. Beban yang sempat menggantung di benak mereka pun perlahan terangkat."Ayo, kita makan siang. Aku sudah lapar," ujar Valeria ceria, menggenggam tangan Salvatore dengan erat."Aku juga," Salvatore tersenyum hangat. "Ada restoran di sekitar sini yang katanya enak. Mau coba?""Tahu darimana?""Tadi aku sempat mendengar percakapan orang di rumah sakit. Mau coba makan di sana?"Valeria mengangguk antusias. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju restoran kecil berdesain klasik yang tak jauh dari rumah sakit. Suasananya tenang dengan dekorasi kayu dan jendela besar yang menghadap ke taman kota.Mereka memilih meja di dekat jendela, menikmati pemandangan hijau di luar sembari menunggu pesanan datang. Percakapan ringan mengalir, sesekali diiringi

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 206

    Sinar matahari pagi menerobos jendela ruang makan, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di atas meja kayu panjang yang telah dipenuhi oleh berbagai hidangan sarapan. Aroma roti panggang yang baru matang, telur dadar lembut, dan kopi hitam pekat menguar di udara, memberikan suasana hangat di rumah keluarga Valeria.Di ujung meja, Salvatore duduk dengan rapi dalam setelan kasual, mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku dan celana panjang gelap. Di sebelahnya, Valeria tampak anggun dalam gaun sederhana berwarna pastel yang lembut membungkus tubuhnya yang kini tengah mengandung. Tangannya sesekali mengusap perutnya yang mulai membuncit, seolah secara naluriah melindungi kehidupan kecil di dalamnya.Elena meletakkan cangkir kopi di depannya, kemudian duduk di samping Lorenzo. Giulia dan Roberto juga telah mengambil tempat, memulai sarapan dengan senda gurau kecil."Kalian tampak rapi pagi ini." Elena membuka percakapan dengan senyum keibuan. "Ada acara khusus?"Valeria dan Sa

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 205

    Kamar tidur itu terasa hangat dengan cahaya lembut yang memancar dari lampu meja. Udara malam yang sejuk menyusup melalui jendela yang sedikit terbuka, menggoyangkan tirai tipis yang mengalir seperti ombak tenang. Di depan cermin besar yang terpasang di dinding, Valeria berdiri dengan ekspresi frustrasi.Tangannya sibuk menarik-narik gaun berwarna pastel yang kini tampak terlalu ketat di bagian perutnya yang membuncit. Pakaian lain berserakan di sekitar kakinya, menandakan betapa keras usahanya untuk menemukan sesuatu yang nyaman dikenakan."Kenapa sih nggak ada satu pun yang muat? Apa aku harus pakai bajunya Aunty Giulia aja mulai sekarang?" Valeria mengomel sendiri, wajahnya berkerut lucu.Pintu kamar berderit pelan, dan Salvatore muncul di ambang pintu. Langkahnya tenang, namun sorot matanya dipenuhi rasa cinta yang mendalam.Setelah percakapannya dengan Lorenzo di tepi kolam, perasaannya seolah memuncak—seakan ada benang merah yang mengikat hatinya lebih erat kepada Valeria. Rasa

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 204

    Malam merambat pelan, membawa kesunyian yang menenangkan di sekitar rumah keluarga Morreti. Angin sepoi-sepoi membelai permukaan kolam renang, menciptakan riak-riak kecil yang memantulkan cahaya bulan. Di tepi kolam itu, Salvatore duduk di bangku kayu, membiarkan pikirannya melayang.Bersama semua kegugupan dan ketakutannya, akhirnya dia merasa lega. Keluarga Valeria menerima dirinya apa adanya, tanpa perlu embel-embel masa lalu yang tidak bisa diingatnya. Namun, di tengah kelegaan itu, terselip perasaan kosong—seperti ada bagian dirinya yang masih hilang di dalam kabut ingatan yang gelap."Kau sendirian di sini?"Suara berat namun lembut itu membuat Salvatore menoleh. Lorenzo berdiri di belakangnya, membawa dua gelas wine di tangannya. Wajahnya tampak tenang, namun di balik mata yang bijak itu, ada rasa lelah yang terpendam."Ya, aku hanya ..., mencoba menenangkan diri dan mencari udara segar." Salvatore tersenyum tipis.Lorenzo menyerahkan salah satu gelas wine kepada Salvatore dan

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 203

    Sebuah mobil hitam mengawal perjalanan Salvatore menuju ke kediaman Morreti dan rombongan lainnya kembali ke markas. Morgan yang duduk di belakang kemudi sesekali melirik Salvatore lewat kaca spion, melihat pria itu menggigit bibir bawahnya, tanda jelas kegugupan."Hei, tenang saja." Morgan membuka percakapan, mencoba mencairkan suasana. "Keluarga Valeria tidak menggigit, kok."Salvatore menghela napas panjang. "Itu bukan masalahnya. Aku tidak ingat apa-apa. Bagaimana kalau aku salah bicara? Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku?"Valeria, yang duduk di samping Salvatore, menggenggam tangannya erat. "Kau tidak perlu khawatir. Mereka akan mencintaimu, Salvatore. Lagipula, aku di sini bersamamu."Salvatore menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh keyakinan Valeria. Perlahan, kegugupannya sedikit mereda."Kalau begitu, jangan tinggalkan aku, ya?" bisik Salvatore, suaranya penuh harap."Tidak akan." Valeria tersenyum lembut.Morgan sedikit merinding dan tertawa geli diam-diam. Salv

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status