Alice terkejut hingga membuat tubuhnya bergetar. Ia mengepalkan tangan, menggenggam erat gaun miliknya. Melihat itu, Leonardo menghela napas pelan, âAku bersalah. Akan tetapi bisakah kita tidak membahas ini terus?âSudut bibir Alice berkedut, ia menatap Leonardo dengan serius, âAku mencoba melupakan semuanya, Leon. Tetapi, bayangan bagaimana kamu memeluk Dara, menciumnya dengan sayang, bagaimana aku bisa melupakan itu? Coba katakan padaku, bagaimana?â tanya Alice dengan suara yang terdengar bergetar.âKalian pernah tidur bersama, lalu kembali melakukan itu setelah kita menikah, bisakah aku melupakan itu?â Menghela napas panjang, Alice berdiri dan berjalan mendekat ke arah suaminya yang membeku dengan kata-katanya. âAku sangat mencintaimu, Leon. Aku memaafkan semua yang pernah kamu lakukan padaku, tetapi kenapa kali ini aku merasa ragu, kamu ⌠kamu terlihat lebih menganggap Dara dibandingkan aku.ââAlice âŚ,â ucap Leo lirih.âAku mendengar dan melihat semuanya di ruang kerjamu. Aku m
Leonardo duduk di bangku, menatap kedua wanita yang disayanginya tengah dalam perdebatan baru. Jika dulu, mereka berdua bertengkar, kali ini mereka masih bertengkar karena kebaikan bersama. âDengarkan saja ibu, Alice,â putus Leonardo menengahi keduanya.Luna yang mendapatkan pembelaan dari putranya lantas mendekat dan memeluk Leo.âDengar putraku pun mendukung apa yang aku ucapkan. Sekarang jangan keras kepala lagi,â kata Luna.Alice menghela napas, âBaiklah, kalau begitu, siapa yang akan memasak?âLuna meminta para pelayan yang biasa mereka liburkan di dapur kembali melakukan pekerjaan seperti biasa. Semua jelas senang karena mendapatkan kesempatan itu. âKalian berdua buatkan kami makan malam yang enak. Mulai sekarang, Alice tidak akan membantu kalian jadi, jangan ada yang bermalas-malasan.âLeo melirik istrinya yang memasang wajah biasa saja. Seolah apa yang dilakukan mertuanya sedikit berlebihan.âBaik Nyonya. Kami akan melakukan yang terbaik lagi.âLuna membawa Leo dan Alice ke
Pagi hari di kediaman Leonardo, wanita yang baru saja selesai dengan dirinya sendiri tiu, turu. Ke lantai bawah dengan tergesa. Bagun tidur, Alice sudah tidak menemuka Leo di dalam kamar. Bahkan suaminya itu sudah tidak ada di dalam kamar pribadinya.âNyonya, Anda ingin sarapan sekarang?â tanya pelayan kada Alice yang baru menampakkan kaki di lantai dasar.Alice menoleh dengan senyuman ramah seperti biasa. âNanti saja. Di mana Leo?ââTuan sudah berangkat beberapa menit yang lalu, Nyonya,â jawabnya.âKenapa dia tidak membangunkan aku?â gumam Alice, ia melirik ke arah pelayan wanita di hadapannya, âterima kasih, ya. Aku akan ke dapur beberapa menit lagi.âSi pelayan wanita pamit undur diri. Sementara Alice melangkah jenarah taman belakang. Sudah beberapa hari ia tidak melihat tanaman ibu mertuanya yang pernah dirawat dengan sepenuh hati.âIbu, di sini?â Alice mendekat dan berdiri di sebelah Luna yang tengah menyiram tanaman miliknya.âLalu aku di mana? Aku harus merawat mereka agar tumb
Keluar dari lift, Leonardo berlari tergesa, jantungnya berdebar karena begitu khawatir. Karena sudah menghapal kode pintu Dara, ia langsung masuk dan menutupnya dengan segera.Di dalam ruangan itu, Leo tidak melihat siapa pun selain siluet wanita tengah terbaring di sofa dengan berselimut kain tebal.Leo melangkah lebar, berdiri di depan Dara yang meringkuk dengan wajah pucat. Leo berjongkok dan memegang dahi Dara untuk memeriksa suhu dari Sekretarisnya.âAstaga, kenapa tidak langsung ke rumah sakit, Dara?â ucap Leo dengan nada marah.âPak, jangan memarahi saya. Saya ⌠saya sakit.â Dara semakin mengeratkan selimutnya. Leo yang tidak sabar langsung membawa Dara dalam gendongan. Mereka harus segera ke rumah sakit dengan segera. âPak, Anda ingin bawa saya kemana?ââDiamlah, sudah aku katakan sebelumnya, jika sakit tolong cepat kerumah sakit,â omel Leonardo merasa suhu badan Dara semakin meningkat.Dara terkekeh, ia mengalungkan tangannya di leher Leonardo, menenggelamkan kepala pada da
Dara memalingkan wajah, seluruh ingatannya telah pulih, ia tahu dan ingat jelas apa yang terjadi, tetapi kenapa pria yang membawanya kini berubah?âNona Dara, Anda tidak ingin berterima kasih pada saya?â Bram duduk dengan kaki menyilang, menatap punggung kecil milik Dara.âKenapa bukan pak Leo yang menjaga saya. Kenapa harus Anda pak Bram?âBram terkekeh kecil, membayangkan wajah Arsen semalam seperti hiburan untuknya. Mendengar tawa mengejek dari Bram, Dara menoleh dengan tatapan sengit.âApakah ini sangat lucu? Saya ingat semalam pak Leo yang membawa saya.âBram berdehem untuk menghentikan tawanya, âSaya mengingat wajah pak Arsen, percayalah nona yang menjaga Anda sejak awal bukan pak Leo melainkan pak Arsen,â jelas Bram semakin membuat Dara terperangah.âPak Arsen? Bagaimana mungkin, semalam saya ingat jika itu adalah pak Leo,â ucap Dara semakin merasa pusing. Bagaimana bisa Leo berubah menjadi Arsen.Bram mengedikkan bahu, ia mengeluarkan ponsel dan memperlihatkan gambar Arsen yan
Tiba di gedung tinggi, Alice masuk seorang diri. Sementara Edgar, ia langsung membawa mobil mewahnya melaju dengan kecepatan sedang. Pria muda itu, memiliki janji lain yang tidak bisa ditundanya.âSaya ingin bertemu dengan pak Leo, apakah beliau ada di ruangannya?â tanya Alice pada resepsionis.Kedua wanita cantik di sana terperangah menatap kecantikan Alice dari dekat, terlihat seperti boneka hidup yang bersinar.âMaaf Nyonya, tetapi Pak Leo baru saja keluar dalam pertemuan,â jawab salah satu diantara mereka, menunduk merasa tidak enak.Alice berdecak, andai saja dia menerima panggilan Leo tadi, ia tidak perlu serepot ini.âKira-kira kembali berapa jam lagi?â Alice masih mencoba menunggu.âSekitar dua jam lagi, Nyonya. Anda bisa menunggu di ruangan pak Leo jika ingin,â balas mereka sopan. âTidak perlu. Aku kembali saja.â Alice berbalik dan sudah siap ingin menelepon supir, tetapi Bram segera tiba dengan langkah yang lebar.âNyonya, Anda di sini?â tanya Bram tidak tahu jika Alice ber
Leo mengusap wajah setelah mendengar apa yang Bram beritahu. Alice tahu kemana dirinya dan itu sangat memalukan. Berulang kali, ia meyakinkan, tetapi berulang kali juga dia memberi bukti bahwa dirinya tidak bisa lepas dari Dara.âAku akan kembali beberapa menit lagi.â Leonardo mematikan ponselnya dan meletakkan di samping duduknya. Pria itu, menghembuskan napas berulang kali. Setelah merasa tenang, berulah ia meminta supir untuk membawanya kembali ke kantor. Leo akan menenangkan diri juga membuat narasi agar alasannya bisa diterima oleh Alice.Ia pun akan meminta Bram untuk bersiap selama kepergiannya berlibur.Tiba di gedung miliknya, Leonardo langsung masuk dengan langkah yang lebar. Ia ingin mendengar sekali lagi apa yang Bram jelaskan tadi padanya. âBram, masuk ke ruanganku!â pinta Leo pada Bram yang kebetulan keluar dari ruangannya.Bram menutup pintu dan mengekor di belakang bosnya, wajah tegang Leonardo sudah dipastikan terjadi sesuatu yang tidak baik sebelumnya.âDuduk dulu
Di dalam ruangan dengan cat berwarna coklat muda. Leonardo membelakangi ibunya, menatap para pekerja yang tengah membersihkan pekarangan mereka seperti biasa.âItu hanya akal-akalan Dara saja, Bu. Jangan diambil pusing,â jaga Leo setelah mendengar semua ancaman Dari pada ibunya.Luna mendekat, berdiri di sebelah Leo yang bersedekap dada. âIbu tahu, dia hanya mengancam, tetapi tetap saja, ibu akan khawatir. Bagaimana jika tuan Oscar tahu dan marah pada kita?âLeo berbalik, menoleh pada ibunya yang terlihat sangat gusar. âIbu, itu tidak akan terjadi. Lagipula, ayah mertuaku tahu mana yang bisa dianggap serius dan tidak. Apa yang akan Dara sebarkan juga bukan barang bukti yang kuat, itu hanya masa kecil kami.âLuna menggeleng kuat. âKamu salah Leo. Wanita itu memiliki satu foto kalian saat bersama diââLuna tidak bisa melanjutkan perkataannya, ia begitu malu dan juga marah pada dirinya sendiri. Sejujurnya, ini terjadi karena keinginannya yang meminta Dara mendekati Leo.âAku akan mengur
Luna menghela napas berulang kali, ia duduk dan menatap menantunya. âIbu hanya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Laila di sana.âLeo mengangguk paham. Ia meraih tangan ibunya. âIbu, Damian akan menjaganya selama satu bulan, lagipula ada Arsen di sana.ââArsen? Kamu masih percaya pada pria itu? Bagaimana jikaâââIbu, tolong percaya dengan keputusan yang sudah aku ambil, Arsen adalah satu-satunya yang bisa menjaga Laila setelah Damian.âLagi-lagi Luna mendengus, ia tak suka dengan pria bernama Arsen. Pria itu ingin merebut Alice dari putranya bahkan dengan terang-terangan mengakui Laila dan Damian sebagai anak.âKalian tidak ada yang mengerti dengan kekhawatiranku. Aku hanya ingin cucuku hidup dengan damai, tidak perlu sekolah di tempat jauh, kita bisaâââMaafkan aku karena memotong ucapanmu Bu. Tetapi ini adalah keputusan mereka. Laila ingin sekolah bisnis seperti Silviana, sementara Damian, putraku adalah penerus, dia harus memiliki pendidikan yang jauh lebih hebat.âMembuang na
Alice dan Leo saling pandang, pun dengan Laila yang hanya berdecak mendengar permintaan kakaknya.âApa maksudmu, Damian?â tanya Laila semakin jengah.âAku tidak mungkin mengekor padamu, aku juga ingin memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan,â katanya.âTidak ada yang menjagamu sebaik aku, Laila. Sejak kita kecil, aku yangâââTapi sekarang aku sudah besar, aku bisa menjaga diriku, lagipula di sana ada Ayah Arsen.â Laila berdiri dengan kesalnya.âTerserah jika kalian tidak mendukung, aku akan tetap bersekolah di tempat yang aku inginkan,â ujarnya, âdan Ayah tidak boleh menarik kesepakatan kita.ââLaila duduk dulu, Nak.â Alice menepuk pelan sebelah sisi tempatnya.âTidak Ibu. Tidak sebelum Damian berpikir waras.âSetelah mengatakan itu, Laila meninggalkan ruangan dengan kekesalan pada Damian.âDia gila,â geramnya dengan nada yang kesal.Sementara itu, Clara yang melihat kakak perempuannya menuju kamar, segera mengikuti. Rasanya sangat berat berpisah meski mereka berdua jarang sekali terli
âSelamat pagi.â Laila datang lebih cepat, memotong ucapan Alice yang tengah memeluk putri bungsunya.âSelamat pagi, Sayang.â Leonardo menyambut putri sulungnya, kemudian meminta Laila untuk duduk di sebelahnya.Melihat itu, Clara mengerucutkan bibir, âAyah, jangan terlalu memanjakan kakak, dia sudahâââClara lebih baik kamu diam, berikan susu yang kamu buatkan tadi untukku.â Laila meraih selembar roti dan mengolesi dengan selesai cokelat.âBaiklah.â Clara memeluk ibunya singkat kemudian memberikan susu yang dibuatnya pada Laila.âSekarang berikan nilai untukku. Aku yakin ini rasanya seratus,â kata Clara.Laila meraih gelas susu miliknya, kemudian meneguknya hingga setengah. âEnak, aku rasa ini adalah bakatmu.âClara mengerucutkan bibir, âBakatku banyak Kak. Hanya saja, aku tidak ingin menunjukkan pada orang lain,â katanya dengan bangga.âOh aku sangat kagum padamu. Duduklah, aku ingin memberikan hadiah lain.â Laila meletakkan gelas yang sudah kosong kemudian merogoh kantong celana mil
Alice masih ke dalam ruang makan dan benar saja, semua sudah disiapkan dengan sangat baik. Clara yang melihat wajah takjub ibunya pun ikut merasa bahagia.âBagaimana? Aku sangat membanggakan bukan?â tanyanya pada sang ibu.âBenar Clara yang melakukan ini sendiri?â Alice menoleh pada putrinya yang langsung terdiam dengan bibir tersenyum kecil.âSenangnya, Clara dibantu oleh kak Laila,â akunya, âtapi karena dia kelelahan dan mengantuk, kakak kembali ke kamar.âAlice menaikkan alis, kemudian mengangguk paham. âYa sudah, tapi setidaknya, Clara sudah membuktikan jika putri ibu sudah sangat hebat.âClara mengangguk senang. âTolong beritahu kakek ya, Bu. Aku ingin kakek mendengar hal baik tentangku.ââBaiklah, jika kakek bertanya, Ibu akan memberitahu jika cucunya yang cantik ini sudah besar.âClara memeluk ibunya. âIbu aku sangat menyayangimu. Aku yakin karena itulah ayah sangat mencintaimu.âAlice terkekeh, âYa sudah, sekarang duduk dulu, Ibu akan buatkan sarapan untuk kita semua.ââAku ak
Alice menghela napas panjang untuk meredam semuanya. Tidak ada yang bisa mengetahui takdir kedepannya. Damian masih terlalu muda, sementara Sera, gadis kecil itu juga masih seusia Clara yang mungkin tidak mengerti dengan situasi ini.âSemoga saja, Damian mendapatkan yang terbaik,â putus Alice akhirnya.Leo mengangguk meski rasanya ada yang aneh. Rasa sakit yang Alice rasakan sepertinya terlalu besar, hingga sang istri belum bisa memaafkan apa yang telah terjadi.âKamu benar, Damian masih terlalu muda. Kita bisa lebih tenang karena Bram juga telah meninggalkan kota bersama putrinya.Setelah mereka membahas semuanya, Alice memutuskan untuk tidak membahas ini lagi. Ia bahkan meminta Laila untuk tidak membantu Damian melupakan perasaannya yang diyakini hanya rasa sesaat.âTidurlah, aku masih ada banyak pekerjaan di bawah,â kata Leo akhirnya, hingga saat ini ia belum menemukan seseorang yang bisa menggantikan posisi Bram di kantor.âMaafkan aku. Aku seharusnya tidak terlalu keras sehingga
Malam hari, Alice yang masih merasa curiga pada Dara dan Leo memutuskan untuk tidur lebih cepat. Ia tahu usianya tidak lagi muda seperti dulu. Jadi, tidur adalah pilihan yang lebih tepat.Sementara itu, Leo yang tahu dengan kecemburuan istrinya hanya tersenyum kecil, merasa bersalah, tetapi ia bisa buktikan jika dirinya dan Dara tak ada hal yang harus dicurigai.âAku sudah katakan padamu, kedatangannya adalah untuk berterima kasih karena tidak menghalangi Bram keluar dari perusahan,â jelas Leo pelan di telinga sang istri.âMereka memutuskan untuk meninggalkan kota ini, jadi Bram sudah mengundur diri,â sambungnya.âKenapa harus bertemu? Bukankah Bram bisa mewakili, Kenapa harus datang padaku, bukankah sama saja dia ingin mengulang kejadian yang telah lalu?â balas Alice akhirnya. Wanita itu membuka mata, tak menoleh tetapi masih menunggu suaminya menjawab pertanyaannya.âSera yang memaksa untuk datang dan kebetulan diaâââApakah setelah melihatnya kembali hatimu masih bergetar? Dia bah
Bram mengangkat wajah, menatap wanita seksi yang melangkah ke arahnya. Wanita dengan rambut panjang bergelombang serta bibir merah yang menggoda.âTidak bisakah kamu mengetuk pintu dulu?â Bram meletakkan ponsel di atas meja, lalu berpindah ke sofa single.Si wanita terkekeh, ia mendekat dan duduk di hadapan Bram dengan gaya sensual.âMaafkan saya, Pak. Saya tidak sabar menunjukkan hasil karya saya, karena itulah lupa untuk mengetuk.â Mendengus kasar, Bram meraih dikumen yang sudah ada di atas meja. âMulai besok, bawa langsung ke ruangan pak Leo, dia akan memeriksa tugasmu hinggaâââTidak Pak. Saya tidak akan mempertaruhkan diri saya. Lebih baik bertanya dulu pada Pak Bram setelah itu ke ruangan pak Leo,â terangnya.âDellaâââSaya tidak mau Pak. Pak Leo terlalu kaku untuk saya, lagipula anak-anaknya sudah pernah salah paham pada saya,â keluhnya tak ingin mendapat masalah.Bram menghela napas, ia memeriksa kerjaan Della, setelah merasa bahwa semua sudah benar, ia kembali memberikan pad
Sera terdiam, ia tak melanjutkan makannya. Ia lebih memilih mendengarkan pertengkaran orang tuanya.Ia membuang napas kasar dan berdiri meninggalkan Dara dan Bram yang masih berdebat tentang Alice.âSeharusnya aku tidak merusak pestaku sendiri,â gumamnya dengan wajah lesu.Ia keluar dari resto dan duduk di bangku taman, gadis kecil itu menunduk dengan wajah sedih.âKamu di sini?â Suara seseorang membuatnya menoleh. Sera terlihat mengingat seseorang yang berada di sebelahnya.Ia langsung berdiri tatkala mengingat dengan benar. âMaafkan aku.â Sera hendak meninggalkan tempat, tetapi Damian mencegahnya, âSera ⌠apakah namamu Sera?âSera menoleh dengan tatapan tidak suka, âBukan. Jangan mendekatiku. Aku tidak mau berdekatan dengan keluarga Clara.ââClara? Kamu mengenal adikku?â Sera mendengus kecil, âTentu saja, Clara temanku,â katanya duduk lagi di bangku, âtapi aku tidak ingin berteman dengannya lagi.âAlisa Damian menukik tajam, âApakah adikku membuat ulah? Dia mengganggumu?âSera men
Leonardo terdiam, ia menatap wajah istrinya yang semakin cantik meski anak-anak mereka telah menjadi remaja.Tangan kekar itu mengulur, mengusap lembut lengan sang istri lembut. âDia adalah Sera.ââApakah dia kerabat Bram? Aku merasa tidak asing dengan tatapan mata gadis itu, seperti aku pernah melihat tatapan itu sebelumnya,â kata Alice, âapakah aku salah jika aku merasa gadis kecil itu seperti tidak menyukaiku?âLeonardo memasang wajah datar, ia menatap istrinya dengan tatapan hangat, âIya, dia adalah kerabat dari Bram,â katanya, âdan tatapan itu, bukan tatapan tidak suka, jangan berpikir terlalu jauh, ya.âAlice menggeleng. âYa, aku harap salah menilai. Apakah dia anak dari saudara Bram? AtauâââDia adalah anak Bram,â jawab Leo segera.âAnak? Bram sudah menikah?â tanya Alice, ia bahkan hak pernah mendengar jika asisten suaminya menikah. Selama ini, mereka mengenal Bram sebagai praibaik, lalu sejak kapan Bram menikah dengan anak sebesar itu?âTidak menikah, mereka memutuskan untuk t