Share

Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder
Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder
Penulis: Ayesha Razeeta

Bab 1

"L-leon, apakah kau bisa ikut … denganku?" Alice terlihat tergugup dan masih terus berusaha membujuk Leonardo agar ikut dengannya ke rumah orang tua Alice.

Alice mengekor kemanapun Leonardo melangkah, bahkan Alice dengan sengaja menghalangi langkah sang suami yang ingin bercermin.

"Alice, jangan kekanakan!" seru Leonardo menatap Alice dengan tatapan jengah.

Alice mengerucutkan bibir. Dia tidak marah sama sekali walaupun Leonardo sering kali menganggapnya tidak ada. Bahkan Leonardo sering kali menatapnya dengan tatapan remeh.

Alice menghembuskan napas pelan, ia berdiri di hadapan Leonardo yang masih serius dengan kegiatannya memasang dasi berwarna biru. Suaminya ini selalu terlihat tampan dari sisi manapun.

"Sini, biar aku bantu memakainya." Alice sudah siap, tangannya sudah akan menyentuh kerah kemeja suaminya sebelum Leonardo menepis keras tangannya.

"Jauhkan tanganmu!" Leonardo menatap Alice dengan tatapan yang menghunus. Membuat Alice menjauhkan tangannya dari Leonardo dan juga melangkah mundur.

"Hanya sekali saja. Ibuku ulang tahun, aku ingin memberinya kejutan dengan kehadiranmu," ujar Alice dengan wajah memohon. Selama mereka menikah Leonardo tidak pernah sekalipun datang menjenguk ibu mertuanya.

Leonardo menoleh ke arah Alice, menatap sang istri yang tidak pernah berpenampilan menarik di matanya. Alice lebih menyukai pakaian sederhana yang membuatnya nampak seperti gadis biasa.

"Belikan apa saja yang ibumu inginkan, tapi jangan memaksaku ikut denganmu."

Alice menatap nanar kepergian Leonardo, pria itu meninggalkannya tanpa memenuhi keinginannya.

Alice menghela napas kasar, sudah pasrah dengan keputusan Leonardo. Memang tidak mudah meluluhkan hati sang suami, tetapi Alice yakin, suatu saat nanti, mereka bisa saling mencintai dan hidup bahagia.

Alice akhirnya pergi sendiri. Baru saja kakinya melangkah masuk ke kamar mandi, teriakan nyaring dari ibu mertuanya langsung membuatnya terkejut.

Alice lantas bergegas keluar kamar dan berlari menuruni anak tangga. Tidak hanya dia, tetapi beberapa pelayan juga sudah berlari ke arah sumber suara. Namun, tidak ada yang berani mendekat karena nyonya rumah jelas memanggil nama Alice---sang menantu.

Alice adalah orang yang lebih dulu sampai di ruang makan. Ia langsung mengangkat kaki ketika sandal yang ia kenakan basah. Alice yang keheranan langsung melangkah pelan sambil menyapu ke segala arah.

Hingga ia menemukan di mana ibu mertuanya berada dengan penampilan yang sangat memprihatinkan. Ibu kandung Leonardo itu terlihat meringis memegang pinggangnya di pojok meja makan.

"I-ibu, apa yang terjadi?" tanya Alice pada ibu mertuanya yang masih dengan posisi memegang pinggang. Terlihat juga pakaian bagian bawah Luna basah terkena tumpahan sup.

Alice masih merasa heran, kenapa lantai bisa sebasah ini. Padahal seingatnya sebelum dia naik ke lantai atas menemui Leonardo, lantainya sudah kering.

Dengan sangat hati-hati, istri Leonardo itu mendekat untuk menolong. Akan tetapi, belum saja tangannya menyentuh, Luna sudah menepisnya dengan keras.

"INI ULAHMU!" Luna, Ibu Leon berteriak nyaring di depan wajah Alice.

Alice terkejut dengan teriakan Ibu mertuanya, tetapi ia tetap mencoba menolong tetapi di tolak lagi dengan tatapan semakin tajam.

Tidak berselang lama, Leonardo tiba setelah menerima panggilan penting dari kantor. Wajahnya bahkan terlihat semakin kusut ketika sampai di ruang makan setelah memperhatikan sekeliling. Pertikaian ibu dan istrinya seperti tidak akan pernah ada habisnya. Ia menatap Alice yang juga sudah memasang wajah kaku.

Sementara itu, Luna tidak ingin diabaikan langsung memasang wajah sedih, ia mengulurkan tangan ke arah sang putra agar membantunya berdiri.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Leo membawa sang ibu ke tempat yang lebih aman. Penampilan Ibunya sangat memprihatinkan dan dia tahu siapa pelakunya.

Luna menatap sinis pada Alice dan mengadu. "Ibu rasa, wanita itu sengaja membuat Ibu terjatuh, Leo. Lihatlah lantai dapur kita yang basah."

Mendengar tuduhan itu, Alice menatap Leo dengan mata yang sudah berkaca-kaca, ia menggeleng dan mencoba mengatakan bahwa itu semua bukan kesalahannya.

"Minta maaf pada Ibu, Alice!" pinta Leonardo sudah lelah melihat pertengkaran ibu dan istrinya.

Alice menoleh kembali pada Leonardo, dia bingung kenapa harus meminta maaf sedangkan bukan dia yang membuat lantai basah hingga sup panas itu tumpah.

"T-tapi, bukan aku--" Alice tidak melanjutkan perkataannya karena mendapatkan tamparan dari ibu mertuanya.

"Bodoh! Bukan hanya bodoh, tetapi kamu juga pintar mencari pembelaan di depan anakku!"

Leonardo yang tidak ingin terjadi kekerasan pada Alice lagi, segera mendekat ke arah ibu dan istrinya. Ia mencekal tangan ibunya kuat lalu menatap Alice tajam.

"Minta maaf, sekarang!"

Alice menggigit bibir dalamnya, tatapan tajam Leo padanya begitu dingin.

"T-tapi Leo, aku--" Menghela napas, Alice menatap ibu mertuanya dan berucap, "Ibu, aku--"

Luna sudah terlanjur kesal. Dia bahkan tidak membiarkan Alice mengucapkan satu katapun. Wanita separuh abad itu berlalu bersama sang putra---Leonardo.

Hancur sudah hatinya. Alice luruh ke atas lantai basah dengan air mata yang mulai jatuh. Leonardo bahkan tidak mau mendengarkan penjelasannya.

‘Apa yang bisa aku harapkan dari keluarga ini?’ lirihnya dengan menatap hampa kepergian sang mertua dan suaminya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Muhammad Hamdani
Aku suka, semangat Thor.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status