Share

Bab 107

Penulis: Lee Sizunii
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 06:36:30

Julian duduk santai di sebuah restoran mewah, mengenakan setelan kasual namun tetap terlihat mahal. Di hadapannya, Margareta sedang memainkan gelas anggur merah, senyum tipis tersungging di wajahnya.

Hubungan mereka memang tak lagi sama seperti dulu, tapi keduanya masih saling memanfaatkan. Margareta membutuhkan dukungan finansial Julian, sementara Julian membutuhkan penghibur di tengah kekacauan hidupnya.

"Jadi, adik kecilku Sofia akhirnya kena batunya." Julian menyeringai kecil sambil menyesap minumannya. "Dia terlalu sombong. Aku tahu ini akan terjadi."

Margareta menatap Julian dengan penuh minat. "Tapi bukankah ini buruk untuk keluargamu? RC Group semakin hancur, Julian. Jika Sofia jatuh, bagaimana dengan nama keluargamu?"

Julian mendengus sambil mengangkat bahu. "Aku tidak peduli dengan nama keluarga. Aku sudah keluar dari perusahaan itu dan mereka juga sudah membuang ku. Lagi pula, Sofia pantas mendapatkannya. Dia selalu merasa lebih baik dariku. Sekarang, dia tahu rasanya berad
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 108

    Julian mendatangi Sofia di apartemennya yang mewah namun terasa hampa sejak berita skandal itu mencuat. Sofia tampak kusut, rambutnya diikat asal, dan wajahnya penuh kemarahan yang tak bisa disembunyikan. Julian masuk tanpa diundang, menyeringai puas melihat kondisi adiknya."Wah, Sofia Ricci yang anggun dan sempurna. Sepertinya citra itu sudah hancur berkeping-keping," Julian berkata sambil duduk santai di sofa.Sofia menatapnya tajam. "Apa yang kau mau, Julian? Kalau hanya datang untuk mengejekku, lebih baik kau keluar. Jangan sembarangan masuk ke dalam rumahku."Julian tertawa kecil, lalu mengangkat tangannya seolah meminta maaf. "Pintunya tidak ditutup tadi, jadi aku masuk saja sekalian melihat keadaanmu," ucapnya. "Tenanglah, adikku tersayang. Aku hanya ingin membantu. Aku tahu kau sedang dalam masalah besar.""Membantu?" Sofia mendengus. "Sejak kapan kau peduli padaku? Kau hanya senang melihat aku terpuruk, kan?"Julian mengangkat bahu. "Tent

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 109

    Antonio tiba di markas Salvatore dengan langkah tegap. Tubuhnya masih terasa lelah setelah perjalanan panjang, tapi dia tahu informasi yang dibawanya terlalu penting untuk ditunda. Begitu masuk ke ruang utama, dia melihat Salvatore duduk santai sambil berbincang dengan Valeria. Pemandangan itu membuat alis Antonio mengerut tajam."Tuan, kita perlu bicara," ujar Antonio dengan nada serius, mengabaikan keberadaan Valeria.Salvatore menoleh, mengangkat alis. "Kau kembali lebih awal, sudah dapat apa yang kau cari?"Salvatore memberikan kode ke Antonio untuk menyapa Valeria. Bagaimanapun juga, Valeria akan menjadi bagiannya, Antonio harus tahu untuk menjaga sikapnya.Antonio hanya mengangguk singkat kepada Valeria, ekspresinya tetap dingin. Valeria, yang menyadari ketegangan pria itu, hanya memberikan senyuman kecil sebelum berdiri."Sepertinya ini pembicaraan penting. Aku akan menunggu di luar," ucap Valeria sambil melangkah pergi.Setelah Valer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 110

    "Dia adikmu?" tanya Valeria setelah menghampiri Salvatore yang sudah sendirian. Valeria duduk di sampingnya.Salvatore menarik pinggangnya untuk mendekat. "Dia Antonio, bisa dibilang ..., mungkin tepatnya dia adalah teman daripada bawahan.""Kalian terlihat seperti bersaudara, dari segi wajah yang sedikit mirip, sikap pun begitu."Salvatore terkekeh. "Itu mungkin karena kita sudah terlalu lama bersama. Sejak awal, kita berdua berjalan bersama membangun semua ini. Banyak yang bilang begitu, kita memang sudah seperti saudara.""Dia adalah orang penting untukmu," ucap Valeria.Salvatore menoleh menatap Valeria. "Ya, sangat penting begitu juga dengamu, Dolcezza."Valeria memeluk Salvatore dan menaruh kepalanya di dada Salvatore. "Lain kali, ceritakan semuanya kepadaku, aku ingin tau semua tentangmu."Salvatore tersemyum lalu mengecup kepala Valeria. "Baiklah, aku pastikan tidak ada satupun yang terlewatkan."Hening setelah beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 111

    Giovani Ricci duduk di ruang tamu luas milik Salvatore, wajahnya menunjukkan kelelahan dan rasa putus asa yang mendalam. Pria itu, yang dulu memandang rendah siapa pun di luar lingkaran keluarganya, kini harus menelan harga dirinya dan meminta bantuan.RC Group semakin menurun dan Giovani sudah kehabisan akal untuk membuatnya tetap berdiri. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.Salvatore, dengan sikap tenang dan dingin, duduk di hadapannya sambil menyesap anggur merah dari gelas kristalnya. "Giovani, aku paham situasimu. Tapi aku tidak yakin ada yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan RC Group."Giovani menggeleng lemah. "Salvatore, kau tahu aku tidak akan datang ke sini jika aku tidak benar-benar terdesak. Aku hanya butuh sedikit suntikan dana, agar kami bisa memulihkan sebagian bisnis dan membangun kembali reputasi kami. Kau tahu bahwa kita pernah bekerja sama dengan baik di masa lalu."Salvatore menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap Giovani dengan ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 112

    Malam itu, ballroom megah dipenuhi oleh deretan pengusaha dan kolega terkenal di Milan. Para tamu berbincang sambil menikmati anggur berkualitas dan hidangan mewah yang disajikan. Valeria hadir bersama keluarganya, mengenakan gaun hitam elegan yang membuat penampilannya terlihat luar biasa. Dia berjalan anggun di samping Lorenzo, Elena, Giulia, dan Roberto Morreti.Keberadaan Valeria menjadi sorotan malam itu. Para tamu terpesona oleh kecerdasannya yang membawa Morreti Club mencapai puncak kejayaan dalam waktu singkat. Beberapa pebisnis terkemuka bahkan tidak ragu memuji langsung."Nona Valeria, Anda sungguh luar biasa," salah satu tamu menyapa dengan ramah. "Morreti Club benar-benar beruntung memiliki Anda sebagai pemimpin.""Terima kasih," jawab Valeria sopan, meskipun dalam hati dia sedikit lelah dengan perhatian yang terus-menerus tertuju padanya."Ya, kita sendiri dangat bangga memilikinya," ucap Roberto lalu menepuk punggung Valeria."Keponakan kita memang tidak ada tandingannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 113

    Valeria menatap layar ponselnya dengan ekspresi sedikit terkejut. Ia membuka tautan yang dikirim Mona, dan benar saja, ada artikel dengan judul mencolok: "CEO Cantik Morreti Club Bermesraan dengan Seorang Pebisnis di Depan Restoran Mewah!"Gambar dirinya bersama Salvatore terpampang jelas. Valeria merasa bingung, terutama saat dia menyadari bisik-bisik di sekitarnya semakin nyaring. Para tamu di pesta mulai saling berbisik sambil melirik ke arahnya. Beberapa bahkan tidak segan-segan menatapnya dengan ekspresi penasaran atau menghakimi.Apa yang membuat ini telihat serius? Dia dan Salvatore memang berpacaran meskipun banyak yang tidak tahu akan hal itu. Ternyata yang membuat topik itu menghangat adalah banyaknya komentar jahat yang mengatakan hal-hal buruk tentang Valeria. Sepertinya memang dirancang untuk menjatuhkan citra Valeria."Pekerjaan siapa lagi? Sofia? Julian? Atau Amara?" gumam Valeria menggeser layar ponselnya dengan malas.Hal itu tidak akan membuat dia jatuh. Mereka salah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 114

    Di tempat lain, Sofia Ricci sedang duduk di ruang kerjanya dengan ekspresi gelisah. Ponselnya di atas meja bergetar tanpa henti, menampilkan notifikasi berita yang terus bermunculan. Di sampingnya, Julian tampak gelisah sambil membaca artikel yang baru saja diunggah."Apa-apaan ini, Sofia?!" Julian melempar ponselnya ke sofa dengan wajah kesal. "Kita bayar mahal untuk artikel itu agar Valeria terlihat buruk, tapi lihat apa yang terjadi sekarang!"Sofia yang sedang meneguk segelas anggur menatap Julian dengan tajam. "Aku tidak tahu Salvatore akan bertindak sejauh ini. Dia melamarnya di depan semua orang! Itu membuat artikel kita jadi tak berarti sama sekali."Julian mendengus, lalu berjalan mondar-mandir di ruangan itu. "Kau tahu apa yang paling menjengkelkan? Selama ini aku berpikir dia hanya sedang bersenang-senang dengan Valeria. Ternyata mereka sudah lama bersama. Bahkan, dia melamarnya! Apa yang dilihat Salvatore dari dia? Valeria itu dulu hanya seorang janda gemuk yang ..., yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 115

    Setelah melamar Valeria di tengah pesta megah, Salvatore mendekati Lorenzo dan Elena untuk meminta izin membawa Valeria pergi. Dengan senyum lembut, Lorenzo menepuk pundak Salvatore. "Bawa dia pergi, Salvatore. Tapi jangan lupa, Valeria adalah permata keluarga kami. Jaga dia baik-baik."Salvatore tersenyum percaya diri dan menjawab, "Tentu saja, Tuan Morreti. Saya tidak akan pernah mengecewakan kalian."Valeria yang masih terkejut dan terharu dengan lamaran tadi hanya bisa mengangguk ketika Salvatore mengajaknya pergi. "Kemana kita?" tanyanya penasaran.Salvatore hanya tersenyum misterius. "Kau akan tahu nanti."Mobil hitam milik Salvatore sudah terparkir di halaman hotel. Mereka segera masuk ke mobil dan sang sopir langsung melajukan mobil ke jalan raya.Beberapa jam kemudian, Salvatore dan Valeria tiba di dermaga kecil yang menghadap ke Danau Como. Sebuah kapal mewah telah disiapkan di sana, dengan penerangan lembut dan suasana yang romantis. Valeria terkejut, matanya membelalak mel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 195

    Matahari siang di Milan menyinari jendela kamar rumah sakit, menciptakan bayangan lembut di lantai keramik putih. Sofia duduk di tepi ranjangnya, jemarinya gemetar saat merapikan pakaian ke dalam koper kecil. Tubuhnya sudah membaik, dan sesuai keputusan pengadilan, hari ini dia harus kembali ke penjara.Isabella, ibunya, dengan sabar membantu melipat baju dan memasukkannya ke dalam koper. Namun, keheningan di antara mereka terasa berat.Tak ada lagi percakapan ringan atau tawa seperti dulu. Hanya suara gesekan kain dan resleting koper yang mengisi ruangan.Pintu kamar terbuka perlahan. Julian, muncul di ambang pintu dengan ekspresi datar. "Mom, dokter memanggilmu," katanya singkat.Isabella menoleh, sejenak ragu. "Julian, tolong bantu adikmu berkemas, ya? Mommy akan segera kembali."Tanpa menunggu jawaban, Isabella melangkah keluar, meninggalkan Julian dan Sofia berdua.Julian mengambil alih koper, tangannya dengan terampil memasukkan barang-barang Sofia tanpa suara. Gerakannya efisie

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 194

    Musim semi di Jepang selalu memancarkan pesona tersendiri. Bunga sakura yang bermekaran, angin sepoi-sepoi yang membawa harum bunga, dan sinar matahari yang hangat menyelimuti halaman rumah sakit.Valeria duduk di kursi roda, menikmati pemandangan itu dengan senyum tipis di wajahnya. Firgo mendorong kursi rodanya perlahan, memastikan Valeria merasa nyaman."Indah, ya?" gumam Valeria, matanya tak lepas dari kelopak bunga sakura yang beterbangan tertiup angin."Memang," jawab Firgo. "Seindah keberanianmu malam itu. Kau tahu, aku masih tidak habis pikir kenapa kau begitu nekat."Valeria menoleh, keningnya sedikit berkerut. "Kau marah padaku?""Bukan marah." Firgo menghela napas. "Lebih ke jengkel. Kau tidak memikirkan keselamatanmu sendiri dan itu membuat panik seluruh pasukan saat melihatmu berlari ke arah Tuan Salvatore dan menodong pria yang menyerangnya dengan pistol. Tapi ..., aku salut. Kau benar-benar berbeda dari kebanyakan wanita."Valeria tersenyum. "Aku hanya melakukan apa yan

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 193

    Antonio berdiri di samping brankar tidurnya, tubuhnya yang masih dipenuhi perban bergerak perlahan saat dia mengganti pakaian rumah sakit dengan setelan kasual. Luka-luka di tubuhnya masih terlihat jelas, namun dia sepertinya tidak terganggu dengan itu. Pintu kamar rawat terbuka perlahan, dan Salvatore masuk dengan langkah hati-hati."Kau sudah mau pergi?" tanya Salvatore dengan nada khawatir.Antonio tersenyum tipis. "Aku sudah terlalu lama di sini. Ada banyak hal yang harus kuurus."Salvatore berjalan mendekat, meski kakinya masih gemetar, ia mencoba menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. "Biar aku yang bantu. Apa yang bisa kulakukan?""Tidak perlu." Antonio menggeleng pelan, memasukkan kemejanya ke dalam celana. "Kau percayalah padaku. Aku akan mengurus semuanya. Saat ini, yang perlu kau lakukan adalah fokus pada kesembuhanmu."Salvatore menghela napas. "Tapi—""Jangan khawatir." Antonio menepuk bahu Salvatore, "kita sudah sejauh ini. Kau hanya perlu pulih dulu. Biar aku yang jaga se

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 192

    Sinar matahari sore menembus jendela rumah sakit, memberikan kilau hangat di ruangan putih yang biasanya terasa dingin. Salvatore mendorong pintu perlahan, mencoba tidak membuat suara yang mengganggu. Matanya langsung tertuju pada Valeria, yang masih terbaring di ranjangnya dengan wajah pucat namun tersenyum manis begitu melihatnya."Hei," sapa Salvatore dengan lembut.Valeria langsung menoleh ke arahnya dan tersenyum ceria. Senyuman itu—senyuman yang sejak dulu selalu membuatnya merasa tenang, Salvatore mengingat rasa itu. Namun senyuman itu kini justru membuat dadanya berdegup lebih kencang.Valeria membalas sapaan itu dengan suara pelan. "Kau kembali.""Ya, bagaimana keadaanmu? Merasa lebih baik?"Valeria mengangguk pelan. "Hm, lebih baik daripada kemarin."Salvatore mengangkat kantong belanja di tangannya. "Aku membawakanmu makanan dan buah-buahan. Juga susu vanilla, seperti yang kau inginkan."Tatapan Valeria berbinar. "Susu vanilla? Kau ingat?"Salvatore tersipu, meletakkan bara

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 191

    Firgo mengetuk pintu kamar rawat inap Valeria sebelum masuk. Wajahnya tenang, tetapi matanya menyiratkan kekhawatiran. Dia menyerahkan telepon genggamnya kepada Valeria. "Morgan ingin bicara."Valeria mengangkat alis, "Oh, sepertinya akan ada sesi ceramah gratis."Begitu telepon menempel di telinganya, suara Morgan langsung terdengar—keras dan penuh emosi."Valeria! Apa yang kau pikirkan?! Pergi tanpa bilang apa-apa, ikut operasi berbahaya dalam keadaan hamil pula! Kau tahu betapa gilanya aku mencari-cari kabar tentangmu?!"Valeria menarik napas panjang, memegang telepon dengan satu tangan, sementara tangan lainnya dengan lembut mengelus perutnya yang masih terasa perih. "Aku baik-baik saja, Morgan. Kau tidak perlu berteriak begitu.""Jangan bilang aku tidak perlu berteriak! Kau pikir ini lelucon? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?! Dan bayi itu?!" Di ujung sana Morgan sedang mondar-mandir di lobi markas Il Leone d'Ombra.Senyum kecil menghiasi wajah Valeria. "Bayi ini baik-baik s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 190

    Valeria membuka matanya perlahan. Cahaya lampu kamar rawat terasa menyilaukan, tetapi bukan itu yang membuatnya tercekat. Di sampingnya, Salvatore duduk dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Tatapan pria itu tajam, tetapi terselip kegelisahan yang sulit disembunyikan."Salvatore ...." Suara Valeria serak, hampir berbisik. "Bagaimana dengan bayiku?"Begitu mendengar suaranya, Salvatore langsung menggenggam tangannya erat. "Kau sudah sadar? Dia ..., baik-baik saja."Valeria menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Rasa sakit di perutnya masih terasa, tetapi lebih dari itu, ada perasaan lain yang membuat dadanya sesak—haru, rindu, dan kelegaan yang begitu mendalam.Salvatore ada di sini.Tangannya gemetar saat dia mengangkatnya, menyentuh pipi pria itu dengan lembut. "Aku ..., aku pikir aku tak akan pernah melihatmu lagi." Suaranya pecah dalam isakan kecil.Salvatore mengeraskan rahangnya, menahan emosinya sendiri. "Aku di sini. Aku ..., tidak akan ke mana-mana."Air mata Valeria ak

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 189

    Malam di Milan terasa dingin. Julian berjalan keluar dari rumah sakit dengan langkah tenang, tetapi pikirannya kacau. Ibunya masih di dalam, menjaga Sofia—adiknya yang telah menghancurkan hidupnya. Sang ayah, Giovani, bahkan tak peduli lagi dengan keluarga mereka sejak nama besar Ricci runtuh.Saat Julian hendak berjalan ke mobilnya, suara familiar menghentikan langkahnya."Julian?"Dia mendesah pelan, lalu menoleh. Margareta berdiri tak jauh darinya, mengenakan mantel mahal yang dulu mungkin ia beli dari uang Julian sendiri. Wajah wanita itu masih sama—cantik, angkuh, penuh percaya diri. Tapi Julian tak lagi melihatnya seperti dulu."Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya datar.Margareta tersenyum, mendekatinya dengan langkah gemulai. "Aku kebetulan lewat. Lalu aku melihatmu ..., jadi aku ingin menyapa."Julian mengangkat alis. "Kebetulan lewat di rumah sakit, malam-malam begini?" Nada suaranya terdengar sarkastik.Margareta tertawa kecil. "Aku ingin tahu ..., bagaimana keadaanmu s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 188

    Begitu roda pesawat menyentuh landasan Jepang, Salvatore segera bangkit dari kursinya. Dia tak peduli pada tubuhnya yang masih lemah, langkahnya langsung mengikuti para anak buah yang membawa Valeria ke luar pesawat dengan tandu.Udara malam Jepang yang dingin menusuk kulit, tetapi keringat dingin tetap mengalir di pelipisnya. Mereka semua bergerak cepat menuju kendaraan yang sudah disiapkan. Firgo sudah lebih dulu mengatur segalanya—termasuk mencari rumah sakit yang aman, tempat dokter-dokternya bisa dibayar untuk menutup mulut.Di perjalanan menuju rumah sakit, Salvatore duduk diam di samping Valeria. Matanya terus mengamati wajah wanita itu. Wajah yang seharusnya asing, tetapi justru terasa familiar. Wajah yang entah mengapa, menjadi yang pertama muncul dalam pikirannya saat dia mulai sadar dari kegelapan ingatannya yang hilang.Jika dia istriku… berarti aku sangat mencintainya, bukan?Tapi kenapa? Kenapa dia tidak bisa mengingatnya?Salvatore menggigit bibir bawahnya, frustrasi de

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 187

    Di dalam pesawat pribadi yang terbang di atas Samudra Pasifik, suasana terasa tegang. Lampu-lampu kabin berpendar samar, menciptakan bayangan-bayangan panjang di wajah-wajah yang kelelahan dan terluka.Di salah satu kursi, Valeria terbaring lemah dengan napas tersengal. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi dahinya, dan matanya sesekali terpejam menahan rasa sakit. Wanita itu sudah setengah kehilangan kesadarannya. Darah masih merembes dari perban darurat yang melilit perutnya, bukti dari luka yang Alessio tinggalkan.Salvatore duduk di sampingnya, menggenggam erat tangannya yang juga berlumuran darah. Jari-jarinya sedikit gemetar, bukan karena rasa takut, melainkan karena sesuatu yang mengusik pikirannya.Dia masih belum sepenuhnya memahami kenapa melihat Valeria seperti ini membuat hatinya terasa seakan diremas. Sebuah perasaan yang familiar, namun asing pada saat yang bersamaan.Antonio, yang duduk tak jauh dari mereka, tampak lelah dengan luka di lengannya yang terus mengalirk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status