Share

Bab 103

Penulis: Lee Sizunii
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 23:09:01

Keesokan paginya, Milan gempar dengan berita yang menyebar seperti api di dunia maya. Nama Sofia mendadak menjadi topik utama di berbagai portal berita dan media sosial.

Artikel-artikel dengan judul sensasional memenuhi layar ponsel semua orang: "Putri RC Group Bermuka Dua: Kisah di Balik Topeng Anggun Sofia", "Skandal RC Group: Foto-Foto Memalukan Sofia Tersebar!", dan "Sofia: Pemimpin Perusahaan atau Tiran Kejam?".

Di dalam artikel tersebut, terdapat foto-foto Sofia yang memperlihatkan perilaku buruknya—momen dia sedang memukul seorang karyawan, wajahnya yang dipenuhi amarah, hingga foto-foto yang mengisyaratkan bahwa dia sering terlibat dengan pria bayaran di waktu luangnya. Skandal ini seperti badai yang menghancurkan reputasinya seketika.

Di kantor pusat RC Group, Sofia terlihat panik luar biasa. Dia melempar dokumen ke lantai dengan kemarahan tak terkendali. “Siapa yang berani melakukan ini?! Siapa yang berani menyebarkan hal-hal kotor seperti ini tentangku?!” teriaknya sambil m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 104

    Valeria keluar dari lift rumahnya. Dia berjalan menuju ruang makan di mana keluarganya berkumpul. Tak hanya itu, Salvatore juga berada di sana memenuhi undangan mereka."Maaf, lama menunggu," kata Valeria duduk di kursinya."No problem, baby," kata Giulia.Salvatore menatap Valeria tanpa berkedip. Valeria selalu cantik di matanya. Valeria yang menyadari itu berbalik menatap Salvatore balik dan melemparkan senyuman manisnya.Malam itu, suasana di kediaman keluarga Morreti terasa hangat dan penuh keakraban. Lorenzo tampak begitu nyaman berbicara dengan Salvatore, seperti biasanya mereka bertemu.Mereka berdiskusi santai tentang dunia bisnis, politik, dan beberapa proyek yang sedang Lorenzo tangani. Sesekali, Lorenzo tertawa lepas mendengar komentar cerdas Salvatore, sesuatu yang jarang terjadi."Salvatore, kau benar-benar pria yang cerdas," kata Lorenzo sambil menuangkan anggur ke gelas Salvatore. "Aku jarang menemukan seseorang sepertimu .... cocok dalam diskusi."Salvatore tersenyum ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 105

    "Jadi ..., kau ...."Valeria tidak bisa berhenti memikirkan apa yang baru saja dia ketahui. Kenangan dua tahun lalu kembali menghantuinya—hari di mana dia bertemu pria yang menabraknya di depan rumah sakit.Dia mengingat betapa terpuruknya dirinya saat itu. Berat badannya jauh dari ideal, wajahnya kusam karena stres dan kurang tidur, dan dia merasa seperti tidak ada apa-apanya. Tapi, anehnya, setelah kejadian itu, dia tidak pernah lagi mengalami mimpi buruk yang menghantuinya. Namun, fakta bahwa pria itu ternyata adalah Salvatore membuatnya terkejut dan ..., takut.Pikiran-pikiran negatif mulai menyerangnya. "Bagaimana jika Salvatore hanya tertarik pada Valeria yang sekarang, bukan aku yang dulu? Bagaimana jika dia memandang rendah diriku di masa lalu?" Dia mulai merasa insecure, membayangkan Salvatore melihat dirinya dalam versi terburuknya—gemuk, tidak menarik, dan jauh dari sosok yang kini sering dipuji orang.Malam itu, Valeria mendadak berubah menjadi pendiam. Bahkan sampai Salva

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 106

    Kegelisahan Sofia semakin memuncak. Pagi itu, kantornya dipenuhi oleh suara telepon yang tak henti-hentinya berdering. Para investor menuntut penjelasan, klien-klien penting membatalkan proyek, dan nama besar RC Group mulai tercoreng di seluruh Milan. Media tak henti-hentinya membahas skandal Sofia, membuatnya menjadi sorotan utama yang penuh kritik dan cemoohan.Sofia duduk di kursinya dengan wajah pucat, tangannya gemetar saat membuka laporan keuangan terbaru yang menunjukkan penurunan drastis nilai saham RC Group. Seolah semua itu belum cukup, berita tentang mantan karyawan yang mengungkapkan perlakuan kejam Sofia semakin menyebar. Beberapa korban bahkan tampil di televisi, menceritakan pengalaman buruk mereka bekerja di bawah Sofia.Giovani Ricci, memasuki ruangan CEO dengan wajah yang terlihat lebih gelap dari biasanya. Sofia langsung berdiri, tapi sebelum dia sempat berbicara, Giovani menghentikannya dengan suara keras."Apa yang kau pikirkan, Sofia? Kau sadar apa yang telah kau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 107

    Julian duduk santai di sebuah restoran mewah, mengenakan setelan kasual namun tetap terlihat mahal. Di hadapannya, Margareta sedang memainkan gelas anggur merah, senyum tipis tersungging di wajahnya.Hubungan mereka memang tak lagi sama seperti dulu, tapi keduanya masih saling memanfaatkan. Margareta membutuhkan dukungan finansial Julian, sementara Julian membutuhkan penghibur di tengah kekacauan hidupnya."Jadi, adik kecilku Sofia akhirnya kena batunya." Julian menyeringai kecil sambil menyesap minumannya. "Dia terlalu sombong. Aku tahu ini akan terjadi."Margareta menatap Julian dengan penuh minat. "Tapi bukankah ini buruk untuk keluargamu? RC Group semakin hancur, Julian. Jika Sofia jatuh, bagaimana dengan nama keluargamu?"Julian mendengus sambil mengangkat bahu. "Aku tidak peduli dengan nama keluarga. Aku sudah keluar dari perusahaan itu dan mereka juga sudah membuang ku. Lagi pula, Sofia pantas mendapatkannya. Dia selalu merasa lebih baik dariku. Sekarang, dia tahu rasanya berad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 108

    Julian mendatangi Sofia di apartemennya yang mewah namun terasa hampa sejak berita skandal itu mencuat. Sofia tampak kusut, rambutnya diikat asal, dan wajahnya penuh kemarahan yang tak bisa disembunyikan. Julian masuk tanpa diundang, menyeringai puas melihat kondisi adiknya."Wah, Sofia Ricci yang anggun dan sempurna. Sepertinya citra itu sudah hancur berkeping-keping," Julian berkata sambil duduk santai di sofa.Sofia menatapnya tajam. "Apa yang kau mau, Julian? Kalau hanya datang untuk mengejekku, lebih baik kau keluar. Jangan sembarangan masuk ke dalam rumahku."Julian tertawa kecil, lalu mengangkat tangannya seolah meminta maaf. "Pintunya tidak ditutup tadi, jadi aku masuk saja sekalian melihat keadaanmu," ucapnya. "Tenanglah, adikku tersayang. Aku hanya ingin membantu. Aku tahu kau sedang dalam masalah besar.""Membantu?" Sofia mendengus. "Sejak kapan kau peduli padaku? Kau hanya senang melihat aku terpuruk, kan?"Julian mengangkat bahu. "Tent

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 109

    Antonio tiba di markas Salvatore dengan langkah tegap. Tubuhnya masih terasa lelah setelah perjalanan panjang, tapi dia tahu informasi yang dibawanya terlalu penting untuk ditunda. Begitu masuk ke ruang utama, dia melihat Salvatore duduk santai sambil berbincang dengan Valeria. Pemandangan itu membuat alis Antonio mengerut tajam."Tuan, kita perlu bicara," ujar Antonio dengan nada serius, mengabaikan keberadaan Valeria.Salvatore menoleh, mengangkat alis. "Kau kembali lebih awal, sudah dapat apa yang kau cari?"Salvatore memberikan kode ke Antonio untuk menyapa Valeria. Bagaimanapun juga, Valeria akan menjadi bagiannya, Antonio harus tahu untuk menjaga sikapnya.Antonio hanya mengangguk singkat kepada Valeria, ekspresinya tetap dingin. Valeria, yang menyadari ketegangan pria itu, hanya memberikan senyuman kecil sebelum berdiri."Sepertinya ini pembicaraan penting. Aku akan menunggu di luar," ucap Valeria sambil melangkah pergi.Setelah Valer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 110

    "Dia adikmu?" tanya Valeria setelah menghampiri Salvatore yang sudah sendirian. Valeria duduk di sampingnya.Salvatore menarik pinggangnya untuk mendekat. "Dia Antonio, bisa dibilang ..., mungkin tepatnya dia adalah teman daripada bawahan.""Kalian terlihat seperti bersaudara, dari segi wajah yang sedikit mirip, sikap pun begitu."Salvatore terkekeh. "Itu mungkin karena kita sudah terlalu lama bersama. Sejak awal, kita berdua berjalan bersama membangun semua ini. Banyak yang bilang begitu, kita memang sudah seperti saudara.""Dia adalah orang penting untukmu," ucap Valeria.Salvatore menoleh menatap Valeria. "Ya, sangat penting begitu juga dengamu, Dolcezza."Valeria memeluk Salvatore dan menaruh kepalanya di dada Salvatore. "Lain kali, ceritakan semuanya kepadaku, aku ingin tau semua tentangmu."Salvatore tersemyum lalu mengecup kepala Valeria. "Baiklah, aku pastikan tidak ada satupun yang terlewatkan."Hening setelah beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 111

    Giovani Ricci duduk di ruang tamu luas milik Salvatore, wajahnya menunjukkan kelelahan dan rasa putus asa yang mendalam. Pria itu, yang dulu memandang rendah siapa pun di luar lingkaran keluarganya, kini harus menelan harga dirinya dan meminta bantuan.RC Group semakin menurun dan Giovani sudah kehabisan akal untuk membuatnya tetap berdiri. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.Salvatore, dengan sikap tenang dan dingin, duduk di hadapannya sambil menyesap anggur merah dari gelas kristalnya. "Giovani, aku paham situasimu. Tapi aku tidak yakin ada yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan RC Group."Giovani menggeleng lemah. "Salvatore, kau tahu aku tidak akan datang ke sini jika aku tidak benar-benar terdesak. Aku hanya butuh sedikit suntikan dana, agar kami bisa memulihkan sebagian bisnis dan membangun kembali reputasi kami. Kau tahu bahwa kita pernah bekerja sama dengan baik di masa lalu."Salvatore menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap Giovani dengan ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   EPILOG

    Lima Tahun Kemudian ....Di markas Il Leone d'Ombra, seorang gadis kecil duduk di samping seorang pria bertubuh kekar. Suasana ruangan itu penuh dengan aroma logam dan minyak senjata, namun gadis kecil itu tampak tidak terganggu sedikit pun.Antonio, pria yang tengah merapikan senjata, berkali-kali menarik napas panjang. Di sebelahnya, Elettra—gadis kecil berusia lima tahun dengan rambut ikal kecokelatan dan mata secerah musim semi—terus berbicara tanpa jeda."Uncle Antonio, kenapa peluru ini warnanya beda? Apa senjatanya juga beda? Kalau senjata ini bisa buat tembak monster nggak? Kenapa di sini gelap banget? Uncle nggak takut hantu?"Antonio menghela napas, berusaha tetap fokus membersihkan senjatanya. "Elettra, bukankah kau seharusnya menggambar atau bermain boneka? Anak seusiamu biasanya tidak tertarik pada senjata.""Aku bukan anak kecil biasa, Uncle. Aku Elettra Marino! Aku harus tahu semuanya supaya bisa melindungi Mommy dan Daddy. Kalau Uncle nggak mau jawab, aku tanya sama Da

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 210

    Elena menangis tak henti-henti di pelukan Lorenzo. Tubuhnya bergetar, wajahnya penuh kekhawatiran."Tuhan, jangan ambil putriku ..., jangan ambil cucuku ...," isaknya berulang kali.Lorenzo mencoba menenangkan istrinya, meski dalam hatinya sendiri ada badai yang tak kalah hebat. "Tenanglah, sayang. Valeria perempuan yang kuat. Dia akan baik-baik saja." Meski suaranya terdengar tenang, genggaman tangannya pada bahu Elena menunjukkan betapa kerasnya dia menahan diri untuk tidak ikut larut dalam kepanikan.Sementara itu, Anna mondar-mandir di koridor rumah sakit. Setiap detik terasa seperti menit, setiap menit terasa seperti jam."Kenapa lama sekali? Kenapa belum ada kabar?" Anna bergumam, tatapannya kosong.Di tengah semua kegaduhan itu, Salvatore justru terdiam. Dia berdiri di sudut ruangan, tubuhnya kaku seperti patung. Matanya tertuju pada pintu ruang operasi, seolah menunggu keajaiban. Namun, dalam keheningannya, tubuhnya gemetar. Keringat dingin membasahi pelipisnya."Valeria ...,

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 209

    Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Kini perut Valeria sudah semakin membesar, hampir memasuki usia delapan bulan.Musim semi menghiasi kota dengan udara hangat dan bunga bermekaran. Valeria duduk di bangku kayu di tepi jalan, menikmati es krim stroberi yang mencair perlahan di tangannya.Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Di sampingnya, Salvatore duduk santai, sesekali menyeka tetesan es krim yang hampir jatuh ke gaun Valeria."Kau tahu, Salvatore," ucap Valeria sambil menjilati sendok es krimnya. "Aku berharap anak kita nanti suka es krim sepertiku. Bagaimana menurutmu?"Salvatore tertawa kecil. "Kalau begitu, aku harus siap-siap mengisi freezer penuh es krim. Anak kita akan jadi pecinta es krim garis keras sepertimu."Valeria tertawa terbahak. Suara tawanya menggema lembut di tengah keramaian jalan. Beberapa orang yang lewat ikut tersenyum melihat pasangan itu, seolah kebahagiaan mereka menular.Tas belanja di kaki mereka penuh dengan perlengkapan ba

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 208

    Matahari mulai tenggelam, menciptakan gradasi oranye dan ungu di langit senja. Salvatore duduk di kursi balkon kamar Valeria, memandangi langit dengan tatapan kosong.Angin sore berhembus lembut, namun tidak mampu mendinginkan pikirannya yang berkecamuk. Kata-kata Julian terus terngiang di kepalanya, mengalun seperti nada minor yang menghantui."Lepaskan Sofia .... Hentikan penyiksaannya ...."Salvatore memijit pelipisnya. Rasa pusing itu kembali datang, semakin tajam seiring bayangan-bayangan samar yang muncul. Wajah Sofia, jeruji penjara, dan suara erangan kesakitan yang entah berasal dari mana. Apa benar semua itu ulahnya?Dia mendesah panjang, rasa bersalah mulai merayapi hatinya. Bagaimana mungkin dia mencintai Valeria namun di saat yang sama menyakiti orang lain? Apakah ini sisi gelapnya yang tersembunyi?"Salvatore?"Suara lembut Valeria membuyarkan lamunannya. Salvatore menoleh, melihat Valeria berdiri di sampingnya dengan segelas jus segar di tangannya. Senyum perempuan itu t

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 207

    Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit, Salvatore dan Valeria keluar dengan senyum lega. Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi mereka baik-baik saja. Kaki Salvatore hanya memerlukan sedikit terapi, dan kehamilan Valeria dalam keadaan sehat. Beban yang sempat menggantung di benak mereka pun perlahan terangkat."Ayo, kita makan siang. Aku sudah lapar," ujar Valeria ceria, menggenggam tangan Salvatore dengan erat."Aku juga," Salvatore tersenyum hangat. "Ada restoran di sekitar sini yang katanya enak. Mau coba?""Tahu darimana?""Tadi aku sempat mendengar percakapan orang di rumah sakit. Mau coba makan di sana?"Valeria mengangguk antusias. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju restoran kecil berdesain klasik yang tak jauh dari rumah sakit. Suasananya tenang dengan dekorasi kayu dan jendela besar yang menghadap ke taman kota.Mereka memilih meja di dekat jendela, menikmati pemandangan hijau di luar sembari menunggu pesanan datang. Percakapan ringan mengalir, sesekali diiringi

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 206

    Sinar matahari pagi menerobos jendela ruang makan, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di atas meja kayu panjang yang telah dipenuhi oleh berbagai hidangan sarapan. Aroma roti panggang yang baru matang, telur dadar lembut, dan kopi hitam pekat menguar di udara, memberikan suasana hangat di rumah keluarga Valeria.Di ujung meja, Salvatore duduk dengan rapi dalam setelan kasual, mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku dan celana panjang gelap. Di sebelahnya, Valeria tampak anggun dalam gaun sederhana berwarna pastel yang lembut membungkus tubuhnya yang kini tengah mengandung. Tangannya sesekali mengusap perutnya yang mulai membuncit, seolah secara naluriah melindungi kehidupan kecil di dalamnya.Elena meletakkan cangkir kopi di depannya, kemudian duduk di samping Lorenzo. Giulia dan Roberto juga telah mengambil tempat, memulai sarapan dengan senda gurau kecil."Kalian tampak rapi pagi ini." Elena membuka percakapan dengan senyum keibuan. "Ada acara khusus?"Valeria dan Sa

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 205

    Kamar tidur itu terasa hangat dengan cahaya lembut yang memancar dari lampu meja. Udara malam yang sejuk menyusup melalui jendela yang sedikit terbuka, menggoyangkan tirai tipis yang mengalir seperti ombak tenang. Di depan cermin besar yang terpasang di dinding, Valeria berdiri dengan ekspresi frustrasi.Tangannya sibuk menarik-narik gaun berwarna pastel yang kini tampak terlalu ketat di bagian perutnya yang membuncit. Pakaian lain berserakan di sekitar kakinya, menandakan betapa keras usahanya untuk menemukan sesuatu yang nyaman dikenakan."Kenapa sih nggak ada satu pun yang muat? Apa aku harus pakai bajunya Aunty Giulia aja mulai sekarang?" Valeria mengomel sendiri, wajahnya berkerut lucu.Pintu kamar berderit pelan, dan Salvatore muncul di ambang pintu. Langkahnya tenang, namun sorot matanya dipenuhi rasa cinta yang mendalam.Setelah percakapannya dengan Lorenzo di tepi kolam, perasaannya seolah memuncak—seakan ada benang merah yang mengikat hatinya lebih erat kepada Valeria. Rasa

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 204

    Malam merambat pelan, membawa kesunyian yang menenangkan di sekitar rumah keluarga Morreti. Angin sepoi-sepoi membelai permukaan kolam renang, menciptakan riak-riak kecil yang memantulkan cahaya bulan. Di tepi kolam itu, Salvatore duduk di bangku kayu, membiarkan pikirannya melayang.Bersama semua kegugupan dan ketakutannya, akhirnya dia merasa lega. Keluarga Valeria menerima dirinya apa adanya, tanpa perlu embel-embel masa lalu yang tidak bisa diingatnya. Namun, di tengah kelegaan itu, terselip perasaan kosong—seperti ada bagian dirinya yang masih hilang di dalam kabut ingatan yang gelap."Kau sendirian di sini?"Suara berat namun lembut itu membuat Salvatore menoleh. Lorenzo berdiri di belakangnya, membawa dua gelas wine di tangannya. Wajahnya tampak tenang, namun di balik mata yang bijak itu, ada rasa lelah yang terpendam."Ya, aku hanya ..., mencoba menenangkan diri dan mencari udara segar." Salvatore tersenyum tipis.Lorenzo menyerahkan salah satu gelas wine kepada Salvatore dan

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 203

    Sebuah mobil hitam mengawal perjalanan Salvatore menuju ke kediaman Morreti dan rombongan lainnya kembali ke markas. Morgan yang duduk di belakang kemudi sesekali melirik Salvatore lewat kaca spion, melihat pria itu menggigit bibir bawahnya, tanda jelas kegugupan."Hei, tenang saja." Morgan membuka percakapan, mencoba mencairkan suasana. "Keluarga Valeria tidak menggigit, kok."Salvatore menghela napas panjang. "Itu bukan masalahnya. Aku tidak ingat apa-apa. Bagaimana kalau aku salah bicara? Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku?"Valeria, yang duduk di samping Salvatore, menggenggam tangannya erat. "Kau tidak perlu khawatir. Mereka akan mencintaimu, Salvatore. Lagipula, aku di sini bersamamu."Salvatore menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh keyakinan Valeria. Perlahan, kegugupannya sedikit mereda."Kalau begitu, jangan tinggalkan aku, ya?" bisik Salvatore, suaranya penuh harap."Tidak akan." Valeria tersenyum lembut.Morgan sedikit merinding dan tertawa geli diam-diam. Salv

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status