Share

Bab 6

Penulis: Ayesha Razeeta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 19:11:47

Karena Alice tidak juga menjawab pertanyaan darinya. Leonardo berbalik dan melangkah ke arah nakas. Ia meraih sebuah paper bag dan meletakkan itu di pinggir ranjang.

"Bersihkan dirimu. Satu jam lagi, turun dan temui aku." Leonardo melangkah keluar dari kamar. Menghiraukan Alice yang masih tercengang menatap hadiah yang ia berikan.

Alice menoleh ketika pintu tertutup. Ia masih tidak percaya dengan apa yang Leonardo berikan padanya. Perlahan ia melangkah ingin melihat apa isi paper bag dengan logo mahal di baliknya.

Satu tarikan di bibir, menandakan hal baik. Ini pertama kalinya setelah mereka menikah. Gaun hitam tanpa lengan, terasa lembut dan Alice tahu ini sangat mahal.

"Dia memberiku gaun," gumam Alice tersenyum cerah. Ini adalah gaun terbaik yang ia terima dari Leonardo.

"Aku harus bersiap. Jangan sampai Leon, menunggu terlalu lama." Alice melangkah cepat ke kamar mandi. Ia lupa tadi telah hancur karena perlakuan mertuanya di bawah sana.

Tidak lama setelah itu, Alice sudah selesai dengan dirinya. Ia berdiri di depan cermin besar dengan penampilan yang jauh berbeda dari sebelumnya. Rambut panjangnya disanggul. Kulit putihnya terlihat lebih berkilau bahkan bibir yang tak pernah ia oles dengan pemerah bibir kali ini, ia olesi sedikit.

"Aku berharap setelah ini, suamiku mencintai diriku," ucap Alice penuh harap.

Menghela napas dalam, ia tersenyum kecil, meraih tas kecil di atas nakas dan melangkah turun ke lantai bawah dengan sangat hati-hati.

"Mau kemana kamu, Alice?" Luna melangkah ke arah menantunya, menatap dari atas sampai bawah penampilan menantunya yang berbeda dari sebelumnya.

Alice melempar senyum, ia membuka mulut ingin menjawab, tetapi, Leonardo tiba-tiba datang dan menjawab pertanyaan ibunya.

"Ada pertemuan mendadak, Bu. Aku akan pergi dengan Alice." Leonardo sibuk memasang jam tangan mahal di lengan kanan.

Luna mengerutkan kening, ada rasa yang tidak ia terima di dalam hati. Mengetahui Alice akan ke pertemuan besar dengan anaknya, jelas Luna tidak terima. Di sana ada banyak orang-orang besar. Putranya adalah orang yang terpandang dan kehadiran Alice di sana tentu akan menimbulkan desas-desus.

Luna mencoba menahan putranya, memberi peringatan pada Leonardo agar memikirkan kembali rencana membawa Alice. Namun, Leonardo sudah bulat dengan keputusannya.

"Pikirkan lagi, Leo. Kamu bisa membawa Dara atau siapa pun wanita yang pantas, kenapa harus dia?" tanya Luna dengan mata mendelik ke arah menantunya.

Leonardo menekan pangkal hidung lebih kuat. Kepala berdenyut lebih keras, ocehan ini tetap sama. Dan ibunya seperti tidak akan bosan dengan ini.

Di saat yang sama, supir datang menghadap melaporkan mobil sudah siap dan mereka harus segera pergi. Leonardo berjalan lebih dulu, membiarkan Alice berjalan di belakang dengan langkah ragu.

Luna melengos masuk ke dalam kamar. Rasa kesal karena Leonardo selalu mengabaikan permintaannya semakin menambahkan beban dalam hidupnya.

"Anak itu, kenapa keras kepala sekali," gumam Luna dengan perasaan bercampur aduk.

**

"L-leon, apa sebaiknya aku tidak ikut denganmu, aku--" Alice meremas jarinya. Ucapan mertuanya sedikit mengusik hatinya. Bagaimana jika di pertemuan besar itu, Leonardo mendapat masalah karena kehadirannya?

"Jelaskan alasan yang masuk akal? Kamu ingin aku malu karena tidak membawamu?" Leonardo bertanya dengan suara teramat dalam. Ia masih sibuk dengan tablet mahal di tangan kanannya.

"I-itu ... Ibu sepertinya benar, aku bisa saja merusak pertemuan kalian nanti," jawabnya ragu.

"Bukan acara besar. Hanya pertemuan dengan beberapa klien jadi, duduk dengan benar."

Leonardo mendengar helaan napas berat Alice. Ia juga melihat dengan ekor mata istrinya meremas jeraminya sedikit kuat.

'Kenapa dia cemas sekali, bukankah ini bagus untuknya bebas dari pekerjaan rumah?' monolog Leonardo menggeleng pelan.

Sampai di tempat yang telah ditentukan, Leonardo keluar lebih dulu, terlihat ia membenarkan jas miliknya. Kemudian tidak berselang lama, Alice sudah berada di sebelahnya, berdiri dengan penampilan yang cantik.

Alice melihat papan nama yang tertulis besar di hadapan mereka. Restoran terbesar yang ia tahu, pengunjungnya adalah orang-orang besar.

"Jaga sikapmu nanti. Jangan menunduk, tunjukkan bahwa kamu adalah istriku," ujar Leonardo tanpa menoleh, ia tetap berdiri gagah dengan kaca mata yang selalu menghias wajah tampannya.

"Aku mengerti," jawab Alice walau tidak terlalu yakin.

Keduanya melangkah bersama dengan tangan Alice berada di dalam lipatan tangan Leonardo. Jika diperhatikan, keduanya terlihat serasi dan sangat cocok. Sayangnya, itu hanya bisa mereka lihat di malam ini saja.

Dengan jantung berdebar, Alice melangkah masuk. Bukan tidak percaya diri bertemu orang banyak, tetapi karena sikap manis Leonardo padanya.

Sampai di depan pintu ruangan bertulis VVIP, Alice dan Leonardo masih tetap bergandengan. Namun kemudian, ponsel milik Leonardo berdering. Alice melihat sekilas nama Dara tertera di sana.

"Masuk lebih dulu, aku angkat panggilan seseorang sebentar." Alice belum menjawab, Leonardo sudah berlalu begitu saja.

Alice tersenyum kecil, rasa sakit menjalar di hatinya. Ia sudah mengira malam ini akan menjadi malam yang manis untuk mereka. Akan tetapi, sekarang dia tersadar, Leonardo masih belum menerima dirinya.

"Nyonya silakan masuk!"

Alice mengangguk, ia melangkah masuk sendiri. Seketika semua orang yang sudah berada di dalam menoleh ke arahnya. Ada tatapan asing ia terima, ada juga tatapan bingung dan yang lebih banyak tatapan acuh.

Seorang wanita cantik mendekat ke arahnya, menelisik dirinya dari atas sampai bawah. "Wah, siapa yang kita lihat ini?" katanya dengan suara mengejek.

"Dengan siapa kau datang? Apa kekasihmu tidak tahu, jika yang hadir adalah orang penting?"

Beberapa orang datang ke arahnya. Alice masih memasang wajah tenang walau sebenarnya dia sudah merasa khawatir di dalam hati. Ia berdoa semoga Leonardo segera datang dan menolongnya.

"Kau kenal dia?" tanya yang lain menatap pada wanita yang menegur Alice tadi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Teh Nimaz
hafdeuh ini lagi modelan cewek cengeng. bosokk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 7

    Melihat ada keributan. Pria dengan setelah jas berwarna biru gelas segera berlari untuk menengahi. Orang-orang yang sejak tadi juga penasaran dengan ayang yang terjadi ikut berdiri dan melangkah ke arah kerumunan.Alice menghela napas dalam. Ia berdoa semoga dalam kumpulan ini tidak seorang pun yang mengenali dirinya. Cukup Sartika yang tahu dengan latar belakang dirinya yang lama."Katakan kau datang dengan siapa Alice? Kenapa hanya diam saja?" Sartika tidak tahan dan langsung mendorong Alice dengan sebelah tangannya.Yang lain ikut terkejut, sebab mereka tidak menyangka Sartika karyawan baru begitu berani melakukan hal ini. "Bukankah ini istri tuan Leonardo?" ucap seorang wanita yang pernah menghadiri pernikahan tertutup Leonardo dan Alice tahun lalu.Sartika menoleh pada wanita yang berbicara barusan. Tatapannya penuh penuntutan. Ia sempat mendengar bahwa pemimpin mereka memang sudah memiliki istri. Tetapi, tidak satupun fotonya terlihat di laman web. Sartika menatap Alice lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 8

    Di tempat yang berbeda, Silviana baru saja memasuki halaman rumahnya dengan perasaan masih sangat kesal. Ia gagal lagi bertemu dengan Arsen padahal sudah menunggu begitu lama di lobi. Pria itu, menghilang melewati jalan lain dan membiarkan dirinya menunggu seperti orang bodoh sepanjang hari. Delima tersenyum ketika putrinya kembali ia tidak bisa memejamkan mata karena Silvia tidak bisa iamhibungo sepanjang hari. "Nak, akhirnya kamu pulang, kamu darimana saja?" tanya Delima menyambut Silvia yang baru saja memasukkan kunci mobil ke dalam tas kecil miliknya. Silvia menoleh, ini sudah larut dan ibunya belum tertidur. Ia juga melihat mini bar masih menyala. Silviana mendekat, ia mencium aroma ibunya dan benar seperti apa yang ia pikirkan. "Bu. Lihatlah usiamu. Ibu sudah tidak muda lagi, kenapa masih minum!" Silviana berjalan ke arah bar, ia ingin melihat berapa banyak yang ibunya habiskan, tetapi Delima segera menahan tangan putrinya dan menghadangnya. Silviana mengerutkan ken

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 9

    "Alice singkirkan tubuhmu." Leonardo menggerakkan tubuhnya pelan agar Alice melepas pelukannya. Namun, itu semakin membuat pelukan Alice semakin erat di pinggang suaminya. Sepanjang jalan, sepanjang itu juga Alice berada dalam pelukan suaminya. Dalam hati, ia berdoa jika jalan ke rumah semakin panjang dan dia bisa menempel lebih lama.Sebenarnya, sejak Leonardo menutup tubuhnya dengan jas, Alice sudah tersadar hanya saja dia enggan membuka mata karena tak ingin momen indah ini berakhir.Alice juga sadar jika ia memeluk tubuh suaminya, karena itulah, diam-diam ia tersenyum ketika Leonardo mengusap tubuhnya sesekali. 'Sudah aku katakan Leon, kamu akan jatuh cinta padaku nanti,' batin Alice kembali memejamkan mata dan mengeratkan pelukan.Sepanjang jalan, Alice yang awalnya masih pura-pura menutup mata akhirnya kembali terlelap, dia sungguh lelah karena seharian bekerja.Hingga mereka sampai di halaman rumah mewah nan megah, Leonardo masih menunggu Alice membuka mata. Ia dengan sabar d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 10

    Leonardo menggeleng pelan, ia tetap meneruskan aktifitasnya membenarkan dasinya yang terlihat miring. Setelah itu, setelah ia merasa semua terlihat baik, barulah ia mengenakan jas hitam yang sudah Alice siapkan beberapa menit yang lalu."Leon, aku boleh bertanya, tidak?" Alice masih tak berkedip menatap mata indah suaminya."Tanyakan saja."Alice meremas jarinya, lalu mendekat lebih rapat. "Apa kamu malu memiliki istri miskin sepertimu?"Leonardo menghentikan gerakan tangannya, ia menoleh pada Alice yang begitu ingin tahu jawaban apa yang harus ia keluarkan.Sementara Alice sudah berdebar, bukan tidak siap ditolak karena selama menikah dia selalu ditolak, hanya saja, jika ditatap lebih dalam, jantungnya seperti ingin berhenti berdetak."Kenapa menanyakan itu sekarang?"Alice berdecak kecil, ia sudah menebak jika ia akan kecewa akhirnya, "Kalau begitu, beri aku waktu untuk tampil cantik untukmu, ya. Aku--""Tidak perlu lakukan apa pun. Kerjakan saja tugasmu seperti biasa." Leonardo mel

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 11

    "Katakan sekarang, di mana putriku!" Di dalam ruang kerjanya. Oscar sudah tidak tahan lagi mendengarkan apa yang akan dilaporkan oleh orang-orangnya. Tidak rugi membayar lebih, sebentar lagi, dia akan menemukan di mana keberadaan putri sulungnya, Alice Amelia.Pria berbadan besar dengan kaca mata hitam mendekat. Pintu sudah di tutup rapat jadi, tak ada yang akan mendengar apa yang akan disampaikannya. Namun, mereka lupa, ada seseorang yang sejak tadi juga tidak sabar dengan berita yang akan di sampaikan.Oscar melirik ke arah Eldhan orang kepercayaannya. Pria yang tadi yang memberitahu tentang berita ini lebih awal."Eldhan, tolong pastikan pintu tertutup dengan baik." Eldhan mengangguk dan langsung berjalan ke arah pintu, memastikan pintu tertutup dengan benar. Saat itulah, pria berbadan besar tadi, menyerahkan kertas kecil pada Oscar.Setelah itu, Eldhan kembali berdiri pada tempatnya semula. Tidak membuang waktu, Oscar menatap pria yang tadi masih berdiri di hadapannya untuk berbi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 12

    Alice merasa bingung. Ibunya tidak bisa di hubungi lagi. Hatinya mendadak khawatir karena selama ini, ibunya tak pernah mematikan panggilan darinya."Aku harus bagaimana? Ibu mertua sedang sakit, tapi ibuku sepertinya dalam masalah," gumam Alice semakin bingung.Alice menggigit kukunya sambil menghentakkan kaki pelan, tanda bahwa dia sangat gelisah. Ia ingin meminta izin pada ibu mertuanya tetapi Leonardo pasti akan marah jika tahu dia tidak menjaga mertuanya dengan benar.Ketika itu, Horrison yang baru saja keluar dari kamar menantunya, melihat kegelisahan Alice dari jauh. Tidak ingin terjadi hal buruk, ia lantas mendekat untuk mengetahui apa yang terjadi."Ada apa dengan Leonardo, Nak?" tanya Horrison lembut.Menyadari kehadiran kakeknya, Alice langsung merubah ekspresi khawatir menjadi ekspresi biasa, "Apa Kakek membutuhkan sesuatu?" tanya Alice tidak mendengar pertanyaan Horrison sebelumnya."Kakek tidak butuh apa pun. Ada apa?" tanya Horrison kembali dengan sabar."Kakek, sebenar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab. 13

    Alice turun dari taxi dengan terburu. Sejak tadi, ia sudah merasa tidak tenang. Tidak biasanya ibunya tidak menghidupkan kembali ponselnya setelah menelepon.Sampai di depan pintu rumah. Alice langsung mendorong karena terlihat pintu tidak tertutup rapat. "Ibu, aku kembali." Alice melangkah masuk, melewati ruang tamu kecil dengan cat warna putih.Ketika hendak memasuki kamar ibunya. Seseorang keluar dari ruang yang berbeda. Alice terbelalak karena mendapati ibunya dengan wajah ketakutan.Dua pria yang sejak tadi menunggu adalah Hary dan Burhan. Dua orang yang Oscar perintahkan untuk mencari keberadaan Alice selama ini."Paman, bagaimana bisa sampai di rumahku?" Alice tidak akan melupakan wajah mereka. Karena beberapa kali memang sempat melihat semua orang ayahnya berpencar mencari dirinya. Untungnya dia selalu lolos dan tidak bisa ditemukan.Hary mendekat. "Nona, Tuan Oscar sedang tidak sehat. Tolong pulanglah dan temui beliau." Alice mengusap punggung ibu angkatnya. Ia tak melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 14

    Alice berdiri, ia sedikit menjauh dari ibunya dan mencoba menelepon nomor yang baru saja masuk ke ponselnya. Dengan perasaan yang tidak enak ia bersuara, “Halo!”Alisnya mengkerut karena tak ada suara siapa pun di dalam sama. Alice melihat ke arah ibunya yang juga merasa heran. “Halo, siapa di sana?” Suara Alice kembali terdengar.Desi mendekat, ia bertanya dengan isyarat, kemudian Alice menggeleng tanda tak mengerti. “Mungkin salah sambung, Bu.” Alice mematikan ponselnya, kemudian kembali memasukkan ke dalam saku celana, setelah itu, ia menghampiri ibunya dan kembali membawa Desi duduk di kursi kayu. Alice memeriksa tubuh ibunya dengan benar. Ia tidak akan memaafkan Hary dan Burhan jika sampai ibunya mendapat luka sedikit pun.“Ibu baik-baik saja, Alice. Jangan khawatir.” Desi memegang tangan putrinya agar tidak melanjutkan kecurigaan.“Bu. Bagaimana bisa tidak khawatir. Ibu menelponku dan tiba-tiba saja ponselnya mati. Apalagi, aku tahu, bagaimana paman Hary dan Burhan jika marah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07

Bab terbaru

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 212

    Alice menghela napas panjang untuk meredam semuanya. Tidak ada yang bisa mengetahui takdir kedepannya. Damian masih terlalu muda, sementara Sera, gadis kecil itu juga masih seusia Clara yang mungkin tidak mengerti dengan situasi ini.“Semoga saja, Damian mendapatkan yang terbaik,” putus Alice akhirnya.Leo mengangguk meski rasanya ada yang aneh. Rasa sakit yang Alice rasakan sepertinya terlalu besar, hingga sang istri belum bisa memaafkan apa yang telah terjadi.“Kamu benar, Damian masih terlalu muda. Kita bisa lebih tenang karena Bram juga telah meninggalkan kota bersama putrinya.Setelah mereka membahas semuanya, Alice memutuskan untuk tidak membahas ini lagi. Ia bahkan meminta Laila untuk tidak membantu Damian melupakan perasaannya yang diyakini hanya rasa sesaat.“Tidurlah, aku masih ada banyak pekerjaan di bawah,” kata Leo akhirnya, hingga saat ini ia belum menemukan seseorang yang bisa menggantikan posisi Bram di kantor.“Maafkan aku. Aku seharusnya tidak terlalu keras sehingga

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 211

    Malam hari, Alice yang masih merasa curiga pada Dara dan Leo memutuskan untuk tidur lebih cepat. Ia tahu usianya tidak lagi muda seperti dulu. Jadi, tidur adalah pilihan yang lebih tepat.Sementara itu, Leo yang tahu dengan kecemburuan istrinya hanya tersenyum kecil, merasa bersalah, tetapi ia bisa buktikan jika dirinya dan Dara tak ada hal yang harus dicurigai.“Aku sudah katakan padamu, kedatangannya adalah untuk berterima kasih karena tidak menghalangi Bram keluar dari perusahan,” jelas Leo pelan di telinga sang istri.“Mereka memutuskan untuk meninggalkan kota ini, jadi Bram sudah mengundur diri,” sambungnya.“Kenapa harus bertemu? Bukankah Bram bisa mewakili, Kenapa harus datang padaku, bukankah sama saja dia ingin mengulang kejadian yang telah lalu?” balas Alice akhirnya. Wanita itu membuka mata, tak menoleh tetapi masih menunggu suaminya menjawab pertanyaannya.“Sera yang memaksa untuk datang dan kebetulan dia–”“Apakah setelah melihatnya kembali hatimu masih bergetar? Dia bah

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 210

    Bram mengangkat wajah, menatap wanita seksi yang melangkah ke arahnya. Wanita dengan rambut panjang bergelombang serta bibir merah yang menggoda.“Tidak bisakah kamu mengetuk pintu dulu?” Bram meletakkan ponsel di atas meja, lalu berpindah ke sofa single.Si wanita terkekeh, ia mendekat dan duduk di hadapan Bram dengan gaya sensual.“Maafkan saya, Pak. Saya tidak sabar menunjukkan hasil karya saya, karena itulah lupa untuk mengetuk.” Mendengus kasar, Bram meraih dikumen yang sudah ada di atas meja. “Mulai besok, bawa langsung ke ruangan pak Leo, dia akan memeriksa tugasmu hingga–”“Tidak Pak. Saya tidak akan mempertaruhkan diri saya. Lebih baik bertanya dulu pada Pak Bram setelah itu ke ruangan pak Leo,” terangnya.“Della–”“Saya tidak mau Pak. Pak Leo terlalu kaku untuk saya, lagipula anak-anaknya sudah pernah salah paham pada saya,” keluhnya tak ingin mendapat masalah.Bram menghela napas, ia memeriksa kerjaan Della, setelah merasa bahwa semua sudah benar, ia kembali memberikan pad

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 209

    Sera terdiam, ia tak melanjutkan makannya. Ia lebih memilih mendengarkan pertengkaran orang tuanya.Ia membuang napas kasar dan berdiri meninggalkan Dara dan Bram yang masih berdebat tentang Alice.“Seharusnya aku tidak merusak pestaku sendiri,” gumamnya dengan wajah lesu.Ia keluar dari resto dan duduk di bangku taman, gadis kecil itu menunduk dengan wajah sedih.“Kamu di sini?” Suara seseorang membuatnya menoleh. Sera terlihat mengingat seseorang yang berada di sebelahnya.Ia langsung berdiri tatkala mengingat dengan benar. “Maafkan aku.” Sera hendak meninggalkan tempat, tetapi Damian mencegahnya, “Sera … apakah namamu Sera?”Sera menoleh dengan tatapan tidak suka, “Bukan. Jangan mendekatiku. Aku tidak mau berdekatan dengan keluarga Clara.”“Clara? Kamu mengenal adikku?” Sera mendengus kecil, “Tentu saja, Clara temanku,” katanya duduk lagi di bangku, “tapi aku tidak ingin berteman dengannya lagi.”Alisa Damian menukik tajam, “Apakah adikku membuat ulah? Dia mengganggumu?”Sera men

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 208

    Leonardo terdiam, ia menatap wajah istrinya yang semakin cantik meski anak-anak mereka telah menjadi remaja.Tangan kekar itu mengulur, mengusap lembut lengan sang istri lembut. “Dia adalah Sera.”“Apakah dia kerabat Bram? Aku merasa tidak asing dengan tatapan mata gadis itu, seperti aku pernah melihat tatapan itu sebelumnya,” kata Alice, “apakah aku salah jika aku merasa gadis kecil itu seperti tidak menyukaiku?”Leonardo memasang wajah datar, ia menatap istrinya dengan tatapan hangat, “Iya, dia adalah kerabat dari Bram,” katanya, “dan tatapan itu, bukan tatapan tidak suka, jangan berpikir terlalu jauh, ya.”Alice menggeleng. “Ya, aku harap salah menilai. Apakah dia anak dari saudara Bram? Atau–”“Dia adalah anak Bram,” jawab Leo segera.“Anak? Bram sudah menikah?” tanya Alice, ia bahkan hak pernah mendengar jika asisten suaminya menikah. Selama ini, mereka mengenal Bram sebagai praibaik, lalu sejak kapan Bram menikah dengan anak sebesar itu?“Tidak menikah, mereka memutuskan untuk t

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 207

    “Aku akan memikirkan ini dengan segera,” kata Bram pada akhirnya.Dara mengangguk. “Terima kasih, aku hanya ingin Sera baik-baik saja dan jauh dari mereka.”Dara teringat sesuatu. Ia menatap Bram dengan rasa khawatiran yang semakin mencuat. “Bram, bukankah kamu pergi menjemput pak Leo? Kamu tidak memberitahu siapa Sera padanya kan?” tanyanya serius.Bram terdiam, ia memaksa untuk tersenyum, “Dara, aku–”“Jangan katakan jika pak Leo sudah tahu siapa Sera, Bram?” Dara semakin khawatir, ia mencoba percaya pada Bram sepenuhnya.“Pak Leo sudah tahu,” jawabnya tanpa menoleh, pria itu sebenarnya lebih khawatir pada Alice, apalagi tatapannya tadi seolah sudah mengetahui semuanya.“Ba-bagaimana kamu bisa memberitahunya, Bram?” pekik Dara tertahan, takut jika Sera mendengar obrolan mereka.“Jika pak Leo tahu, istrinya sudah pasti–” Dara terdiam lagi, ia menatap Bram semakin lamat, “apakah kamu membawa Sera ke rumahnya? Kamu pergi membawa anakku mengantarnya ke rumah?”Leo membuang napas kasar,

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 206

    “Leon, siapa gadis yang bersama Bram tadi?” Alice yang hendak memejamkan mata menoleh ke belakang. Ia tidak bisa memejamkan mata mengingat tatapan gadis tadi padanya.“Dia Sera,” jawab Leo singkat, “ayo kita tidur.”Alice mengerutkan kening, tak biasa Leo seperti menolak obrolan mereka. Ibu dari tiga anak itu kembali berkata, “Sera? Aku tidak tahu jika Bram memiliki kekuarga–”“Alice, lebih baik kita–”“Aku hanya ingin tahu, tatapan gadis tadi seperti tidak asing,” imbuhnya, selama Bram bekerja dengannya, ia tak tahu jika pria itu memiliki keluarga.“Apakah dia keluarga Bram? Kenapa kita tidak tahu jika selama ini–”“Alice, kita bahas besok ya,” katanya, “aku sangat mengantuk dan lelah.” Leo meraih Alice dalam dekapannya, ia memeluk istrinya dan mulai memejamkan mata hingga tertidur dengan lelapnya.Alice mendesah pelan, ia menyesal karena telah memaksa Leo menjawab pertanyaan, “Maafkan aku, seharusnya tadi tidak memaksamu untuk menjawab,” gumamnya pelan seperti berbisik.Sementara it

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 205

    “Ibu … Damian jatuh cinta,” teriak jatuh Laila dari arah luar. Gadis berusia 18 tahun dengan suara melengking itu, berlari dengan sangat kencang.Alice yang masih berada di dapur sampai berdecak karena terkejut. “Ibu, aku yakin kak Laila sangat ditakuti di sekolahnya,” kata gadis kecil berusia sembilan tahu dengan susu di tangan kanannya.Alice menggeleng sembari meletakkan telunjuk di ujung bibir. “Jangan sampai kakakmu dengar, Ibu tidak ingin kamu mendapatkan masalah.”Clara mendengus kecil, “Dia sangat kejam, Ibu. Aku–”“Kamu membicarakanku, Clara?” Laila mendekat dengan tatapan memicing tajam pada adiknya. “Tidak. Mana mungkin aku berani membicarakan wanita angin badai sepertimu, Kak,” katanya dengan senyum yang manis.Laila membuang napas kasar, ia duduk di dekat Clara dan meraih gelas susu adiknya.“Itu milik–”“Mengalah saja. Andaikan dulu kamu lahir lelaki, kamu tidak akan menyusahkan aku,” ketusnya, ia tersenyum lega setelah menghabiskan susu milik adiknya.“Laila …,” tegur

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 204

    Alice membuang napas pelan, kemudian menatap Leo yang masih terpaku. Bibirnya tersenyum kecil, kemudian melirik pada mertuanya yang terlihat syok di belakang Leo.“Satu lagi,” kata Alice tetapi tatapannya lurus pada Leo, “aku tidak akan menjamin keselamatanmu. Bisnis, dan apa pun yang kamu perjuangkan selama ini, aku tidak akan bertanggung jawab lagi.”Dara mengepalkan tangan, ia semakin yakin jika Alice bukan wanita baik. “Kamu berani melakukan itu pada Pak Leo? Dia–”“Ini bukan untuknya, tetapi untukmu.” Alice menoleh ke arah Dara yang langsung terdiam.Tersenyum kecil, Alice mengulurkan tangan dan menepuk wajah Dara yang sudah bengkak dengan pelan. “Aku memperingatkan dirimu, Nona Dara. Keluargamu, mereka tidak bersalah tetapi dengan cerobohnya, kamu menyeret mereka dalam kebusukanmu.”Alisa mengerutkan kening, tahu jika Dara tak memiliki keluarga, lalu ancaman macam apa yang Alice katakan. Namun, ketika wanita yang terlalu menggilai kakaknya itu bersuara, rasa penasarannya terjawa

DMCA.com Protection Status