Share

Bab 45

Penulis: Lee Sizunii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Salvatore, aku ...,"

"Aku tidak akan memaksamu," kata Salvatore sambil mengusap pipi Valeria.

Dengan sengaja, Valeria menarik tengkuk Salvatore ke arahnya untuk mencium bibir Salvatore. Tak bisa dipungkiri jika Valeria juga sangat menginginkan Salvatore, tapi di dalam hatinya masih ragu untuk berhubungan dengan pria.

Salvatore membalas ciuman Valeria yang tampak ragu-ragu. Dia mengusap pipi Valeria dengan lembut, memberikan kenyamanan untuk Valeria.

Lagipula, meskipun Salvatore sangat ingin, dia tidak akan memaksa jika batin Valeria masih belum bisa menerimanya. Kali ini, Salvatore merasakan hanya tubuh Valeria yang membutuhkannya.

Lidah mereka saling beradu dan menyecap satu sama lain. Suara erangan tertahan Valeria menghiasai ruangan itu.

Tangan Salvatore tak tinggal diam, dia mengelus tubuh Valeria dari balik bathrobe yang sudah dia singkap ke samping. Tubuh halus Valeria kini berada di bawah kulitnya.

Usapan lembut tangan Salvatore menjelajahi perut Valeria lalu perlahan naik ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 46

    "Salvatore, aku ...,""Aku tidak akan memaksamu," kata Salvatore sambil mengusap pipi Valeria.Dengan sengaja, Valeria menarik tengkuk Salvatore ke arahnya untuk mencium bibir Salvatore. Tak bisa dipungkiri jika Valeria juga sangat menginginkan Salvatore, tapi di dalam hatinya masih ragu untuk berhubungan dengan pria.Salvatore membalas ciuman Valeria yang tampak ragu-ragu. Dia mengusap pipi Valeria dengan lembut, memberikan kenyamanan untuk Valeria.Lagipula, meskipun Salvatore sangat ingin, dia tidak akan memaksa jika batin Valeria masih belum bisa menerimanya. Kali ini, Salvatore merasakan hanya tubuh Valeria yang membutuhkannya.Lidah mereka saling beradu dan menyecap satu sama lain. Suara erangan tertahan Valeria menghiasai ruangan itu.Tangan Salvatore tak tinggal diam, dia mengelus tubuh Valeria dari balik bathrobe yang sudah dia singkap ke samping. Tubuh halus Valeria kini berada di bawah kulitnya.Usapan lembut tangan Salvatore menjelajahi perut Valeria lalu perlahan naik ke

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 47

    Langkah kaki Valeria berjalan mendekat ke arah meja di mana Salvatore duduk. Dia dengan kesal menaruh pantatnya di atas kursi."Aku pikir kamu tidak datang, karena tidak membalas pesanku," ucap pria tersebut.Valeria tidak menjawab dan tiba-tiba saja mengambil air mineral yang ada di atas meja. Dia membasuh tenggorokannya yang tiba-tiba kering setelah bertemu dengan Julian dan juga yang lainnya."Ada sesuatu yang terjadi saat kamu datang ke sini?" tanya Salvatore dengan tenang.Jawaban tak segera diberikan oleh Valeria. Dia justru menatap lekat Salvatore."Mau pergi denganku?" tanya Valeria."Kemana?""Beli bikini."Bukannya terkejut, Salvatore justru menyandarkan punggungnya. "Untuk pesta kolam renang yang diadakan Julian?"Valeria sengaja melebarkan kedua bola matanya. "Kamu tahu itu?""Dia baru saja mengundangku.""Kamu datang?""Tidak.""Kenapa tidak?" tanya Valeria penasaran."Aku tidak membuang-buang waktuku untuk hal-hal seperti itu."Valeria berdecih lalu ikut menyandarkan pun

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 48

    Sore semakin petang saat Valeria menatap pantulan dirinya di cermin. Bikini yang dipilihnya malam ini terlihat sempurna di tubuhnya. Membuat Valeria tersenyum sendiri saat melihat pantulan tubuhnya.Valeria mengenakan bikini dua potong berwarna oranye terang yang memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna. Bagian atasnya berupa bra segitiga kecil dengan tali tipis yang diikat di belakang leher dan punggung, memperlihatkan belahan dada yang indah dan kulitnya yang bercahaya.Detail ornamen bintang yang menghiasi bagian atas bikini memberikan kesan glamor dan playful, menarik perhatian siapa pun yang melihatnya. Bagian bawahnya adalah celana bikini rendah yang minimalis, dengan tali yang halus di sisi pinggulnya, menonjolkan perubahan drastis pada tubuhnya yang kini tampak lebih ramping dan kencang.Ia memutar sedikit badannya, memperhatikan bagaimana lekukan tubuhnya kini berbeda dari satu tahun yang lalu. Tubuh yang dulu dipenuhi keraguan, kini menjadi kebanggaan. Setiap tetes keringat ya

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 49

    Morgan dan Mona saling memandang dengan khawatir di depan tempat diadakannya pesta kolam renang Julian. Mereka tahu Valeria sedang di dalam pesta kolam renang itu, dan mereka tidak bisa membiarkannya sendirian. Terlalu banyak orang asing yang datang—pengusaha, rekan bisnis Julian, dan pria-pria yang mungkin punya niat tidak baik. Valeria memang mampu menjaga dirinya sendiri, tapi mereka tetap merasa harus ada di sisinya, apalagi Morgan.“Kita harus masuk,” kata Mona tegas, meski sedikit ragu dengan keputusan ini. “Aku tidak nyaman membiarkan Valeria di sana sendirian. Terlalu banyak pria yang akan memperhatikan dia.”“Tapi masalahnya,” kata Mona sambil menatap petugas keamanan di pintu masuk, “kita tidak bisa masuk dengan pakaian ini.”Keduanya melihat ke bawah, pada pakaian kerja formal yang mereka kenakan. Mona dengan rok pensilnya, dan Morgan dengan kemeja yang rapi. Pesta ini jelas memiliki aturan berpakaian yang ketat—bikini atau pakaian renang. Tidak ada yang diizinkan masuk tan

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 50

    Pesta semakin ramai dengan tamu yang terus berdatangan, musik yang semakin keras, dan suasana yang semakin menggila. Namun, di antara keramaian itu, Morgan tetap siaga. Matanya tak pernah lepas dari Valeria. Ia tahu betul bagaimana banyak pria di pesta ini tak hanya tertarik pada kecantikan Valeria, tapi juga bermaksud mendekat lebih dari sekadar berbicara.Beberapa kali, Morgan harus berdiri di antara Valeria dan pria-pria yang mendekat dengan niat yang tak sepenuhnya baik. Seorang pria berotot yang mabuk mencoba menggoda Valeria dengan cara kasar, menyentuh pundaknya dengan sikap yang terlalu akrab. Dengan cepat, Morgan berdiri di antara mereka, tatapannya dingin. “Maaf, tapi Valeria tidak tertarik,” katanya tegas.Pria itu mundur dengan kesal, melirik Morgan sebelum berbalik dan pergi. Tapi tidak lama kemudian, ada lagi yang mencoba mendekat. Kali ini, seorang pria lain mencoba menyenggol Valeria dengan sengaja, mengundang tawa dari teman-temannya. Morgan dengan cepat meraih lengan

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 51

    Mona dan Valeria menepi dari keramaian pesta, mencari tempat yang lebih tenang di dekat meja minuman. Suasana pesta semakin ramai, musik terus berdentum, namun di sudut tersebut mereka bisa sejenak menarik napas."Aish! Kau tau? Aku sebenarnya ingin segera pergi dari sini," kata Valeria."Padahal anda tidak perlu datang ke tempat ini, Nyonya. Tuan Morgan sangat mengkhawatirkan anda."Valeria mengibas udara di depannya. "Dia selalu begitu kepadaku, padahal aku bisa menjaga diriku sendiri. Tapi, menyenangkan melihat wajah Julian yang seperti orang kikuk."Mona sedang menuangkan minuman untuk Valeria, sementara Valeria duduk santai dengan senyuman puas, merasa senang malam itu berjalan lancar. Semua mata tertuju padanya, dan ia merasa menang. Namun, suasana damai itu tidak bertahan lama.Dari arah kerumunan, Margareta muncul bersama Sofia. Keduanya melangkah mendekat dengan ekspresi tidak bersahabat, terutama Margareta yang menatap Valeria dengan sorot iri. “Wow, Valeria, kau benar-benar

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 52

    Salvatore membawa Valeria dengan hati-hati ke kamar hotelnya. Langkahnya cepat namun penuh ketenangan, sementara Valeria menggigit bibirnya menahan rasa sakit di kakinya. Saat mereka tiba di kamar Valeria, Salvatore langsung menempatkan Valeria di sofa, matanya memindai luka di kaki Valeria dengan penuh perhatian.Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Salvatore berjongkok di depan Valeria, mengambil kain bersih dan alkohol dari kotak kecil di meja untuk membersihkan luka di kakinya. Valeria mengamati pria itu yang terlihat begitu tenang namun tatapannya begitu dingin. Setiap gerakan Salvatore terasa telaten, namun keheningan di antara mereka terasa berat, seolah ada badai yang tertahan di balik sikap tenang Salvatore.“Kenapa kau harus melakukan itu?” Akhirnya, suara Salvatore pecah, nadanya rendah namun tegas, penuh kekecewaan yang tidak disembunyikan. Dia mengangkat pandangannya, mata tajamnya mengunci pada Valeria yang duduk di depannya. “Kenapa kau merasa perlu mengekspos dirimu sepe

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 53

    Salvatore membawa Valeria dengan hati-hati ke kamar hotelnya. Langkahnya cepat namun penuh ketenangan, sementara Valeria menggigit bibirnya menahan rasa sakit di kakinya. Saat mereka tiba di kamar Valeria, Salvatore langsung menempatkan Valeria di sofa, matanya memindai luka di kaki Valeria dengan penuh perhatian.Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Salvatore berjongkok di depan Valeria, mengambil kain bersih dan alkohol dari kotak kecil di meja untuk membersihkan luka di kakinya. Valeria mengamati pria itu yang terlihat begitu tenang namun tatapannya begitu dingin. Setiap gerakan Salvatore terasa telaten, namun keheningan di antara mereka terasa berat, seolah ada badai yang tertahan di balik sikap tenang Salvatore.“Kenapa kau harus melakukan itu?” Akhirnya, suara Salvatore pecah, nadanya rendah namun tegas, penuh kekecewaan yang tidak disembunyikan. Dia mengangkat pandangannya, mata tajamnya mengunci pada Valeria yang duduk di depannya. “Kenapa kau merasa perlu mengekspos dirimu sepe

Bab terbaru

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 95

    Sore itu, Salvatore tiba di kantor Valeria dengan niat untuk menjemputnya setelah hari yang panjang. Namun, Amara memaksa ikut bersamanya. Meskipun Salvatore tidak menolaknya, dia merasa sedikit terganggu dengan kehadiran sepupunya, terutama karena Valeria belum sepenuhnya nyaman dengan Amara. Saat Salvatore dan Amara menunggu di depan gedung kantor, Alessio tiba-tiba muncul. Dia turun dari mobil, tampak santai namun penuh percaya diri, berjalan ke arah Valeria dengan senyum lebar di wajahnya. Alessio tidak pernah menyembunyikan rasa tertariknya pada Valeria, dan dia tidak ragu untuk menunjukkan perhatiannya di depan orang lain. Valeria yang baru saja keluar dari gedung kini memicingkan matanya melihat Alessio. Dia benar-benar muak dengan keadaan hari ini. Belum lagi dia harus siap mendengarkan omelan Elena saat sampai di rumah karena dia telah melanggar janji untuk pulang setelah makan siang. Melihat Alessio yang mendekati Valeria, Salvatore pun turun dari mobilnya. Dia juga mengha

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 94

    Valeria kembali ke kantor walaupun tangannya masih terluka dan melepuh akibat insiden penyiraman kopi panas. Meskipun dokter, Salvatore dan orang tuanya, terutama Mommy-nya, telah memintanya untuk beristirahat, Valeria keras kepala. Dia merasa sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaannya dan tidak mau membiarkan tanggung jawabnya terabaikan lebih lama."Apa yang kau pikirkan, Valeria? Kau seharusnya di rumah, beristirahat." Elena memarahi dengan nada khawatir melalui telepon. "Luka di tanganmu belum sembuh. Kau tidak perlu terburu-buru kembali ke kantor.""Aku baik-baik saja, Mom. Aku sudah terlalu lama absen. Ada banyak hal yang harus diselesaikan," jawab Valeria, mencoba menenangkan."Mommy gak mau tau, kamu pulang sekarang.""Gak bisa, Mom.""Mommy akan menyuruh seseorang untuk menyeret kamu pulang."Valeria mendesah pelan. Bagaimanapun juga, Elena akan benar-benar melakukan itu, jadi Valeria harus melakukan negosiasi dengannya."Sampai jam makan siang, oke? Setelah itu aku akan pu

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 93

    Keesokan harinya, Valeria berjalan menuju gedung kantor dengan langkah biasa. Dia terlihat sangat profesional dan elegan. Apapun yang terjadi, Valeria tetap mengutamakan pekerjaannya.Saat dia mendekati pintu masuk, tiba-tiba saja seorang pria tak dikenal dengan cepat mendekat dan tanpa peringatan menyiramkan kopi panas ke arahnya. Valeria terkejut, menjerit kesakitan, merasa panas di lengan dan bahunya."Akh!""Hai kau!" teriak seseorang saat melihat pria itu menyiram Valeria.Semua orang yang ada di sana langsung menoleh ke arah Valeria dan pria itu langsung berlari kabur dari sana. Para staf di sekitar gedung segera membantu dan membawa Valeria ke rumah sakit terdekat.Berita mengenai insiden tersebut dengan cepat sampai ke telinga Salvatore. Wajahnya memucat saat mendengar laporan itu, perasaannya campur aduk antara marah dan khawatir. Dia segera meninggalkan semua pekerjaannya dan bergegas menuju rumah sakit.Saat tiba, Salvatore menemui Valeria yang tengah dirawat. Luka bakar di

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 92

    Setelah makan malam, Valeria memutuskan untuk pulang. Meskipun Salvatore sudah beberapa kali membujuknya, wanita itu tetap saja kekeh. Padahal Salvatore masih ingin berlama-lama dengan Valeria.Mau tidak mau Salvatore pun mengantarkan Valeria pulang. Sayangnya, Amara terus saja mengikuti mereka. Valeria mulai jengah dengan sikap manja Amara yang seolah di buat-buat.Di dalam mobil, suasana terasa tegang dan canggung. Salvatore yang duduk di depan, sesekali melirik ke arah Valeria yang terlihat resah di sampingnya. Setiap kali Salvatore mencoba berbicara lebih dekat dengan Valeria, Amara yang duduk di jok belakang selalu saja menyela percakapan mereka dengan hal-hal yang sepele."Sepertinya aku akan mampir sebentar untuk menyapa Tuan Lorenzo. Aku merasa sudah lama tidak berbicara dengannya."Valeria tersenyum. "Aku rasa, Daddy sedang minum teh di jam seperti ini. Kau bisa-""Valeria, rumahmu jauh dari sini?" Amara bertanya dengan nada ceria, memotong ucapan Valeria, seakan tidak menyad

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 91

    Valeria memasak dengan cermat di dapur, namun pikirannya tidak bisa fokus sepenuhnya. Setiap kali mengaduk panci atau menyiapkan bahan, bayangan Amara terus mengganggu benaknya.Satu jam yang lalu, Salvatore tiba-tiba saja keluar dari ruang kerjanya dan pergi begitu saja. Dia kembali bersama gadis cantik yang anggun dan lemah lembut.Amara, dengan sikap manja dan terlalu dekat dengan Salvatore, seolah menancapkan duri di hati Valeria. Meskipun Salvatore sudah jelas mengatakan bahwa Amara hanyalah adik sepupu. Namun, cara Amara memperlakukan Salvatore terasa terlalu intim untuk sekadar hubungan keluarga.Valeria mencoba menenangkan dirinya, meyakinkan bahwa Salvatore tidak mungkin berkhianat. Mengingat mereka berdua sudah memutuskan untuk pacaran.Namun sikap hangat Salvatore kepada Amara di depan matanya membuat kecemburuan muncul tanpa bisa dia cegah. Setiap tawa Amara yang menggema di mansion, setiap sentuhan kecil pada lengan Salvatore, membuat Valeria semakin tidak nyaman."Apakah

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 90

    Salvatore duduk tenang sambil menggenggam tangan Valeria yang kini tertidur di bahunya. Sudah beberapa jam sejak mereka melakukan penerbangan dari Singapura. Valeria terlalu lelah sampai-sampai tak bisa membuka matanya sepanjang perjalanan.Senyum tipis terulas di bibir Salvatore sambil memandang keluar jendela mobil yang melaju ke kota Milan. Dia mengingat betapa manjanya Valeria semalam saat meminta dirinya melakukan hal itu.Namun, Salvatore justru tidak memberikan apa yang Valeria mau. Entah apa yang merasuki Salvatore, dia ingin melakukannya ketika mereka sudah menikah. Salvatore hanya menyalurkan hasrat mereka dengan cara lain."Tuan, apa kita langsung pergi ke kediaman Morreti?" tanya sang supir.Salvatore menatap ke depan, ke arah spion. "Ke mansion saja dulu.""Baik."Mata Salvatore langsung beralih ke Valeria yang terlihat bergumam dalam tidurnya. Tangan kekar itu dengan lembut mengusap kepala Valeria agar tidurnya semakin nyaman.Setelah sampai di mansion, Valeria terbangun

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 89

    Desahan Valeria terdengar menggema di ruangan itu. Tangan kiri Salvatore sengaja menahan kedua tangan Valeria di atas kepalanya.Tubuh Salvatore menghimpit Valeria ke tembok sampai perempuan itu tidak bisa lepas dari cengkeramannya. Ciuman Salvatore juga semakin liar saat mengisap dan menyecap lidah Valeria."Um! Salvatore!"Mata Valeria menatapnya dengan sayu. Tubuhnya mulai dikuasai kabut hasrat karena sentuhan Salvatore."Apa?"Suara Salvatore terdengar sangat seksi di telinga Valeria. Wajah tampan itu benar-benar memabukkan Valeria."Jangan menyiksaku seperti ini lagi," gumam Valeria.Tawa kecil terdengar dari bibir Salvatore. "Kau sudah tersiksa hanya karena seperti ini saja? Huh?!""Ah!"Salvatore dengan sengaja meremas kedua pantat Valeria yang masih terbungkus gaun indahnya. Untung saja Salvatore sudah membawa Valeria ke hotel. Jika tidak, maka mereka akan melakukan ini di restoran tadi."Salvatore!"Valeria terlihat protes tapi nyatanya hal itu justru terdengar sebagai rengek

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 88

    Malam ini, Salvatore mengajak Valeria ke sebuah restoran mewah di Singapura, yang terletak di puncak gedung pencakar langit dengan pemandangan indah kota yang dipenuhi lampu-lampu. Suasananya intim, dengan cahaya lilin di meja mereka yang menyala lembut, dan suasana romantis mengelilingi mereka. Valeria mengenakan gaun yang elegan, sementara Salvatore tampak tampan dengan jas hitamnya.Salvatore sambil tersenyum kepada Valeria, matanya penuh kasih sayang. Meski besok mereka harus kembali ke Milan, malam ini ia bertekad membuat Valeria merasa istimewa."Kenapa juga kau mengajak ku makan malam seperti ini? Katanya nanti malam ada rapat online," gumam Valeria saat melihat Salvatore sudah duduk di seberang meja."Sengaja, Dolcezza. Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu."Sambil menyantap hidangan lezat, mereka berbincang ringan. Sesekali, Salvatore menggenggam tangan Valeria yang terletak di meja, memberinya ciuman lembut di punggung tangan. Dia benar-benar memberikan perhatian penu

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 87

    "Hai, Baby. Kamu baik-baik saja?"Marvelion berjalan mendekatinya Sofia yang berjalan pincang di koridor kantor. Perempuan itu tampak mengernyit karena sakit."Kamu kenapa? Kesleo?"Sofia menatap tajam Marvelion. "Ini semua gara-gara Valeria. Minggir!"Marvelion yang baru saja hendak memegang tangan Sofia untuk membantunya, kini mematung di tempat sambil menatap kepergian Sofia. Baru kali ini Marvelion melihat sikap kasar Sofia. Padahal biasanya, perempuan itu selalu terlihat lemah lembut dan penuh kasih sayang.Sofia baru bisa kembali ke kantor sejak satu Minggu yang lalu karena Valeria mendorongnya. Selama itu dia benar-benar tidak bisa jalan. Dia benar-benar murka kepada Valeria sampai-sampai lupa menyembunyikan topengnya dari orang lain."Valeria sialan!" gumam Sofia saat membuka sepatu sneakers-nya di meja kerja."Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?""Bawakan semua berkas yang tertunda kemarin," kata Sofia sambil mengibaskan tangannya."Baik nyonya." Perempuan itu segera pergi dari

DMCA.com Protection Status