Share

25. Gelisah

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-13 18:05:47

Happy Reading

*****

Hazimah melangkahkan kakinya dengan cepat ke kamar. Dia ingin segera mengambil wudhu untuk menenangkan hatinya yang bergemuruh. Sungguh, dia tidak ingin suaminya kecewa jika mengetahui rahasia yang selama ini dia sembunyikan.

"Apa mungkin beliau sudah membuka album foto itu, ya. Kok, jadi bahas lelaki itu," gumam Hazimah sendirian di dalam kamar.

Malam itu baik Zafran maupun Hazimah tidak dapat memejamkan mata. Mereka masing-masing saling menerka-nerka. Bermain-main dengan pemikiran sendiri.

Selama ini, Zafran hampir tidak pernah mendengar dan mengetahui bahwa istrinya itu pernah dekat dengan seorang lelaki. Jika kini, dia melihat ada foto lelaki yang diberi tanda silang pada wajahnya, jelas orang tersebut memiliki sesuatu di hati Hazimah. Begitulah pemikiran Zafran.

Beda kasus dengan pasangan Zafran dan Hazimah, Haidar dan Aliyah pun sedang dilanda dilema apalagi si perempuan yang sejak kemarin mengharapkan ada hal-hal romantis yang akan dilakukan suaminya. Nam
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Istri Warisan Sahabat   26. Gelisah 2

    Happy Reading*****Azan subuh berkumandang yang menandakan segala aktifitas dan pekerjaan akan segera dimulai. Haidar sudah bangun lebih dulu, berangkat jemaah ke Musala. Namun, sebelum itu dia sudah membangunkan Aliyah.Sepanjang perjalanan menuju Musala, entah mengapa detak jantung Haidar bekerja lebih cepat. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal. "Ada apa ini? Apakah ada orang yang sedang memikirkanku?" gumam Haidar. Di musala pun, lelaki itu tidak bisa khusyuk mendengarkan kultum yang dibawakan imam. Pada Akhirnya, Haidar memutuskan untuk pulang dan absen pada kajian tersebut. Sesampainya di rumah, Haidar melihat pemandangan yang diharapkannya perempuan yang telah dihalalkan. Aliyah terlihat sibuk bersama sang bunda di dapur, menyiapkan sarapan. Lelaki itupun memutuskan untuk membaca Al-qur'an untuk menenangkan hatinya.*****Di sebuah ruangan yang akan menjadi kantor kantornya. Zafran duduk termenung sambil melihat foto yang diambilnya kemarin dari album Hazimah. Hatinya mas

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Istri Warisan Sahabat   27. Mencoba Melawan

    Happy Reading*****Sekumpulan lelaki bertato di hadapan Haidar menoleh ke sumber suara. "Siapa kamu?" tanya salah satu dari mereka yang berambut gondrong."Nggak usah banyak tanya. Kalian sudah mengeroyok sahabatku. Jadi, aku nggak akan membiarkan kalian semena-mena."Nggak usah banyak omong. Kalau berani kamu maju sini," ujar lelaki lain yang berkulit hitam legam. Haidar sedikit demi sedikit menggeser posisinya, mendekati sang sahabat tanpa sepengetahuan para lelaki itu. "Sob, sebaiknya kamu nyari bantuan. Kita nggak mungkin bisa melawan mereka.""Kamu meragukan kemampuan kita berdua?" tanya Zafran. Lengkungan garis bibirnya terangkat. "Bukan begitu, tapi lawan kita enggak seimbang. Mereka terlalu banyak," bisik Haidar."Tenang, kita pasti bisa melawannya. Insya Allah.""Hei, di sini bukan ajang musyawarah," teriak lelaki lainnya. Para pria bertato itupun tanpa banyak kata, langsung menyerang dua sahabat di depannya. Mereka adu kekuatan, dua lawan enam. Pukulan demi pukulan tel

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Istri Warisan Sahabat   28. Panik 1

    Happy Reading*****Dua sahabat itu tumbang di jalanan, sedangkan sekumpulan musuh mereka segera membawa lari mobil dan motor yang ada. Zafran dan Haidar dibiarkan tergeletak begitu saja. Keadaan jalanan yang sepi di wilayah tersebut membuat keduanya tidak segera mendapat pertolongan. *****Seseorang sedang mengetuk pintu kediaman Sania dengan keras. Perempuan yang sedang menikmati tontonan favoritnya di televisi bersama sang menantu."Siapa, ya, Al?" tanya perempuan paruh baya tersebut pada sang menantu."Kurang tahu, Bun. Apa mungkin Mas Haidar, ya. Soalnya sudah dari tadi, dia keluar. Tumben sampai mau salat Asar belum datang juga.""Memangnya masmu pamit ke mana?" Sania mengerutkan kening. Tidak biasa putranya itu keluar sampai lupa waktu."Ketemuan sama temen katanya," sahut Aliyah. "Biar aku saja yang bukain, Bun." Perempuan yang baru dihalalkan Haidar itupun berdiri hendak membukakan pintu."Biar Bunda saja yang buka. Kalau memang suamimu, Bunda mau marahin dia. Pergi kok ng

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Istri Warisan Sahabat   29. Panik 2

    Happy Reading*****"Bu, sebaiknya kita angkat bundanya ke kamar," saran salah satu polisi tersebut."Iya, Pak. Tolong," pinta Aliyah. Walau dirinya sendiri tengah dilanda kekalutan memikirkan nasib sang suami, tetapi perempuan itu harus tetap mengurus mertuanya dengan baik.Kedua polisi tersebut bahu membahu menggotong Sania ke kamarnya. Mereka merebahkan wanita paruh baya itu dengan sangat hati-hati ke ranjang. "Bu, ada minyak kayu putih atau sejenisnya yang bisa digunakan untuk membaui indera penciuman bundanya. Mungkin, dengan cara seperti itu, bundanya bisa cepat siuman," kata salah satu aparat yang datang berkunjung ke rumah Haidar."Sebentar, Pak. Saya carikan." Perempuan berjilbab itu meninggalkan dua polisi di kamar Sania dengan cara membuka pintu lebar-lebar. Melangkah pergi ke arah ruang tengah untuk mengambil kotak obat yang terletak di bawah meja televisi.Beberapa menit kemudian, Aliyah ke kamar sang mertua dengan membawa kotak obat. Membuka kotak tersebut dan mengambi

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Istri Warisan Sahabat   30. Makin Panik

    Happy Reading*****Kedua polisi itu pamit. Kini, tinggallah Aliyah yang menunggu Sania bangun. Sembari menunggu sang mertua terbangun, perempuan yang sudah dihalalkan Haidar itu mengirimkan chat pada Ruby."Sabar, Dik. Kakak baru saja nyampek di rumah sakit. Ini baru saja mau turun mobil," balas Ruby. "Tolong, ya. Kak. Kalau sudah sampai dan ketemu sama Mas Haidar tolong kirimi aku foto, ya," balas Aliyah. "Iya, Dik. Kakak tutup dulu, ya. Jangan menghubungi dulu sebelum aku hubungi.""Siap," kata Aliyah. Perempuan itu kembali fokus merawat sang mertua yang mulai menggerakkan tangannya.Setelah selesai membalas pesan sang adik ipar, Ruby mengajak suaminya turun. Sesampainya di depan ruang UGD, Ruby melihat beberapa polisi sedang berjaga. Namun, dia enggan bertanya malah memilih mendekati pusat informasi di ruangan tersebut."Permisi, Mbak. Mau tanya, pasien atas nama Haidar Izadin Narain?" tanya Ruby didampingi sang suami."Sebentar, Bu!" kata perawat yang berada di meja depan ruang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Istri Warisan Sahabat   31. Tatapan Benci

    Happy reading ***Aliyah mengambil alih ponsel di tangan Sania karena perempuan paruh baya itu lemas, tidak dapat melanjutkan percakapannya dengan Ruby. "Kak, halo. Ini Aliyah. Gimana keadaan Mas Haidar?" tanya menantu perempuan keluarga Sania. "Suamimu, Alhamdulillah nggak cedera parah, Dik," terang Ruby, "Cuma temennya yang agak mengkhawatirkan. Kakak mau menghubungi keluarganya, cuma nggak tahu kontak siapa yang harus kakak telpon."Suara Ruby melemah, terdengar jelas oleh indera Aliyah dan juga Sania. "Aku juga nggak kenal siapa Mas Zafran itu, Kak. Terus gimana kita bisa menghubungi keluarganya," kata Aliyah. Tersadar dari lamunan panjang, Sania merebut ponsel dari tangan Aliyah. "Kayaknya, Bunda punya nomor HP, mamanya Zafran. Kamu matiin dulu, Kak. Biar Bunda bisa menghubungi beliau," sahut Sania, tegas. Seperti tidak terjadi apa pun dengannya tadi."Lho, Bun. Bukannya orang tua Zafran sudah meninggal semua pas kecelakaan waktu itu?" tanya Ruby. "Nggak, Kak. Tante Yana

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Istri Warisan Sahabat   1. Dilema

    "Selamat, ya. Semoga kamu menjadi pemimpin yang amanah. Bisa membawa komisariat ini lebih maju dari sebelumnya. YAKUSA (yakin usaha sampai) sampai akhir kepengurusan nanti." Menangkupkan kedua tangannya. Gadis yang aneh menurut Haidar karena dia sudah bersikap acuh padanya. Namun, dia tetap bersikap sebaliknya. Haidar baru saja ditetapkan sebagai ketua umum komisariat organisasi ekstra di fakultasnya. Dia mengalahkan gadis yang memberinya selamat tadi. Sebenarnya, rasa kagum terhadap gadis itu telah menghampiri hatinya. Namun, sisi egois seorang laki-laki telah mengalahkan semua perasaan pada sang gadis. Sikap lelaki yang tak bisa dikalahkan oleh seorang perempuan telah mengakar kuat dalam hatinya. Bagaimana tidak, jika setiap mata kuliah yang diambil oleh Haidar nilainya selalu dibawah sang gadis. Bahkan pemilihan ketua senat kemarin, dia juga dikalahkan olehnya. "Ya, terima kasih. Selamat juga buat kamu." Memandang sinis pada sang gadis, lalu pergi begitu saja. Melewatinya tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Warisan Sahabat   2. Curhat

    Tatapan mata Haidar kembali pada rinai hujan di luar sana.Bimbang hati untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Disilangkan kaki kanannya di atas paha sebelah kiri khas duduk seorang lelaki. Kedua tangan diletakkannya di atas meja dengan siku sebagai penopangnya. Jari-jarinya mulai bergerak lincah diatas layar gawai, mencari nama seseorang yang bisa menghibur hatinya yang mulai tak tentu arah.Pangilan pertama tak juga diangkat oleh sang pemilik kontak. Beberapa kali Haidar mencoba melakukan panggilan dengan nama kontak yang sama. Namun, sang pemilik belum berkenan menerima panggilan dari Haidar. Lelah melakukan panggilan akhirnya dia mengirimkan pesan melalui aplikasi chatting."Sob, posisi?" tulis Haidar.Sembari menunggu balasan, Haidar memesan coffelatte kembali. Dia berharap, sang sahabat mau menemani menikmati secangkir kopi bersamanya. Namun, sampai lima belas menit kemudian sahabatnya itu tak kunjung mengirim balasan chat darinya.Sesibuk itukah sahabatnya hingga untuk membala

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19

Bab terbaru

  • Istri Warisan Sahabat   31. Tatapan Benci

    Happy reading ***Aliyah mengambil alih ponsel di tangan Sania karena perempuan paruh baya itu lemas, tidak dapat melanjutkan percakapannya dengan Ruby. "Kak, halo. Ini Aliyah. Gimana keadaan Mas Haidar?" tanya menantu perempuan keluarga Sania. "Suamimu, Alhamdulillah nggak cedera parah, Dik," terang Ruby, "Cuma temennya yang agak mengkhawatirkan. Kakak mau menghubungi keluarganya, cuma nggak tahu kontak siapa yang harus kakak telpon."Suara Ruby melemah, terdengar jelas oleh indera Aliyah dan juga Sania. "Aku juga nggak kenal siapa Mas Zafran itu, Kak. Terus gimana kita bisa menghubungi keluarganya," kata Aliyah. Tersadar dari lamunan panjang, Sania merebut ponsel dari tangan Aliyah. "Kayaknya, Bunda punya nomor HP, mamanya Zafran. Kamu matiin dulu, Kak. Biar Bunda bisa menghubungi beliau," sahut Sania, tegas. Seperti tidak terjadi apa pun dengannya tadi."Lho, Bun. Bukannya orang tua Zafran sudah meninggal semua pas kecelakaan waktu itu?" tanya Ruby. "Nggak, Kak. Tante Yana

  • Istri Warisan Sahabat   30. Makin Panik

    Happy Reading*****Kedua polisi itu pamit. Kini, tinggallah Aliyah yang menunggu Sania bangun. Sembari menunggu sang mertua terbangun, perempuan yang sudah dihalalkan Haidar itu mengirimkan chat pada Ruby."Sabar, Dik. Kakak baru saja nyampek di rumah sakit. Ini baru saja mau turun mobil," balas Ruby. "Tolong, ya. Kak. Kalau sudah sampai dan ketemu sama Mas Haidar tolong kirimi aku foto, ya," balas Aliyah. "Iya, Dik. Kakak tutup dulu, ya. Jangan menghubungi dulu sebelum aku hubungi.""Siap," kata Aliyah. Perempuan itu kembali fokus merawat sang mertua yang mulai menggerakkan tangannya.Setelah selesai membalas pesan sang adik ipar, Ruby mengajak suaminya turun. Sesampainya di depan ruang UGD, Ruby melihat beberapa polisi sedang berjaga. Namun, dia enggan bertanya malah memilih mendekati pusat informasi di ruangan tersebut."Permisi, Mbak. Mau tanya, pasien atas nama Haidar Izadin Narain?" tanya Ruby didampingi sang suami."Sebentar, Bu!" kata perawat yang berada di meja depan ruang

  • Istri Warisan Sahabat   29. Panik 2

    Happy Reading*****"Bu, sebaiknya kita angkat bundanya ke kamar," saran salah satu polisi tersebut."Iya, Pak. Tolong," pinta Aliyah. Walau dirinya sendiri tengah dilanda kekalutan memikirkan nasib sang suami, tetapi perempuan itu harus tetap mengurus mertuanya dengan baik.Kedua polisi tersebut bahu membahu menggotong Sania ke kamarnya. Mereka merebahkan wanita paruh baya itu dengan sangat hati-hati ke ranjang. "Bu, ada minyak kayu putih atau sejenisnya yang bisa digunakan untuk membaui indera penciuman bundanya. Mungkin, dengan cara seperti itu, bundanya bisa cepat siuman," kata salah satu aparat yang datang berkunjung ke rumah Haidar."Sebentar, Pak. Saya carikan." Perempuan berjilbab itu meninggalkan dua polisi di kamar Sania dengan cara membuka pintu lebar-lebar. Melangkah pergi ke arah ruang tengah untuk mengambil kotak obat yang terletak di bawah meja televisi.Beberapa menit kemudian, Aliyah ke kamar sang mertua dengan membawa kotak obat. Membuka kotak tersebut dan mengambi

  • Istri Warisan Sahabat   28. Panik 1

    Happy Reading*****Dua sahabat itu tumbang di jalanan, sedangkan sekumpulan musuh mereka segera membawa lari mobil dan motor yang ada. Zafran dan Haidar dibiarkan tergeletak begitu saja. Keadaan jalanan yang sepi di wilayah tersebut membuat keduanya tidak segera mendapat pertolongan. *****Seseorang sedang mengetuk pintu kediaman Sania dengan keras. Perempuan yang sedang menikmati tontonan favoritnya di televisi bersama sang menantu."Siapa, ya, Al?" tanya perempuan paruh baya tersebut pada sang menantu."Kurang tahu, Bun. Apa mungkin Mas Haidar, ya. Soalnya sudah dari tadi, dia keluar. Tumben sampai mau salat Asar belum datang juga.""Memangnya masmu pamit ke mana?" Sania mengerutkan kening. Tidak biasa putranya itu keluar sampai lupa waktu."Ketemuan sama temen katanya," sahut Aliyah. "Biar aku saja yang bukain, Bun." Perempuan yang baru dihalalkan Haidar itupun berdiri hendak membukakan pintu."Biar Bunda saja yang buka. Kalau memang suamimu, Bunda mau marahin dia. Pergi kok ng

  • Istri Warisan Sahabat   27. Mencoba Melawan

    Happy Reading*****Sekumpulan lelaki bertato di hadapan Haidar menoleh ke sumber suara. "Siapa kamu?" tanya salah satu dari mereka yang berambut gondrong."Nggak usah banyak tanya. Kalian sudah mengeroyok sahabatku. Jadi, aku nggak akan membiarkan kalian semena-mena."Nggak usah banyak omong. Kalau berani kamu maju sini," ujar lelaki lain yang berkulit hitam legam. Haidar sedikit demi sedikit menggeser posisinya, mendekati sang sahabat tanpa sepengetahuan para lelaki itu. "Sob, sebaiknya kamu nyari bantuan. Kita nggak mungkin bisa melawan mereka.""Kamu meragukan kemampuan kita berdua?" tanya Zafran. Lengkungan garis bibirnya terangkat. "Bukan begitu, tapi lawan kita enggak seimbang. Mereka terlalu banyak," bisik Haidar."Tenang, kita pasti bisa melawannya. Insya Allah.""Hei, di sini bukan ajang musyawarah," teriak lelaki lainnya. Para pria bertato itupun tanpa banyak kata, langsung menyerang dua sahabat di depannya. Mereka adu kekuatan, dua lawan enam. Pukulan demi pukulan tel

  • Istri Warisan Sahabat   26. Gelisah 2

    Happy Reading*****Azan subuh berkumandang yang menandakan segala aktifitas dan pekerjaan akan segera dimulai. Haidar sudah bangun lebih dulu, berangkat jemaah ke Musala. Namun, sebelum itu dia sudah membangunkan Aliyah.Sepanjang perjalanan menuju Musala, entah mengapa detak jantung Haidar bekerja lebih cepat. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal. "Ada apa ini? Apakah ada orang yang sedang memikirkanku?" gumam Haidar. Di musala pun, lelaki itu tidak bisa khusyuk mendengarkan kultum yang dibawakan imam. Pada Akhirnya, Haidar memutuskan untuk pulang dan absen pada kajian tersebut. Sesampainya di rumah, Haidar melihat pemandangan yang diharapkannya perempuan yang telah dihalalkan. Aliyah terlihat sibuk bersama sang bunda di dapur, menyiapkan sarapan. Lelaki itupun memutuskan untuk membaca Al-qur'an untuk menenangkan hatinya.*****Di sebuah ruangan yang akan menjadi kantor kantornya. Zafran duduk termenung sambil melihat foto yang diambilnya kemarin dari album Hazimah. Hatinya mas

  • Istri Warisan Sahabat   25. Gelisah

    Happy Reading*****Hazimah melangkahkan kakinya dengan cepat ke kamar. Dia ingin segera mengambil wudhu untuk menenangkan hatinya yang bergemuruh. Sungguh, dia tidak ingin suaminya kecewa jika mengetahui rahasia yang selama ini dia sembunyikan. "Apa mungkin beliau sudah membuka album foto itu, ya. Kok, jadi bahas lelaki itu," gumam Hazimah sendirian di dalam kamar. Malam itu baik Zafran maupun Hazimah tidak dapat memejamkan mata. Mereka masing-masing saling menerka-nerka. Bermain-main dengan pemikiran sendiri.Selama ini, Zafran hampir tidak pernah mendengar dan mengetahui bahwa istrinya itu pernah dekat dengan seorang lelaki. Jika kini, dia melihat ada foto lelaki yang diberi tanda silang pada wajahnya, jelas orang tersebut memiliki sesuatu di hati Hazimah. Begitulah pemikiran Zafran. Beda kasus dengan pasangan Zafran dan Hazimah, Haidar dan Aliyah pun sedang dilanda dilema apalagi si perempuan yang sejak kemarin mengharapkan ada hal-hal romantis yang akan dilakukan suaminya. Nam

  • Istri Warisan Sahabat   24. Sebuah Rahasia

    Happy Reading*****Zafran sendiri terlihat salah tingkah. Mencoba membuang muka supaya sang istri tidak curiga jika dia sudah mengetahui apa isi dari album foto tersebut. "Nggak lihat apa-apa, kok. Cuma penasaran sama ini aja, tadi jatuh pas kamu bawa kardus masuk." Zafran menunjukkan album foto yang sudah dia letakkan di lantai sebelum istrinya datang tadi."Aku tadi manggil-manggil, lho. Tapi, kamu malah berjalan menjauh. Apa buku itu milikmu?" tanya Zafran memastikan. "Oh!" sahut perempuan berkulit putih tersebut. "Iya, ini memang punyaku."Hazimah segera mengambil album foto itu. Wajahnya seketika berubah, tangannya bahkan bergetar hebat ketika mengambil benda mati yang tergeletak di lantai. Ada rasa takut dan gugup ketika mengambil benda tersebut. Perempuan itu begitu khawatir jika isi dari benda yang dia sembunyikan selama ini akan diketahui oleh suaminya.Zafran mencoba mengalihkan perhatian Hazimah. Dia tidak ingin terlarut dalam pikiran negatif tentang hubungan hubungan sa

  • Istri Warisan Sahabat   23. Album Foto

    Happy Reading*****Malam itu, Aliyah tidak membahas apa yang diharapkannya sejak tadi. Haidar sendiri memilih tidur dengan membelakangi sang istri setelah meminta perempuan yang dinikahinya itu untuk salat isya terlebih dahulu."Dasar suami nggak peka sama kebutuhan istri. Masak iya, aku yang minta duluan. Kaan, malu," gerutu Aliyah dalam hati.Kesal dengan sikap Haidar, perempuan itu memilih bermain ponsel hingga matanya tertutup sempurna. Melupakan semua keinginan romantis-romantisan bersama sang suami seperti layaknya pasangan pengantin baru lainnya.Merasa tak ada pergerakan dari sebelahnya, Haidar membuka mata dan mengubah posisi tidur hingga menghadap pada sang istri. Saat itulah, dia melihat Aliyah sudah memejamkan mata dengan ponsel yang masih menyala."Dasar, sudah ngantuk masih main HP. Gini jadinya," omel Haidar. Namun, tangannya bergerak mematikan layar ponsel Aliyah dan membenarkan selimut agar perempuan itu tertidur dengan nyenyak.Malam itu, keduanya lalui tanpa kegiat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status