Share

Bab 2

Penulis: Ayesha Razeeta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-05 11:19:37

Beberapa pelayan yang tadi sempat berada di sana dan menyaksikan semua yang terjadi mendekat dan menolong Alice.

Mereka semua ikut sedih tetapi tidak berani melakukan apa pun.

"Nyonya, maaf karena kami tidak melihat kondisi dapur sebelumya," kata salah seorang di antara mereka.

Alice berdiri dan menatap penampilannya yang semakin kacau, ia menghela napas dan menggeleng. "Bukan salah kalian. Pergilah, lanjutkan pekerjaan kalian lagi."

"Tapi, Nyonya Anda--"

"Tidak masalah, aku akan bersihkan dapur setelah itu membersih diri," potongnya cepat. Jika tidak segera membersihkan dapur, ibu mertuanya bisa kembali murka.

**

Setelah kejadian pagi tadi, Leonardo segera bergegas berangkat ke kantor.

"Selamat pagi, Pak," sambut wanita cantik dengan rambut sebahu.

Leonardo hanya mengangguk, dia bahkan tidak tertarik memperhatikan Dara terlalu lama. Wanita dengan setelan formal itu hanya tersenyum kecut, lalu menekan tombol paling atas untuk sampai ke ruangan CEO.

Sementara itu, pria yang berada di sebelah Leonardo hanya berdehem kecil lalu menatap Dara dengan tatapan peringat. Dia menyadari bahwa sekretaris Bosnya ini seperti sengaja menggoda dengan penampilannya yang aduhai seksi.

Dara yang tahu tatapan itu lantas memalingkan wajah dan kembali menatap lurus ke arah pintu.

Tidak berselang lama, pintu lift terbuka. Leonardo merapikan jas miliknya lalu melangkah keluar disusul oleh Bram dan juga Dara di belakangnya.

Tiba di meja miliknya, Dara meletakkan tas dan juga bersiap untuk duduk. Akan tetapi, belum juga bokongnya menempel, Leonardo memintanya menghadap ke dalam ruangannya.

"Dara, ikut ke ruangan!" seru Leonardo menatap sekilas sekretaris pribadinya.

Dara menoleh cepat dan berucap,"Baik. Saya ke ruangan Bapak setelah ini."

Selesai mendengar jawaban Dara, Leonardo dan Bram langsung berlalu dan masuk ke dalam ruangan.

Beberapa karyawan lain saling senggol, tatapan Dara pada Bos mereka jelas sekali terlihat sangat berbahaya. Dara bisa melihat dan juga mendengar mereka berbisik membicarakan dirinya. Tetapi, mana peduli dirinya dengan omongan itu?

"Kerjakan saja tugas kalian. Jangan terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain." Dara melangkah dengan anggun melewati mereka yang semakin tercengang atas ucapannya.

Dara sudah berdiri di depan pintu berukuran besar dengan cat berwarna hitam, beberapa kali menghela napas, setelahnya langsung mengetuk pintu dan masuk setelah mendengarkan perintah.

Dara mengucapkan salam lagi setelah berada di dalam ruangan. Tetapi, hanya Bram---Asisten Leonardo saja yang mengangguk.

Dara tetap tersenyum dan menoleh pada Bram. Pria yang tak kalah tampannya dari Leonardo itu tetap memberi senyuman hangat walau terkadang dia juga bisa memasang wajah garang.

"Dara, duduklah dan berikan hasil pekerjaanmu semalam," kata Bram pada Dara.

Dara melirik Leonardo dengan ekor matanya. Pria itu sama sekali tidak bisa tersentuh sama sekali. Dara menghela napas pelan kemudian duduk di hadapan Bram yang sudah siap dengan laporannya.

"Saya sudah mengerjakan seperti yang Pak Bram ajarkan. Silakan diperiksa dulu," ujar Dara masih tetap berharap Leonardo mendekat dan mereka duduk bertiga.

Bram meraih dokumen yang Dara berikan, kemudian kembali bertanya, "Kau sudah atur pertemuan Bos dengan tuan Arsen?"

Dara menoleh pada Leonardo dan mengangguk, setelah kembali patah hati karena Leonardo tidak juga menatapnya barulah Dara menjawab, "Saya sudah mengaturnya, Pak. Tuan Arsen meminta bertemu saat makan siang."

Leonardo mendengar dengan jelas apa yang Bram dan Dara bicarakan sejak tadi. Pertemuan dengan tuan Arsen adalah pertemuan yang sangat penting untuk kemajuan perusahaan miliknya. Kerja sama yang akan dilakukan akan menggemparkan perusahaan lain yang pernah menolak bekerja sama dengan dirinya.

"Baiklah, kalau begitu, atur semua dengan baik." Bram berdiri setelah memeriksa semua dokumen yang Dara kerjakan. Kemudian pria itu melangkah ke arah tengah ruangan dan berpamitan pada Bosnya.

"Bos, saya melanjutkan pekerjaan saya. Permisi." Bram undur diri setelah mendapatkan persetujuan.

Sekarang tinggallah Dara dan Leonardo berdua di dalam ruangan. Pria itu baru mengangkat wajah setelah Bram keluar dari ruang.

Dara mendekat dengan senyum merekah, bahkan Leonardo tidak tahu kapan Dara melepas satu kancing kemeja miliknya.

"Pak, Anda ingin kopi?" bisik Dara setengah menggoda. Bahkan wanita berambut sebahu itu sudah duduk di meja dengan gaya sensual.

Leonardo langsung bersandar di badan kursi dengan tangan bersedekap. Menatap datar Dara yang terus memainkan jemarinya di meja dengan cara mengetuk pelan.

Tidak tahan karena Leo tidak juga mengerti dengan keinginannya, Dara langsung menegakkan badan dan duduk di pangkuan Leonardo tanpa aba-aba.

"Jangan terlalu keras mendiami ku. Aku tidak suka." Dara ingin menyentuh wajah Leonardo, tetapi lebih cepat ditepis dan dicekal.

"Ingat, kau di mana, Dara. Bram bisa saja masuk dan melihat bagaimana kau dengan tidak sopan duduk di pangkuanku." Leonardo masih menatap Dara dengan tenang.

Dara mendengus kesal dan berucap, "Aku bosan berpura-pura setiap hari. Kenapa tidak kau katakan saja pada mereka kalau kita--"

"Turun!" potong Leonardo cepat.

Dara menarik napas panjang dan menggeleng. "Tidak! Aku ingin lebih lama bermesraan denganmu seperti ini."

Tidak membuang kesempatan, Dara kembali menjalankan aksinya. Ia membuat lingkaran dengan jarinya pada kemeja Leonardo. "Kau cepat sekali berubah Leo. Setidaknya biarkan aku bersamamu walaupun itu hanya sebentar."

Sekali lagi, Leonardo menghentikan gerakan jari Dara yang melingkar di kemejanya, lalu memintanya untuk berdiri.

"Turun, atau kau keluar dari ruanganku!" ucap Leonardo masih dengan tatapan teduh.

Dara sempat mengerucutkan bibir, tetapi ia menurut. Ini masih terlalu cepat untuk dia keluar dari ruangan Leonardo.

Leonardo melangkah melewati Dara, lalu berdiri di depan dinding besar dan terus menatap bangunan-bangunan megah di bawah sana.

Sementara itu, Dara langsung merapikan rok span sebatas lutut miliknya dan mengancing kembali kemejanya seperti semula. Setelah itu, ia melangkah dan berdiri di sebelah Leonardo.

Beberapa saat hening, Dara menoleh dan bertanya dengan serius, "Apakah kau sudah mencintai istrimu?"

"Itu bukan pekerjaanmu, Dara. Jadi, jangan tanyakan hal di luar tugasmu," jawab Leo seadanya.

Suami Alice itu, lantas membalikkan tubuh menghadap Dara sang sekretaris, "Keluarlah, buatkan aku kopi seperti biasa!"

Dara menghentakkan kaki, kesal. Dia tidak pernah mendapatkan jawaban memuaskan setiap kali menanyakan soal istri Leonardo.

"Leo, aku serius. Apakah karena itu, kau terus menolak ku sentuh?" tanya Dara dengan rasa tidak sabar.

"Pergilah, buatkan aku kopi seperti yang kau tawarkan tadi!"

Dara menghentakkan kaki kesal, keluar dari ruangan Leonardo. Sementara itu, Leonardo hanya terkekeh kecil, melihat tingkah Dara yang tidak menyerah sedikitpun.

"Dia memang berbeda," monolog Leonardo.

•••••

Alice sudah terlihat rapi walaupun dia hanya mengenakan pakaian sederhana. Rambut coklat miliknya diikat dengan pita berwarna cream kesukaannya.

Dengan langkah ragu, ia melangkah ke arah kamar ibu mertuanya. Menghela napas panjang lalu menghembuskan dengan pelan, Alice mengetuk pintu.

Luna membuka pintu dengan tatapan sinis, ia bersedekap dan menatap Alice malas. "Katakan apa maumu?" Luna mendengus pelan.

Alice tersenyum kecil dan berucap pelan, "Ibu, aku akan kerumah Ibuku. Mungkin pulang sedikit terlambat."

Luna menoleh cepat, seperti tidak terima dengan apa yang Alice katakan barusan. Ia mendekat dan menatap tajam menantunya. "Kau pasti beralasan agar tidak bekerja benarkan?"

Bab terkait

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 3

    Beberapa saat setelah berhasil keluar rumah. Alice yang sudah berada di dalam taxi lantas menghubungi Leonardo kembali. Namun, setelah beberapa kali mencoba, Leonardo masih belum menerima panggilan darinya. Tidak putus asa, Alice terus mencoba sampai berhasil. "Halo, Leo, apa kau sibuk?" Sumringah Alice ketika panggilannya mendapatkan respon. Alice mengerutkan kening karena bukan suara Leonardo yang menjawab panggilannya. Itu suara wanita yang seketika membuat perasaannya aneh. "Kau siapa? Di mana suamiku, Leonardo?" tanya Alice dengan wajah datar. Entah kenapa, tetapi suara di balik layar memberikan radar bahaya pada rumah tangganya. "Saya, Dara, Leon--" jawab Dara. Akan tetapi, ia tidak segera melanjutkan ucapannya karena suara Alice kembali terdengar. "Dara?" ulang Alice lagi. "Heum, Anda siapa ya?" Terdengar lagi suara Dara dari balik layar. Alice langsung mematikan panggilan dengan sepihak, ada perasaan yang aneh menyelimuti hatinya saat nama itu disebutkan. Apalagi, saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 4

    Dalam ruangan berukuran besar dengan barang-barang mewah di dalamnya. Pria berusia 60 tahunan sedang berdiri dengan tangan di belakang punggung. Ia sedikit mendongak dengan tatapan rindu dan penyesalan. Sesekali ia menghela napas pelan dan berucap sangat lirih, "Sayang, maafkan Ayah Nak. Kembalilah, Ayah merindukan dirimu." Tuan Oscar adalah salah satu pria terkaya di Eropa. Kekayaannya yang melimpah dan dengan usaha yang tersebar di mana-mana membuat hidupnya bergelimang harta. Namun, kepergian putri sulungnya menjadi salah satu cambuk terbesar di usia tua, yang harusnya di kelilingi oleh orang-orang terkasih. Sekali lagi, tatapan rindu itu begitu nampak jelas dari mata yang sudah mulai mengabur. "Kembalilah, Nak. Ayah sangat merindukan semua tentangmu." Tuan Oscar mengusap air matanya pelan. Putri sulungnya, menghilang begitu saja, bahkan sampai saat ini, dia tak tahu di mana keberadaan gadis cantiknya. Ia masih mengingat senyum manis putrinya. Lesung pipi kecil ketika ia terseny

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 5

    Delima keluar dari kamar suaminya, dengan wajah memerah. Ia tak menyangka Oscar begitu marah karena hal sepele seperti tadi. "Semua karena anak itu. Sudah tidak di sini, tetapi masih saja merepotkan," gerutu Delima melangkah ke arah dapur. Delima hanya ingin Silviana bahagia. Mendapatkan apa yang seharusnya putrinya memiliki. Kekayaannya, penghormatan dan juga cinta Arsen. Namun, pria angkuh itu selalu saja menolak menikahi putrinya dengan alasan yang tidak masuk akal menurutnya. Delima duduk dengan kepala semakin sakit. Seharian ia membujuk Silviana agar pulang ke rumah tetapi, putrinya itu tidak pernah mau mengindahkan perintahnya. Bahkan sekarang, Delima tidak tahu, di mana keberadaan Silvia. "Jangan terlalu tegang, Nyonya. Ada aku di sini," bisik seseorang di belakang Delima. Ibu kandung Silvia itu, langsung tersenyum merekah, bahkan masalah berat di kepala langsung menguap begitu saja. Ia mengangkat tangan dan menyentuh tangan kekar yang berada di pundaknya. Kekar dan kokoh

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 6

    Karena Alice tidak juga menjawab pertanyaan darinya. Leonardo berbalik dan melangkah ke arah nakas. Ia meraih sebuah paper bag dan meletakkan itu di pinggir ranjang."Bersihkan dirimu. Satu jam lagi, turun dan temui aku." Leonardo melangkah keluar dari kamar. Menghiraukan Alice yang masih tercengang menatap hadiah yang ia berikan.Alice menoleh ketika pintu tertutup. Ia masih tidak percaya dengan apa yang Leonardo berikan padanya. Perlahan ia melangkah ingin melihat apa isi paper bag dengan logo mahal di baliknya.Satu tarikan di bibir, menandakan hal baik. Ini pertama kalinya setelah mereka menikah. Gaun hitam tanpa lengan, terasa lembut dan Alice tahu ini sangat mahal."Dia memberiku gaun," gumam Alice tersenyum cerah. Ini adalah gaun terbaik yang ia terima dari Leonardo."Aku harus bersiap. Jangan sampai Leon, menunggu terlalu lama." Alice melangkah cepat ke kamar mandi. Ia lupa tadi telah hancur karena perlakuan mertuanya di bawah sana. Tidak lama setelah itu, Alice sudah selesai

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 7

    Melihat ada keributan. Pria dengan setelah jas berwarna biru gelas segera berlari untuk menengahi. Orang-orang yang sejak tadi juga penasaran dengan ayang yang terjadi ikut berdiri dan melangkah ke arah kerumunan.Alice menghela napas dalam. Ia berdoa semoga dalam kumpulan ini tidak seorang pun yang mengenali dirinya. Cukup Sartika yang tahu dengan latar belakang dirinya yang lama."Katakan kau datang dengan siapa Alice? Kenapa hanya diam saja?" Sartika tidak tahan dan langsung mendorong Alice dengan sebelah tangannya.Yang lain ikut terkejut, sebab mereka tidak menyangka Sartika karyawan baru begitu berani melakukan hal ini. "Bukankah ini istri tuan Leonardo?" ucap seorang wanita yang pernah menghadiri pernikahan tertutup Leonardo dan Alice tahun lalu.Sartika menoleh pada wanita yang berbicara barusan. Tatapannya penuh penuntutan. Ia sempat mendengar bahwa pemimpin mereka memang sudah memiliki istri. Tetapi, tidak satupun fotonya terlihat di laman web. Sartika menatap Alice lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 8

    Di tempat yang berbeda, Silviana baru saja memasuki halaman rumahnya dengan perasaan masih sangat kesal. Ia gagal lagi bertemu dengan Arsen padahal sudah menunggu begitu lama di lobi. Pria itu, menghilang melewati jalan lain dan membiarkan dirinya menunggu seperti orang bodoh sepanjang hari. Delima tersenyum ketika putrinya kembali ia tidak bisa memejamkan mata karena Silvia tidak bisa iamhibungo sepanjang hari. "Nak, akhirnya kamu pulang, kamu darimana saja?" tanya Delima menyambut Silvia yang baru saja memasukkan kunci mobil ke dalam tas kecil miliknya. Silvia menoleh, ini sudah larut dan ibunya belum tertidur. Ia juga melihat mini bar masih menyala. Silviana mendekat, ia mencium aroma ibunya dan benar seperti apa yang ia pikirkan. "Bu. Lihatlah usiamu. Ibu sudah tidak muda lagi, kenapa masih minum!" Silviana berjalan ke arah bar, ia ingin melihat berapa banyak yang ibunya habiskan, tetapi Delima segera menahan tangan putrinya dan menghadangnya. Silviana mengerutkan ken

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 9

    "Alice singkirkan tubuhmu." Leonardo menggerakkan tubuhnya pelan agar Alice melepas pelukannya. Namun, itu semakin membuat pelukan Alice semakin erat di pinggang suaminya. Sepanjang jalan, sepanjang itu juga Alice berada dalam pelukan suaminya. Dalam hati, ia berdoa jika jalan ke rumah semakin panjang dan dia bisa menempel lebih lama.Sebenarnya, sejak Leonardo menutup tubuhnya dengan jas, Alice sudah tersadar hanya saja dia enggan membuka mata karena tak ingin momen indah ini berakhir.Alice juga sadar jika ia memeluk tubuh suaminya, karena itulah, diam-diam ia tersenyum ketika Leonardo mengusap tubuhnya sesekali. 'Sudah aku katakan Leon, kamu akan jatuh cinta padaku nanti,' batin Alice kembali memejamkan mata dan mengeratkan pelukan.Sepanjang jalan, Alice yang awalnya masih pura-pura menutup mata akhirnya kembali terlelap, dia sungguh lelah karena seharian bekerja.Hingga mereka sampai di halaman rumah mewah nan megah, Leonardo masih menunggu Alice membuka mata. Ia dengan sabar d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 10

    Leonardo menggeleng pelan, ia tetap meneruskan aktifitasnya membenarkan dasinya yang terlihat miring. Setelah itu, setelah ia merasa semua terlihat baik, barulah ia mengenakan jas hitam yang sudah Alice siapkan beberapa menit yang lalu."Leon, aku boleh bertanya, tidak?" Alice masih tak berkedip menatap mata indah suaminya."Tanyakan saja."Alice meremas jarinya, lalu mendekat lebih rapat. "Apa kamu malu memiliki istri miskin sepertimu?"Leonardo menghentikan gerakan tangannya, ia menoleh pada Alice yang begitu ingin tahu jawaban apa yang harus ia keluarkan.Sementara Alice sudah berdebar, bukan tidak siap ditolak karena selama menikah dia selalu ditolak, hanya saja, jika ditatap lebih dalam, jantungnya seperti ingin berhenti berdetak."Kenapa menanyakan itu sekarang?"Alice berdecak kecil, ia sudah menebak jika ia akan kecewa akhirnya, "Kalau begitu, beri aku waktu untuk tampil cantik untukmu, ya. Aku--""Tidak perlu lakukan apa pun. Kerjakan saja tugasmu seperti biasa." Leonardo mel

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03

Bab terbaru

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 208

    Leonardo terdiam, ia menatap wajah istrinya yang semakin cantik meski anak-anak mereka telah menjadi remaja.Tangan kekar itu mengulur, mengusap lembut lengan sang istri lembut. “Dia adalah Sera.”“Apakah dia kerabat Bram? Aku merasa tidak asing dengan tatapan mata gadis itu, seperti aku pernah melihat tatapan itu sebelumnya,” kata Alice, “apakah aku salah jika aku merasa gadis kecil itu seperti tidak menyukaiku?”Leonardo memasang wajah datar, ia menatap istrinya dengan tatapan hangat, “Iya, dia adalah kerabat dari Bram,” katanya, “dan tatapan itu, bukan tatapan tidak suka, jangan berpikir terlalu jauh, ya.”Alice menggeleng. “Ya, aku harap salah menilai. Apakah dia anak dari saudara Bram? Atau–”“Dia adalah anak Bram,” jawab Leo segera.“Anak? Bram sudah menikah?” tanya Alice, ia bahkan hak pernah mendengar jika asisten suaminya menikah. Selama ini, mereka mengenal Bram sebagai praibaik, lalu sejak kapan Bram menikah dengan anak sebesar itu?“Tidak menikah, mereka memutuskan untuk t

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 207

    “Aku akan memikirkan ini dengan segera,” kata Bram pada akhirnya.Dara mengangguk. “Terima kasih, aku hanya ingin Sera baik-baik saja dan jauh dari mereka.”Dara teringat sesuatu. Ia menatap Bram dengan rasa khawatiran yang semakin mencuat. “Bram, bukankah kamu pergi menjemput pak Leo? Kamu tidak memberitahu siapa Sera padanya kan?” tanyanya serius.Bram terdiam, ia memaksa untuk tersenyum, “Dara, aku–”“Jangan katakan jika pak Leo sudah tahu siapa Sera, Bram?” Dara semakin khawatir, ia mencoba percaya pada Bram sepenuhnya.“Pak Leo sudah tahu,” jawabnya tanpa menoleh, pria itu sebenarnya lebih khawatir pada Alice, apalagi tatapannya tadi seolah sudah mengetahui semuanya.“Ba-bagaimana kamu bisa memberitahunya, Bram?” pekik Dara tertahan, takut jika Sera mendengar obrolan mereka.“Jika pak Leo tahu, istrinya sudah pasti–” Dara terdiam lagi, ia menatap Bram semakin lamat, “apakah kamu membawa Sera ke rumahnya? Kamu pergi membawa anakku mengantarnya ke rumah?”Leo membuang napas kasar,

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 206

    “Leon, siapa gadis yang bersama Bram tadi?” Alice yang hendak memejamkan mata menoleh ke belakang. Ia tidak bisa memejamkan mata mengingat tatapan gadis tadi padanya.“Dia Sera,” jawab Leo singkat, “ayo kita tidur.”Alice mengerutkan kening, tak biasa Leo seperti menolak obrolan mereka. Ibu dari tiga anak itu kembali berkata, “Sera? Aku tidak tahu jika Bram memiliki kekuarga–”“Alice, lebih baik kita–”“Aku hanya ingin tahu, tatapan gadis tadi seperti tidak asing,” imbuhnya, selama Bram bekerja dengannya, ia tak tahu jika pria itu memiliki keluarga.“Apakah dia keluarga Bram? Kenapa kita tidak tahu jika selama ini–”“Alice, kita bahas besok ya,” katanya, “aku sangat mengantuk dan lelah.” Leo meraih Alice dalam dekapannya, ia memeluk istrinya dan mulai memejamkan mata hingga tertidur dengan lelapnya.Alice mendesah pelan, ia menyesal karena telah memaksa Leo menjawab pertanyaan, “Maafkan aku, seharusnya tadi tidak memaksamu untuk menjawab,” gumamnya pelan seperti berbisik.Sementara it

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 205

    “Ibu … Damian jatuh cinta,” teriak jatuh Laila dari arah luar. Gadis berusia 18 tahun dengan suara melengking itu, berlari dengan sangat kencang.Alice yang masih berada di dapur sampai berdecak karena terkejut. “Ibu, aku yakin kak Laila sangat ditakuti di sekolahnya,” kata gadis kecil berusia sembilan tahu dengan susu di tangan kanannya.Alice menggeleng sembari meletakkan telunjuk di ujung bibir. “Jangan sampai kakakmu dengar, Ibu tidak ingin kamu mendapatkan masalah.”Clara mendengus kecil, “Dia sangat kejam, Ibu. Aku–”“Kamu membicarakanku, Clara?” Laila mendekat dengan tatapan memicing tajam pada adiknya. “Tidak. Mana mungkin aku berani membicarakan wanita angin badai sepertimu, Kak,” katanya dengan senyum yang manis.Laila membuang napas kasar, ia duduk di dekat Clara dan meraih gelas susu adiknya.“Itu milik–”“Mengalah saja. Andaikan dulu kamu lahir lelaki, kamu tidak akan menyusahkan aku,” ketusnya, ia tersenyum lega setelah menghabiskan susu milik adiknya.“Laila …,” tegur

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 204

    Alice membuang napas pelan, kemudian menatap Leo yang masih terpaku. Bibirnya tersenyum kecil, kemudian melirik pada mertuanya yang terlihat syok di belakang Leo.“Satu lagi,” kata Alice tetapi tatapannya lurus pada Leo, “aku tidak akan menjamin keselamatanmu. Bisnis, dan apa pun yang kamu perjuangkan selama ini, aku tidak akan bertanggung jawab lagi.”Dara mengepalkan tangan, ia semakin yakin jika Alice bukan wanita baik. “Kamu berani melakukan itu pada Pak Leo? Dia–”“Ini bukan untuknya, tetapi untukmu.” Alice menoleh ke arah Dara yang langsung terdiam.Tersenyum kecil, Alice mengulurkan tangan dan menepuk wajah Dara yang sudah bengkak dengan pelan. “Aku memperingatkan dirimu, Nona Dara. Keluargamu, mereka tidak bersalah tetapi dengan cerobohnya, kamu menyeret mereka dalam kebusukanmu.”Alisa mengerutkan kening, tahu jika Dara tak memiliki keluarga, lalu ancaman macam apa yang Alice katakan. Namun, ketika wanita yang terlalu menggilai kakaknya itu bersuara, rasa penasarannya terjawa

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 203

    Dara bersedekap, ia tak sabar menunggu kehadiran Leo. Dara yakin pria itu akan langsung datang apalagi ketika Alisa yang tak menjawab panggilan darinya.“Walaupun kakak datang, aku yakin dia akan langsung mengusirmu,” kata Alisa, ia sengaja tak menerima panggilan kakaknya, ingin melihat langsung apa yang akan kakaknya lakukan.Dara mendesah mengejek, “Kamu hanya tidak tahu sebesar apa kakakmu mencintaiku, Lisa. Aku yakin dia akan berlari dan meninggalkan istrinya yang sombong itu,” katanya percaya diri.“Oh, aku sangat tidak sabar. Jika benar seperti itu, kenapa harus datang ke sini? Kenapa tidak meminta kakakku datang ke tempatmu saja?” celetuk Lisa jengah.Dara terkekeh. Ia duduk dengan kaki menyilang. “Aku sengaja, aku ingin menunjukkan pada kalian jika Leo memang mencintaiku.”Alisa mendengus dingin, tetapi di dalam hati ia begitu takut dengan apa yang terjadi. Jika benar kakaknya datang, ia berjanji akan keluar dari perusahaan.Suara mobil terdengar, tidak hanya Dara dan Alisa, L

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 202

    Malam yang mereka nantikan akhirnya tiba. Keluarga inti telah hadir semua, kecuali Luna dan Delima. Delima jelas menolak dengan keras, sementara Luna, Leonardo tidak mengizinkan ibunya bergabung karena kesehatan.“Terima kasih atas jamuan yang sangat istimewa,” kata pihak dari lelaki. Mereka semua sudah berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam yang luar biasa.“Kita adalah keluarga. Menjamu keluarga dengan baik adalah kewajiban,” balas Amanda ramah, ia duduk di sebelah Silvia yang sejak tadi belum juga mengeluarkan suara.“Silvia, adalah putri kami, kebahagiaannya adalah kebahagiaan kami,” imbuh Amanda lagi.“Terima kasih Nyonya, Anda adalah Ibu yang baik,” timpal ibu Daniel, saya tidak mempermasalahkan nyonya Delima tidak hadir, saya akan berdoa atas kebahagiaan dirinya.”“Terima kasih, Bi. Saya sungguh sangat menyesal karena tidak bisa membawa ibu saya datang,” balas Silviana akhirnya.“Tidak apa. Aku mengerti,” katanya, “panggil aku Ibu, sebentar lagi kamu dan putraku ini ak

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 201

    “Bagaimana? Apakah ibu masih marah?” bisik Alice ketika suaminya sudah keluar dari dalam rumah. “Tidak. Ayo kita ke rumah ibu, aku sedikit sibuk hari ini dan kemungkinan akan datang terlambat.”“Bagaimana jika aku dan anak-anak bersama supir saja, pergilah bersama Alisa,” kata Alice kemudian.“Tidak masalah?”“Tidak, pergilah. Aku dan anak-anak akan bersama supir,” katanya lagi, meminta kedua anaknya untuk keluar.Leonardo meminta maaf karena dia benar-benar terburu-buru. Pria itu mendapat telepon mendadak dari Bram yang sudah berada di kantor lebih dulu.“Tolong hati-hati. Beritahu jika kalian sudah sampai, ya.” Leo memeluk istrinya, kemudian mencium kedua anaknya secara bergantian.“Hum. Pergilah! Aku tidak mau kalian terlambat.” ________Setelah kepergian Leo, Alice dan kedua anaknya pun berlalu setelah berpamitan kembali dengan Luna. Wanita itu, masih saja bersikap acuh pada sang menantu yang entah karena apa sebenarnya.“Ibu, ada apa dengan nenek?” tanya Damian.“Nenekmu baik-b

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 200

    “Sudah, lebih baik kita memikirkan masa depan. Arsen mungkin memang tidak ditakdirkan untuk menjadi menantu kita,” kata Amanda, “tetapi dia telah menjadi anak lelaki kita.”Oscar mengangguk, ia menyayangkan hal itu. Akan tetapi, tak menampik jika Leo juga sangat membanggakan. Pria itu begitu gigih dan hebatnya, hanya saja, memiliki hati yang begitu baik sehingga tak mampu menolak orang lain.“Sudahlah, aku ingin segera tidur. Aku berharap besok lagi, Laila dan Damian mengunjungiku. Aku ingin memberikan hadiah luar biasa di perayaan ulang tahun besok.”Amanda hanya berdehem, ia sama rindunya dengan sang suami, tetapi tidak bisa melakukan apa pun melihat Alice juga memiliki keluarga yang lain.Wanita itu, masih tetapi memikirkan kehidupan Delima yang terlihat tak sehat lagi, wanita itu bahkan sudah mengeluarkan dirinya dari perkumpulan para istri kalangan atas.“Delima, dia sungguh sulit dimengerti,” gumamnya, sedang sudah membiarkan mantan istri suaminya untuk menjadi ketua.________“

DMCA.com Protection Status