Share

Bab 5

Penulis: Ayesha Razeeta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-05 11:31:05

Delima keluar dari kamar suaminya, dengan wajah memerah. Ia tak menyangka Oscar begitu marah karena hal sepele seperti tadi.

"Semua karena anak itu. Sudah tidak di sini, tetapi masih saja merepotkan," gerutu Delima melangkah ke arah dapur.

Delima hanya ingin Silviana bahagia. Mendapatkan apa yang seharusnya putrinya memiliki. Kekayaannya, penghormatan dan juga cinta Arsen.

Namun, pria angkuh itu selalu saja menolak menikahi putrinya dengan alasan yang tidak masuk akal menurutnya.

Delima duduk dengan kepala semakin sakit. Seharian ia membujuk Silviana agar pulang ke rumah tetapi, putrinya itu tidak pernah mau mengindahkan perintahnya. Bahkan sekarang, Delima tidak tahu, di mana keberadaan Silvia.

"Jangan terlalu tegang, Nyonya. Ada aku di sini," bisik seseorang di belakang Delima.

Ibu kandung Silvia itu, langsung tersenyum merekah, bahkan masalah berat di kepala langsung menguap begitu saja. Ia mengangkat tangan dan menyentuh tangan kekar yang berada di pundaknya. Kekar dan kokoh rasanya.

"Bagaimana tidak. Oscar menolak mendekatkan Silvia dan Arsen. Padahal, aku sudah membayangkan menjadi orang terkaya jika Silvia menikah dengannya." Delima menoleh ke belakang hingga ia bertatapan langsung dengan pria yang baru datang.

Si pria menyeringai lalu berucap," Aku akan membantumu mendapatkan persetujuan darinya. Serahkan saja padaku."

Delima menyentuh tangan si pria lalu berucap senang. "Aku percaya padamu. Tolong bujuk Oscar agar Silvia mendapatkan Arsen."

"Baik. Serahkan saja padaku."

***

Sementara itu, di tempat yang berbeda. Alice baru saja sampai di rumah keluargaku Horison. Ia melangkah pelan agar tidak bertemu dengan mertua atau bahkan Leonardo.

Namun, apa yang ia harapkan tidak terwujud. Luna yang sejak tadi memang sengaja menunggunya langsung berdiri. Ia mendekat dengan langkah lebar ke arah Alice yang datang dengan wajah takut.

"I-ibu, aku ... maaf karena aku pulang terlambat," jelas Alice masih merasa takut pada ibu mertuanya.

Wanita itu melirik ke lantai atas dan mendapati Leonardo yang juga sudah menatapnya dengan tatapan dingin.

Alice menelan ludah kasar. Andai saja ia cepat menemukan taxi tadi. Dia tidak akan terlambat sampai di rumah.

"Alasan saja. Kamu pikir aku akan percaya padamu?" sindir Luna bersedekap angkuh.

"Ibu, aku tidak berbohong. Aku terlambat mendapat taxi. Dan di jalan ada sedikit kemacetan," jelas Alice mencoba menyakinkan sang mertua

Namun, Luna tetap pada pemikirannya. Apa pun alasan yang Alice keluarkan tidak akan dipercaya olehnya. Tanpa ragu dan kasihan, ia meminta Alice mengerjakan pekerjaan yang tertunda lainnya.

"T-tapi, Bu. Aku baru saja pulang. Aku kerjakan besok saja, ya." Alice mendekat, mencoba memegang tangan mertuanya. Sungguh dia sangat lelah hari ini.

Tidak jera, Alice kembali mendapatkan penolakan dengan tepisan keras di tangan. Tatapan tajam Luna semakin menusuk hatinya. Tatapan kebencian dan menjijikan seperti biasanya Alice terima.

Suara derap langkah terdengar mendekat ke arah keduanya. Alice dan Luna menoleh bersamaan. Alice memberikan senyuman, lupa jika tadi siang dia patah hati mendengar suara wanita bernama Dara.

Tatapan dingin suaminya, tidak juga membuatnya ragu untuk mendekat dan menyodorkan bingkisan yang ia bawa dari rumah ibunya.

Namun, belum sampai ditangan Leonardo, Luna lebih dulu merampas dan membuangnya ke lantai. Kue coklat dengan campuran vanila kesukaan Leonardo tumpah tak berbentuk.

Alice menatap ibu mertuanya protes, ingin marah tetapi ia tak sanggup mengatakannya. Kue itu adalah kue buatan ibunya untuk Leonardo, dan sekarang kue itu sudah hancur dan tak bisa lagi di makan.

Alice meneteskan air mata, ia mendekati kue hancur itu dengan air mata meleleh. "Bu, ini kue buatan ibuku untuk Leon, kenapa ibu tega membuatnya." Alice mencoba mengangkat sisa-sisa kue yang lengket di lantai dan memasukkan di dalam tas dengan hati yang luka.

Luna bersedekap tak merasa bersalah sama sekali. Ia mendengus kasar lalu berucap, "Makanan tidak sehat seperti itu, tidak pantas kamu berikan pada putraku!"

Alice menoleh cepat dan menggeleng pelan. "Ini dibuat dengan bahan yang baik, Bu. Kenapa Ibu membuangnya."

Luna berdecak, menyaksikan Alice yang meneteskan air mata tidak membuat hatinya luluh sedikitpun. Ia menatap putranya dan berkata, "Sekali-kali, ajak Dara ke rumah. Ibu rindu dengannya, Leo."

Alice menghentikan gerakan tangannya yang memungut sisa kue yang lengket, ia ingin mendengar apa yang akan Leonardo jawab atas ucapan ibunya. Ia memejamkan mata berharap Leonardo menolak dan mengatakan hanya ingin bersamanya.

Namun, apa yang menjadi harapannya langsung pupus ketika dengan jelas Leo menjawab, "Aku tidak bisa berjanji. Tapi, aku usahakan dia menemui ibu sesekali."

Alice menggigit bibir bawahnya. Ia berdiri masih membelakangi ibu mertua dan suaminya. Hatinya hancur karena Leo seperti memberi peluang untuk menyingkirkan dirinya. Kenapa pria itu belum juga menerima dan mencintainya?

Setelah merasa tenang, ia berbalik dan memberi senyum pada sang suami.

"Aku bawa ini ke dapur."

Leonardo dan Luna tidak mengatakan apa pun. Leo masih tetap menatapnya datar, tidak ada ekspresi apa pun yang pria itu berikan walau melihat dengan jelas mata Alice uang basah.

Luna menghela napas, ia meminta Leo untuk istirahat karena dia juga sangat lelah. Seharian berkeliling mencari kesalahan Alice cukup menguras tenaganya.

Di dapur, Alice dengan napas tercekat memakan kue yang masih bisa diselamatkan. Hanya sedikit, tetapi rasanya menyakitkan ketika masuk ke tenggorokan.

Ucapan Leonardo lagi-lagi terngiang jelas ditelinga.

"Dia benar-benar tidak menghargai perasaanku. Aku mencintai dirinya, tetapi tidak sedikitpun dia membalasnya," lirih Alice sendu.

Tidak ingin terlalu lama meratapi nasibnya yang malang, Alice bergegas naik ke lantai atas setelah membereskan semuanya. Lampu juga sudah dipadamkan hingga dia harus berjalan pelan menaiki anak tangga yang bisa saja membuatnya terjatuh.

"Mereka benar-benar tidak menganggap diriku." Alice melangkah dengan langkah pelan.

Sesampainya di dalam kamar, ia sudah mendapati Leonardo yang menunggunya dengan tangan berada di dalam saku celana. Pria itu terlihat semakin segar dengan kemeja berwarna putih bersih.

Alice melangkah masuk dengan jantung berdebar, tatapan dingin Leonardo padanya menusuk hingga relung terdalam.

"Leon, aku minta maaf karena pulang terlambat," kata Alice menghilang kegugupan dalam hatinya.

Leonardo mendekat, spontan menghentikan langkah Alice yang tadi berjalan. Pria itu tetap melangkah pelan hingga Alice tersudut di belakang pintu dengan jantung berdebar.

"Apa kamu hanya bisa menangis, Alice?" tanyanya parau menunduk pada Istrinya.

Menggeleng pelan. "Leon, tolong menyingkir dulu." Alice mengangkat tangan ingin mendorong dada bidang itu. Ia ragu, karena selama mereka menikah, jarang terjadi sentuhan fisik.

Leonardo menatap tangan Alice yang gemetar, kemudian bertanya, "Apa yang kau bicarakan pada Dara siang tadi?"

Tangan Alice tergantung, ia menatap Leonardo tidak percaya, bagaimana bisa di saat seperti ini, Leonardo membicarakan wanita lain.

"Alice, jawab!”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
up n up thorr thanks
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
lanjuutt lanjuutt thoorr thanks
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 6

    Karena Alice tidak juga menjawab pertanyaan darinya. Leonardo berbalik dan melangkah ke arah nakas. Ia meraih sebuah paper bag dan meletakkan itu di pinggir ranjang."Bersihkan dirimu. Satu jam lagi, turun dan temui aku." Leonardo melangkah keluar dari kamar. Menghiraukan Alice yang masih tercengang menatap hadiah yang ia berikan.Alice menoleh ketika pintu tertutup. Ia masih tidak percaya dengan apa yang Leonardo berikan padanya. Perlahan ia melangkah ingin melihat apa isi paper bag dengan logo mahal di baliknya.Satu tarikan di bibir, menandakan hal baik. Ini pertama kalinya setelah mereka menikah. Gaun hitam tanpa lengan, terasa lembut dan Alice tahu ini sangat mahal."Dia memberiku gaun," gumam Alice tersenyum cerah. Ini adalah gaun terbaik yang ia terima dari Leonardo."Aku harus bersiap. Jangan sampai Leon, menunggu terlalu lama." Alice melangkah cepat ke kamar mandi. Ia lupa tadi telah hancur karena perlakuan mertuanya di bawah sana. Tidak lama setelah itu, Alice sudah selesai

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 7

    Melihat ada keributan. Pria dengan setelah jas berwarna biru gelas segera berlari untuk menengahi. Orang-orang yang sejak tadi juga penasaran dengan ayang yang terjadi ikut berdiri dan melangkah ke arah kerumunan.Alice menghela napas dalam. Ia berdoa semoga dalam kumpulan ini tidak seorang pun yang mengenali dirinya. Cukup Sartika yang tahu dengan latar belakang dirinya yang lama."Katakan kau datang dengan siapa Alice? Kenapa hanya diam saja?" Sartika tidak tahan dan langsung mendorong Alice dengan sebelah tangannya.Yang lain ikut terkejut, sebab mereka tidak menyangka Sartika karyawan baru begitu berani melakukan hal ini. "Bukankah ini istri tuan Leonardo?" ucap seorang wanita yang pernah menghadiri pernikahan tertutup Leonardo dan Alice tahun lalu.Sartika menoleh pada wanita yang berbicara barusan. Tatapannya penuh penuntutan. Ia sempat mendengar bahwa pemimpin mereka memang sudah memiliki istri. Tetapi, tidak satupun fotonya terlihat di laman web. Sartika menatap Alice lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 8

    Di tempat yang berbeda, Silviana baru saja memasuki halaman rumahnya dengan perasaan masih sangat kesal. Ia gagal lagi bertemu dengan Arsen padahal sudah menunggu begitu lama di lobi. Pria itu, menghilang melewati jalan lain dan membiarkan dirinya menunggu seperti orang bodoh sepanjang hari. Delima tersenyum ketika putrinya kembali ia tidak bisa memejamkan mata karena Silvia tidak bisa iamhibungo sepanjang hari. "Nak, akhirnya kamu pulang, kamu darimana saja?" tanya Delima menyambut Silvia yang baru saja memasukkan kunci mobil ke dalam tas kecil miliknya. Silvia menoleh, ini sudah larut dan ibunya belum tertidur. Ia juga melihat mini bar masih menyala. Silviana mendekat, ia mencium aroma ibunya dan benar seperti apa yang ia pikirkan. "Bu. Lihatlah usiamu. Ibu sudah tidak muda lagi, kenapa masih minum!" Silviana berjalan ke arah bar, ia ingin melihat berapa banyak yang ibunya habiskan, tetapi Delima segera menahan tangan putrinya dan menghadangnya. Silviana mengerutkan ken

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 9

    "Alice singkirkan tubuhmu." Leonardo menggerakkan tubuhnya pelan agar Alice melepas pelukannya. Namun, itu semakin membuat pelukan Alice semakin erat di pinggang suaminya. Sepanjang jalan, sepanjang itu juga Alice berada dalam pelukan suaminya. Dalam hati, ia berdoa jika jalan ke rumah semakin panjang dan dia bisa menempel lebih lama.Sebenarnya, sejak Leonardo menutup tubuhnya dengan jas, Alice sudah tersadar hanya saja dia enggan membuka mata karena tak ingin momen indah ini berakhir.Alice juga sadar jika ia memeluk tubuh suaminya, karena itulah, diam-diam ia tersenyum ketika Leonardo mengusap tubuhnya sesekali. 'Sudah aku katakan Leon, kamu akan jatuh cinta padaku nanti,' batin Alice kembali memejamkan mata dan mengeratkan pelukan.Sepanjang jalan, Alice yang awalnya masih pura-pura menutup mata akhirnya kembali terlelap, dia sungguh lelah karena seharian bekerja.Hingga mereka sampai di halaman rumah mewah nan megah, Leonardo masih menunggu Alice membuka mata. Ia dengan sabar d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 10

    Leonardo menggeleng pelan, ia tetap meneruskan aktifitasnya membenarkan dasinya yang terlihat miring. Setelah itu, setelah ia merasa semua terlihat baik, barulah ia mengenakan jas hitam yang sudah Alice siapkan beberapa menit yang lalu."Leon, aku boleh bertanya, tidak?" Alice masih tak berkedip menatap mata indah suaminya."Tanyakan saja."Alice meremas jarinya, lalu mendekat lebih rapat. "Apa kamu malu memiliki istri miskin sepertimu?"Leonardo menghentikan gerakan tangannya, ia menoleh pada Alice yang begitu ingin tahu jawaban apa yang harus ia keluarkan.Sementara Alice sudah berdebar, bukan tidak siap ditolak karena selama menikah dia selalu ditolak, hanya saja, jika ditatap lebih dalam, jantungnya seperti ingin berhenti berdetak."Kenapa menanyakan itu sekarang?"Alice berdecak kecil, ia sudah menebak jika ia akan kecewa akhirnya, "Kalau begitu, beri aku waktu untuk tampil cantik untukmu, ya. Aku--""Tidak perlu lakukan apa pun. Kerjakan saja tugasmu seperti biasa." Leonardo mel

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 11

    "Katakan sekarang, di mana putriku!" Di dalam ruang kerjanya. Oscar sudah tidak tahan lagi mendengarkan apa yang akan dilaporkan oleh orang-orangnya. Tidak rugi membayar lebih, sebentar lagi, dia akan menemukan di mana keberadaan putri sulungnya, Alice Amelia.Pria berbadan besar dengan kaca mata hitam mendekat. Pintu sudah di tutup rapat jadi, tak ada yang akan mendengar apa yang akan disampaikannya. Namun, mereka lupa, ada seseorang yang sejak tadi juga tidak sabar dengan berita yang akan di sampaikan.Oscar melirik ke arah Eldhan orang kepercayaannya. Pria yang tadi yang memberitahu tentang berita ini lebih awal."Eldhan, tolong pastikan pintu tertutup dengan baik." Eldhan mengangguk dan langsung berjalan ke arah pintu, memastikan pintu tertutup dengan benar. Saat itulah, pria berbadan besar tadi, menyerahkan kertas kecil pada Oscar.Setelah itu, Eldhan kembali berdiri pada tempatnya semula. Tidak membuang waktu, Oscar menatap pria yang tadi masih berdiri di hadapannya untuk berbi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 12

    Alice merasa bingung. Ibunya tidak bisa di hubungi lagi. Hatinya mendadak khawatir karena selama ini, ibunya tak pernah mematikan panggilan darinya."Aku harus bagaimana? Ibu mertua sedang sakit, tapi ibuku sepertinya dalam masalah," gumam Alice semakin bingung.Alice menggigit kukunya sambil menghentakkan kaki pelan, tanda bahwa dia sangat gelisah. Ia ingin meminta izin pada ibu mertuanya tetapi Leonardo pasti akan marah jika tahu dia tidak menjaga mertuanya dengan benar.Ketika itu, Horrison yang baru saja keluar dari kamar menantunya, melihat kegelisahan Alice dari jauh. Tidak ingin terjadi hal buruk, ia lantas mendekat untuk mengetahui apa yang terjadi."Ada apa dengan Leonardo, Nak?" tanya Horrison lembut.Menyadari kehadiran kakeknya, Alice langsung merubah ekspresi khawatir menjadi ekspresi biasa, "Apa Kakek membutuhkan sesuatu?" tanya Alice tidak mendengar pertanyaan Horrison sebelumnya."Kakek tidak butuh apa pun. Ada apa?" tanya Horrison kembali dengan sabar."Kakek, sebenar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab. 13

    Alice turun dari taxi dengan terburu. Sejak tadi, ia sudah merasa tidak tenang. Tidak biasanya ibunya tidak menghidupkan kembali ponselnya setelah menelepon.Sampai di depan pintu rumah. Alice langsung mendorong karena terlihat pintu tidak tertutup rapat. "Ibu, aku kembali." Alice melangkah masuk, melewati ruang tamu kecil dengan cat warna putih.Ketika hendak memasuki kamar ibunya. Seseorang keluar dari ruang yang berbeda. Alice terbelalak karena mendapati ibunya dengan wajah ketakutan.Dua pria yang sejak tadi menunggu adalah Hary dan Burhan. Dua orang yang Oscar perintahkan untuk mencari keberadaan Alice selama ini."Paman, bagaimana bisa sampai di rumahku?" Alice tidak akan melupakan wajah mereka. Karena beberapa kali memang sempat melihat semua orang ayahnya berpencar mencari dirinya. Untungnya dia selalu lolos dan tidak bisa ditemukan.Hary mendekat. "Nona, Tuan Oscar sedang tidak sehat. Tolong pulanglah dan temui beliau." Alice mengusap punggung ibu angkatnya. Ia tak melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06

Bab terbaru

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 208

    Leonardo terdiam, ia menatap wajah istrinya yang semakin cantik meski anak-anak mereka telah menjadi remaja.Tangan kekar itu mengulur, mengusap lembut lengan sang istri lembut. “Dia adalah Sera.”“Apakah dia kerabat Bram? Aku merasa tidak asing dengan tatapan mata gadis itu, seperti aku pernah melihat tatapan itu sebelumnya,” kata Alice, “apakah aku salah jika aku merasa gadis kecil itu seperti tidak menyukaiku?”Leonardo memasang wajah datar, ia menatap istrinya dengan tatapan hangat, “Iya, dia adalah kerabat dari Bram,” katanya, “dan tatapan itu, bukan tatapan tidak suka, jangan berpikir terlalu jauh, ya.”Alice menggeleng. “Ya, aku harap salah menilai. Apakah dia anak dari saudara Bram? Atau–”“Dia adalah anak Bram,” jawab Leo segera.“Anak? Bram sudah menikah?” tanya Alice, ia bahkan hak pernah mendengar jika asisten suaminya menikah. Selama ini, mereka mengenal Bram sebagai praibaik, lalu sejak kapan Bram menikah dengan anak sebesar itu?“Tidak menikah, mereka memutuskan untuk t

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 207

    “Aku akan memikirkan ini dengan segera,” kata Bram pada akhirnya.Dara mengangguk. “Terima kasih, aku hanya ingin Sera baik-baik saja dan jauh dari mereka.”Dara teringat sesuatu. Ia menatap Bram dengan rasa khawatiran yang semakin mencuat. “Bram, bukankah kamu pergi menjemput pak Leo? Kamu tidak memberitahu siapa Sera padanya kan?” tanyanya serius.Bram terdiam, ia memaksa untuk tersenyum, “Dara, aku–”“Jangan katakan jika pak Leo sudah tahu siapa Sera, Bram?” Dara semakin khawatir, ia mencoba percaya pada Bram sepenuhnya.“Pak Leo sudah tahu,” jawabnya tanpa menoleh, pria itu sebenarnya lebih khawatir pada Alice, apalagi tatapannya tadi seolah sudah mengetahui semuanya.“Ba-bagaimana kamu bisa memberitahunya, Bram?” pekik Dara tertahan, takut jika Sera mendengar obrolan mereka.“Jika pak Leo tahu, istrinya sudah pasti–” Dara terdiam lagi, ia menatap Bram semakin lamat, “apakah kamu membawa Sera ke rumahnya? Kamu pergi membawa anakku mengantarnya ke rumah?”Leo membuang napas kasar,

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 206

    “Leon, siapa gadis yang bersama Bram tadi?” Alice yang hendak memejamkan mata menoleh ke belakang. Ia tidak bisa memejamkan mata mengingat tatapan gadis tadi padanya.“Dia Sera,” jawab Leo singkat, “ayo kita tidur.”Alice mengerutkan kening, tak biasa Leo seperti menolak obrolan mereka. Ibu dari tiga anak itu kembali berkata, “Sera? Aku tidak tahu jika Bram memiliki kekuarga–”“Alice, lebih baik kita–”“Aku hanya ingin tahu, tatapan gadis tadi seperti tidak asing,” imbuhnya, selama Bram bekerja dengannya, ia tak tahu jika pria itu memiliki keluarga.“Apakah dia keluarga Bram? Kenapa kita tidak tahu jika selama ini–”“Alice, kita bahas besok ya,” katanya, “aku sangat mengantuk dan lelah.” Leo meraih Alice dalam dekapannya, ia memeluk istrinya dan mulai memejamkan mata hingga tertidur dengan lelapnya.Alice mendesah pelan, ia menyesal karena telah memaksa Leo menjawab pertanyaan, “Maafkan aku, seharusnya tadi tidak memaksamu untuk menjawab,” gumamnya pelan seperti berbisik.Sementara it

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 205

    “Ibu … Damian jatuh cinta,” teriak jatuh Laila dari arah luar. Gadis berusia 18 tahun dengan suara melengking itu, berlari dengan sangat kencang.Alice yang masih berada di dapur sampai berdecak karena terkejut. “Ibu, aku yakin kak Laila sangat ditakuti di sekolahnya,” kata gadis kecil berusia sembilan tahu dengan susu di tangan kanannya.Alice menggeleng sembari meletakkan telunjuk di ujung bibir. “Jangan sampai kakakmu dengar, Ibu tidak ingin kamu mendapatkan masalah.”Clara mendengus kecil, “Dia sangat kejam, Ibu. Aku–”“Kamu membicarakanku, Clara?” Laila mendekat dengan tatapan memicing tajam pada adiknya. “Tidak. Mana mungkin aku berani membicarakan wanita angin badai sepertimu, Kak,” katanya dengan senyum yang manis.Laila membuang napas kasar, ia duduk di dekat Clara dan meraih gelas susu adiknya.“Itu milik–”“Mengalah saja. Andaikan dulu kamu lahir lelaki, kamu tidak akan menyusahkan aku,” ketusnya, ia tersenyum lega setelah menghabiskan susu milik adiknya.“Laila …,” tegur

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 204

    Alice membuang napas pelan, kemudian menatap Leo yang masih terpaku. Bibirnya tersenyum kecil, kemudian melirik pada mertuanya yang terlihat syok di belakang Leo.“Satu lagi,” kata Alice tetapi tatapannya lurus pada Leo, “aku tidak akan menjamin keselamatanmu. Bisnis, dan apa pun yang kamu perjuangkan selama ini, aku tidak akan bertanggung jawab lagi.”Dara mengepalkan tangan, ia semakin yakin jika Alice bukan wanita baik. “Kamu berani melakukan itu pada Pak Leo? Dia–”“Ini bukan untuknya, tetapi untukmu.” Alice menoleh ke arah Dara yang langsung terdiam.Tersenyum kecil, Alice mengulurkan tangan dan menepuk wajah Dara yang sudah bengkak dengan pelan. “Aku memperingatkan dirimu, Nona Dara. Keluargamu, mereka tidak bersalah tetapi dengan cerobohnya, kamu menyeret mereka dalam kebusukanmu.”Alisa mengerutkan kening, tahu jika Dara tak memiliki keluarga, lalu ancaman macam apa yang Alice katakan. Namun, ketika wanita yang terlalu menggilai kakaknya itu bersuara, rasa penasarannya terjawa

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 203

    Dara bersedekap, ia tak sabar menunggu kehadiran Leo. Dara yakin pria itu akan langsung datang apalagi ketika Alisa yang tak menjawab panggilan darinya.“Walaupun kakak datang, aku yakin dia akan langsung mengusirmu,” kata Alisa, ia sengaja tak menerima panggilan kakaknya, ingin melihat langsung apa yang akan kakaknya lakukan.Dara mendesah mengejek, “Kamu hanya tidak tahu sebesar apa kakakmu mencintaiku, Lisa. Aku yakin dia akan berlari dan meninggalkan istrinya yang sombong itu,” katanya percaya diri.“Oh, aku sangat tidak sabar. Jika benar seperti itu, kenapa harus datang ke sini? Kenapa tidak meminta kakakku datang ke tempatmu saja?” celetuk Lisa jengah.Dara terkekeh. Ia duduk dengan kaki menyilang. “Aku sengaja, aku ingin menunjukkan pada kalian jika Leo memang mencintaiku.”Alisa mendengus dingin, tetapi di dalam hati ia begitu takut dengan apa yang terjadi. Jika benar kakaknya datang, ia berjanji akan keluar dari perusahaan.Suara mobil terdengar, tidak hanya Dara dan Alisa, L

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 202

    Malam yang mereka nantikan akhirnya tiba. Keluarga inti telah hadir semua, kecuali Luna dan Delima. Delima jelas menolak dengan keras, sementara Luna, Leonardo tidak mengizinkan ibunya bergabung karena kesehatan.“Terima kasih atas jamuan yang sangat istimewa,” kata pihak dari lelaki. Mereka semua sudah berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam yang luar biasa.“Kita adalah keluarga. Menjamu keluarga dengan baik adalah kewajiban,” balas Amanda ramah, ia duduk di sebelah Silvia yang sejak tadi belum juga mengeluarkan suara.“Silvia, adalah putri kami, kebahagiaannya adalah kebahagiaan kami,” imbuh Amanda lagi.“Terima kasih Nyonya, Anda adalah Ibu yang baik,” timpal ibu Daniel, saya tidak mempermasalahkan nyonya Delima tidak hadir, saya akan berdoa atas kebahagiaan dirinya.”“Terima kasih, Bi. Saya sungguh sangat menyesal karena tidak bisa membawa ibu saya datang,” balas Silviana akhirnya.“Tidak apa. Aku mengerti,” katanya, “panggil aku Ibu, sebentar lagi kamu dan putraku ini ak

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 201

    “Bagaimana? Apakah ibu masih marah?” bisik Alice ketika suaminya sudah keluar dari dalam rumah. “Tidak. Ayo kita ke rumah ibu, aku sedikit sibuk hari ini dan kemungkinan akan datang terlambat.”“Bagaimana jika aku dan anak-anak bersama supir saja, pergilah bersama Alisa,” kata Alice kemudian.“Tidak masalah?”“Tidak, pergilah. Aku dan anak-anak akan bersama supir,” katanya lagi, meminta kedua anaknya untuk keluar.Leonardo meminta maaf karena dia benar-benar terburu-buru. Pria itu mendapat telepon mendadak dari Bram yang sudah berada di kantor lebih dulu.“Tolong hati-hati. Beritahu jika kalian sudah sampai, ya.” Leo memeluk istrinya, kemudian mencium kedua anaknya secara bergantian.“Hum. Pergilah! Aku tidak mau kalian terlambat.” ________Setelah kepergian Leo, Alice dan kedua anaknya pun berlalu setelah berpamitan kembali dengan Luna. Wanita itu, masih saja bersikap acuh pada sang menantu yang entah karena apa sebenarnya.“Ibu, ada apa dengan nenek?” tanya Damian.“Nenekmu baik-b

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 200

    “Sudah, lebih baik kita memikirkan masa depan. Arsen mungkin memang tidak ditakdirkan untuk menjadi menantu kita,” kata Amanda, “tetapi dia telah menjadi anak lelaki kita.”Oscar mengangguk, ia menyayangkan hal itu. Akan tetapi, tak menampik jika Leo juga sangat membanggakan. Pria itu begitu gigih dan hebatnya, hanya saja, memiliki hati yang begitu baik sehingga tak mampu menolak orang lain.“Sudahlah, aku ingin segera tidur. Aku berharap besok lagi, Laila dan Damian mengunjungiku. Aku ingin memberikan hadiah luar biasa di perayaan ulang tahun besok.”Amanda hanya berdehem, ia sama rindunya dengan sang suami, tetapi tidak bisa melakukan apa pun melihat Alice juga memiliki keluarga yang lain.Wanita itu, masih tetapi memikirkan kehidupan Delima yang terlihat tak sehat lagi, wanita itu bahkan sudah mengeluarkan dirinya dari perkumpulan para istri kalangan atas.“Delima, dia sungguh sulit dimengerti,” gumamnya, sedang sudah membiarkan mantan istri suaminya untuk menjadi ketua.________“

DMCA.com Protection Status