"Kenapa, Abi?" tanya Satria penasaran karena dia dapat melihat raut wajah serius dari kedua mertuanya."Begini Satria ... Abi tidak ingin menyembunyikan apapun dari kamu, jadi kita rasa harus berbicara dari hati ke hati dan sebagai laki-laki," ucap Abi, "kamu menikah dengan Fatma sudah 5 tahun. Mengenal karakter satu sama lain juga abi rasa sudah sangat cukup ya. Dan setelah Fatma mengizinkan kamu menikah tidak disangka jika istri kedua mu adalah cinta pertamamu. Jujur aja abi sedikit kecewa kepadamu.""Kecewa Abi? Kecewa kenapa, Abi? Apa ada sifat Satria yang tak berkenan di hati Abi?"Pria itu menganggukan kepalanya, "iya, kamu benar. Ada sikap kamu yang tak berkenan di hati Abi sebagai seorang ayah. Kamu terlihat tidak adil terhadap Fatma. Kamu lebih mementingkan Azizah. Iya Abi tidak munafik, kalau memang saat ini Azizah tengah hamil, tapi seharusnya kamu bisa membagi waktumu dengan Fatma. Apalagi dua hari ini seharusnya jatuhnya Fatma bukan? Bukannya abi ingin marah, karena kamu
"Ini dari siapa lagi, Bi?" Terlihat wajah Satria begitu sangat kesal saat melihat buket coklat tersebut."Bibi juga tidak tahu, Pak," jawab bi Siti sambil menundukkan kepalanya.Satria memandang buket tersebut dan di sana tidak ada tulisan apapun bahkan nama pengirimnya pun tidak ada. Dengan kesal dia berjalan ke arah tong sampah lalu menghancurkan bunga tersebut dan memasukkannya.Semua tercengang melihat ulah Satria, dia seperti seorang suami yang cemburu jika istrinya direbut oleh pria lain. Kemudian Umi melirik ke arah Abi dan pria itu menaruh jari telunjuknya di bibir menyuruh sang istri untuk diam dan jangan angkat suara."Sekarang katakan! Dari siapa buket tersebut? Kamu pasti tahu kan pengirimnya?" Satria saat ini sedang menatap tajam ke arah Fatma Akan tetapi wanita itu segera menggeleng, karena memang dia tidak tahu siapa pengirim barang-barang yang selama ini ia terima. "Sumpah demi Allah, Mas, aku tidak tahu. Kalau aku tahu, mungkin aku sudah memberitahu kamu. Dan kalaupu
"Fatma," panggil Satria sambil mengetuk pintu kamar mandi. "Sayang, kok kamu lama banget sih di dalam?"Tajlama Fatma keluar setelah mencuci muka, dia tersenyum kearah Satria. "Maaf ya Mas, tadi aku bersih-bersih dulu," bohongnya "Dia berjalan ke arah ranjang kemudian Satria menggenggam tangannya. "Maaf ya jika aku sudah menyakiti kamu.""Maksud kamu, Mas?" Dia pura-pura bodoh."Kamu pasti tahu kan maksudku, apa? Aku minta maaf, tadi aku tidak sadar kalau aku sudah menyebut nama Azizah. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti hati kamu, tapi--""Tidak apa-apa kok, Mas. Aku mengerti, tidak usah merasa bersalah Mas." Fatma tersenyum namun senyum itu terlihat begitu getir.Bohong jika dia tidak terluka. Seorang istri mana yang akan kuat hatiya, sedang bercinta dengan suaminya tapi pria itu malah menyebut nama wanita lain. Tentu saja sebagai seorang istri dan seorang wanita akan jatuh harga dirinya."Kamu boleh marah kepadaku. Kamu boleh menamparku. Kamu--" Ucapkan Satria terhenti saat Fatma
Setelah beberapa jam menunggu, bahkan Fatma tidak lepas dari tasbih yang berada di tangannya untuk mendoakan keselamatan Azizah dan juga bayi dalam kandungan nya. Tak lama terdengar suara tangisan bayi yang begitu nyaring, seketika membuat Fatma membuka matanya dan menengok ke arah umi."Umi ... Azizah sudah melahirkan Umi," ucap Fatma dengan mata berbinar berkaca-kaca."Iya, Fatma, alhamdulillah akhirnya ..." Umi tak kalah senang hingga beberapa saat Satria keluar setelah mengadzani bayinya."Bagaimana Mas? Bayinya perempuan atau laki-laki?" tanya Fatma yang tidak sabar ingin segera mendengar kabar bahagia tersebut."Alhamdulillah sayang, bayinya laki-laki. Dia sehat," jawab Satria sambil memeluk tubuh Fatma."Alhamdulillah ya Allah, akhirnya aku juga punya anak," ucap Fatma dalam pelukan Satria. Kemudian pria itu mengecup keningnya dan memegang kedua pipi Fatma. "Iya sayang, akhirnya kita mempunyai anak."Setelah Azizah mendapatkan perawatan, dia pun dipindahkan ke ruang rawat inap.
Satria paham apa yang ada di dalam pikiran istri dan kedu mertuanya. Dia menatap lekat ke arah Fatma dan berkata, "aku sudah bicara kepada Azizah, dan dia setuju."Semua terlihat kaget, nampak tak percaya dengan ucapan Satria. "Benarkah itu, Mas? Tapi bagaimana dengan perasaannya Azizah?" Fatma masih saja memikirkan perasaan madunya di saat seperti itu."Aku tidak apa-apa kok, Mbak," ucap Azizah yang baru saja keluar kamar sambil sedikit tertatih menahan sakit luka jahitannya.Satria yang melihat itu pun segera menghampiri sang istri lalu membantunya untuk duduk. 'Aku sudah berbicara dengan Mas Satria, dan kami sepakat agar Mbak tinggal kembali di sini. Bukankah Mbak yang bilang bahwa Syafiq adalah anak kita? Jadi bukan seharusnya kita itu mengurusnya secara bersama-sama, ya?"Azizah sudah merasa legowo dan ikhlas. Kemarin dia merasa kesal mungkin karena bawaan hamil, tapi sekarang setelah melahirkan dia mencoba untuk berpikir lebih dewasa lagi dan menerima keadaan."Apa kamu serius A
"Sayang apa tidak bisa aku mencetak golnya sekarang? Rasanya aku sudah tidak sabar," goda Satria sambil mengecup pipi Azizah "Ya ampun Mas! Sabar sedikit kenapa. Baru juga beberapa hari aku lahiran. Kamu harus berpuasa selama 40 hari." Satria merengut saat mendengar ucapan dari istri keduanya."Eekkhm! Maaf mengganggu " Fatma masuk ke dalam kamar Azizah, membuat kedua orang yang ada di dalam itu sontak terkejut. "Aku hanya ingin membawa Syafiq ke sini, karena dia sepertinya sangat kehausan, sejak tadi terus menangis."Azizah merasa canggung, "Iya Mbak, sini biar aku susui." Dia merentangkan tangannya kemudian menggendong tubuh Syafiq dan menidurkannya di samping lalu dia mulai menyusui bayi tersebut.'Kenapa rasanya begitu sakit melihat cinta di antara mereka? Walau aku berusaha ikhlas, tapi aku tidak membohongi diri ini bahwa rasa sakit itu terkadang menyeruak dan singgah begitu saja walau aku sudah mengusirnya beberapa kali.' batin Fatma."Kalau gitu aku pamit dulu ya. Aku mau bant
"Meli!""Satria!"Kedua orang itu nampak terpaku hingga beberapa detik, membuat Yusuf yang ada di sebelah wanita cantik tersebut merasa heran. Dia menatap ke arah Satria dan wanita yang bernama Meli itu bergantian."Kalian saling mengenal?" tanya Yusuf penasaran."Jadi kamu pemilik dari Cafe ini?" tanya Meli kembali sambil menatap ke arah Satria dengan mata penuh binar.Sudah beberapa tahun mereka tidak bertemu, dan saat ini keduanya dipertemukan kembali, tentu saja membuat Meli sangat senang. Sementara Satria hanya menganggukan kepala dengan raut wajah canggung.'Kenapa harus Meli?' batin Satria."Hei ..." Yusuf melambaikan tangannya. "Kalian dengar pertanyaanku, kan? Jadi kalian ini saling mengenal?""Iya, dia temanku dulu," bohong Satria."Teman?" Meli mengangkat satu alisnya. "Hei! Kita ini pernah mempunyai hubungan yang spesial, tapi oke ... itu kan masa lalu." Meli tersenyum bahagia, "bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu?""Alhamdulillah aku baik. Kamu sendiri gimana
Satria mengendarai mobilnya menuju rumah, dia masih terbayang-bayang dengan obrolannya bersama dengan Meli beberapa waktu yang lalu.Dia dapat melihat tatapan Meli saat mereka masih bersama dan tidak pernah berubah. "Apakah Meli masih mencintaiku?" lirih Satria, "tidak. Tidak. Itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin bisa Meli masih mencintaiku, sedangkan dia tahu aku sudah mempunyai istri? Mungkin itu hanya perasaanku saja." Pria itu mencoba menampik, "sebaiknya aku jaga jarak dengan Meli."Setelah sampai rumah Satria disambut oleh Fatma dan juga Azizah, kebetulan mereka berdua sedang berada di ruang tamu mengasuh Syafiq, bahkan di sana juga ada orang tua Azizah.Melihat semuanya sangat rukun, membuat Satria mengucapkan syukur di dalam hatinya. 'Aku berharap kerukunan ini akan terus langgeng dan tidak akan pernah berubah atau bercerai-berai. Aku senang bisa melihat senyum mereka.' batin Satria."Mas, kamu sudah pulang? Ayo kita makan dulu!" ajak Fatma setelah mencium tangan Satria.Pria