Jendral Qurazon menutup telinganya, "Sial, apakah Black Shadow ingin menakuti semua orang dengan geledeknya?" "Hmm---Sepertinya setelah geledek, aku akan menerima undangan pertunangan dari keluarga Anda, Jendral!" Roderick menatap sinis kepada Ethan dan Milano yang berpelukan. "Hehehe, jangan di ambil hati, Tuan Houffer....gadis gadis selalu takut mendengar bunyik geledek!" Solarita berdehem keras, Milano tersipu malu. Dengan canggung dia melepaskan dirinya dari pelukan Ethan. Roderick menutup tutup kotak berlian warisan itu sambil berkata, "Aku pergi sekarang, urusanku di sini sudah selesai!" Solares berlari mengikuti Roderick, "Tuan Houffer terimakasih dan semoga Anda puas dengan pelayanan grup Solares Entreprise!" Roderick hanya menggumam tak jelas melambaikan tangan dan cepat meninggalkan mansion di ikuti para bodyguardnya. Tak berapa lama, Ethan menarik diri dan pamit. Milano melepasnya sampai di lobi mansion dan malu malu berkata,"Saya menunggu pesan dari Anda Tuan Book!"
Clara yang sudah lepas dari pangeran Tigris, mengambil mobilnya dan berganti pakaian. Dia melajukan mobil dalam kegelapan di jalan yang berkelok. Pada persimpangan jalan memasuki jalan ke kota, Ia melihat serombongan besar mobil mobil panjang membawa orang dan terlihat senjata berat diantaranya menuruni jalan berkelok ke arah mansion Solares. Karena bau Ethan sudah tidak tercium, Clara tersenyum puas dan berbelok kanan, tanda panah tertulis----Menuju Kota Eslander. "Ini, aneh kenapa pesawat membatalkan seluruh penerbangan? Adakah sesuatu yang terjadi?' Rayden menatap ponselnya. Bip, notifikasi masuk. Pesan dari kru kapalnya. "Tuan, pelabuhan di blokir oleh militer di bawah arahan gubernur Delano, kami masih di interogasi oleh aparatnya. Apakah Anda akan kembali?" "Brengsek! Roderick kehilangan berlian warisan Lembah Biru dan dia membantai orang yang tersisa di mansion!" Cargil menyodorkan berita yang didapat dari informannya kepada Rayden. "Kalau kita menyetir sekarang menuju Eslan
Clara menoleh, "Tuan? Ada apa?" "Saya mendengar ada kecelakaan di persimpangan jalan dan saya pikir, Anda keluarga korban karena menyeret tas koper di jalan berkabut!" Clara memperhatikan lelaki yang menghalangi jalannya, wajahnya bersih dengan kulit pucat dan janggut tipis. Dia memiliki luka kecil di dahinya, tetapi tampilannya tetap tampan dan tenang, rambutnya di potong rapih dengan gel telihat klimis. Pakaiannya sangat sederhana kemeja putih dan celana kanvas hijau, mantel dinginnya terbuat dari bulu domba kualitas terbaik. "Saya menuju perbatasan di bawah sana. Jika tujuannya sama, Nona bisa bergabung dengan saya!" kata lelaki itu dengan sopan, "Saya bekerja di sebuah perkebunan di Eslander, namun badai salju beberapa hari ini menahan saya untuk kembali!" Serigala Clara tidak membaui ada sesuatu yang mencurigakan, sebaliknya sikapnya sangat tenang melihat lelaki ini. "Oh, baiklah terimakasih. Saya menuju ke Eslander untuk berlibur!" Clara duduk di kursi belakang, karena kurs
"Apa yang tidak mungkin?" tanya Rayden kesal, sandwich di mulutnya sudah sepenuhnya habis terkunyah. "EL77 adalah plat nomor dari keluarga terkuat di Lembah Serangga." Rayden menyesap susu coklat yang mulai dingin, "Jika itu El Wongso, maka gadis itu adalah Clara El Wongso!" Cargil menyeringai, "Aroma buah persik hanya dimiliki oleh klan El Wongso, konon dia memiliki seorang putri yang janda dan sekarang menghilang dari Lembah Serangga!" "Dia janda yang sangat muda dan cantik, siapa yang peduli? Kirimkan datanya ke ponselku!" Rayden bangkit dan meminta pengawalnya untuk segera mengambil mobil. "Ayo berangkat, sepertinya ada keributan di pos pemeriksaan perbatasan!" Cargil menyeret kakinya dan melihat sekelompok tentara bersenjata menghalangi antrian pemeriksaan. "Itu tentara Qurazonty. Sial, apakah gubernur Delano sudah mengirimkan orang orangnya ke sini?" "Batas garis putih itu sudah beda yuridiksi, mereka hanya berkuasa sampai pos pemeriksaan kecuali Delano tertarik menginvasi
Erasmus menghentikan mobilnya dan berbelok sedikit ke kiri. Ia menjelaskan bahwa mereka harus mengikuti jalan yang benar, yang akan membawa mereka ke jalan utama yang melewati perkebunan. Jalan cukup lebar dan aman, mereka hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk mencapai jalan besar di bawah bukit. Clara terpukau dengan pemandangan yang indah, "Aku ikut turun sebentar!" katanya sambil membuka pintu. Dengan sikap acuh tak acuh, Cargil menghentikan mobilnya saat Rayden melangkah keluar, jubahnya berkibar tertiup angin. Menyalakan sebatang rokok, dia melemparkannya ke udara. Dengan rambut tembaga menyala yang bersinar di bawah sinar matahari, tatapannya yang dingin bertemu dengan Erasmus saat dia perlahan mendekat. "Tuan, maaf! Sepertinya Anda tersesat!" Erasmus melihat kepada Rayden. Dia sedikit terpukau dengan tampilan pemuda ini----Sangat tampan dan eksentrik dengan warna rambutnya. Cargil sudah menjejeri langkah Rayden, dan bertanya"Kemana jalan ini menuju?" "Anda hanya perlu men
Para penjaga Rayden, yang mengawasi jalan, tercengang. Sejak kapan pemimpin tertinggi Lembah Utara meminta perhatian seorang wanita? Erasmus semakin kesal, "Tuan, lebih baik Anda segera melanjutkan perjalanan, badai salju bisa tiba tiba muncul!" Rayden belum bergeming, dia menunggu Clara mengucap kalimat. Terserah kalimat apa pun akan dia dengar daripada diam dan dingin seperti itu. Pada akhirnya dia kalah, "Dasar sial, supirku lumpuh dan sekarang pengawalku memar memar, wanita ini tak berguna setiap kali bertemu dengannya!" Serigala Clara juga kesal, "Lebih baik aku tidak muncul sama sekali, dasar gadis bodoh!","Jika aku bersuara, dia akan tahu aku menipunya di Lembah Utara sebagai Jamila!","Persetan dengan itu, kamu sekarang Clara, gadis asli yang dia temui di Lembah Serangga!" Rayden yang sudah kesal, berteriak dari dalam mobil, "Nona Clara, aku akan mengirim video ini kapada ayah dan nenekmu. Mungkin mereka kangen juga dengan cucu kesayangannya!" Clara putus asa, sepanjang p
Benar saja, di tengah hari, badai salju tiba-tiba melanda, menjebak Rayden dan konvoinya di gerbang kota karena banyak kendaraan yang mati mesin dan terhenti. "Hotel ini berjarak sekitar 3 km, dan dibutuhkan sekitar 30 menit berjalan kaki ke sana!" "Jalan kaki saja, terjebak di tengah badai sangat tidak nyaman. Ayo berangkat sebelum gelap!" Rayden keluar dan merapatkan jubahnya. Pengawal bertubuh gelap menghampiri Cargil, "Mobil di depan kita kosong ditinggalkan pemiliknya, karena ada mobil di tengah jalan yang melintang mogok kehabisan bahan bakar." "Kami tidak yakin apakah tempat parkir tersedia di hotel, jadi ayo bawa barang bawaan dan barang berharga kami ke hotel sekarang. Berjalan akan lebih cepat!" Pengawal itu menyebutkan bahwa mereka dapat berlari dengan cepat namun membawa koper yang berat memperlambat mereka. "Lakukan, hotel The Flow Eslander, 3km ke arah utara!" Cargil mengibaskan jubahnya dan sudah berlari di atas salju. Rayden memimpin dengan kecepatan dan ketang
Di sore hari, badai salju mereda dan kota menjadi hidup. Meski salju menumpuk di trotoar, bar dan kafe tetap buka. Kota Eslander terlihat indah di malam hari, karena Clara mengaguminya dari atas. Setelah berendam dalam air hangat dan tidur selama beberapa jam, dia membutuhkan sedikit alkohol untuk menghangatkan paru-parunya. Mengenakan jubah hijau tua, legging ketat, dan sepatu bot tinggi berwarna putih, dia memakai topeng yang serasi, rambutnya sekarang diwarnai dengan warna coklat yang lebih gelap. Clara menghisap permen penghilang bau serigala. Dia keluar dari hotel dan mencari hiburan malam. Clara mencari hiburan di bar yang tenang. Bar pilihannya sangat elegan, dengan dekorasi kayu Oak dan kursi berwarna gading, dia memesan anggur putih dan menemukan sudut yang nyaman. Saat dia menikmati minumannya, pelayan bar yang penuh perhatian membawakannya sepiring makanan manis. Namun, Clara tidak sengaja menjatuhkan beberapa permen sehingga tangannya lengket, ia menuju wastafel, Sekelom