Para penjaga Rayden, yang mengawasi jalan, tercengang. Sejak kapan pemimpin tertinggi Lembah Utara meminta perhatian seorang wanita? Erasmus semakin kesal, "Tuan, lebih baik Anda segera melanjutkan perjalanan, badai salju bisa tiba tiba muncul!" Rayden belum bergeming, dia menunggu Clara mengucap kalimat. Terserah kalimat apa pun akan dia dengar daripada diam dan dingin seperti itu. Pada akhirnya dia kalah, "Dasar sial, supirku lumpuh dan sekarang pengawalku memar memar, wanita ini tak berguna setiap kali bertemu dengannya!" Serigala Clara juga kesal, "Lebih baik aku tidak muncul sama sekali, dasar gadis bodoh!","Jika aku bersuara, dia akan tahu aku menipunya di Lembah Utara sebagai Jamila!","Persetan dengan itu, kamu sekarang Clara, gadis asli yang dia temui di Lembah Serangga!" Rayden yang sudah kesal, berteriak dari dalam mobil, "Nona Clara, aku akan mengirim video ini kapada ayah dan nenekmu. Mungkin mereka kangen juga dengan cucu kesayangannya!" Clara putus asa, sepanjang p
Benar saja, di tengah hari, badai salju tiba-tiba melanda, menjebak Rayden dan konvoinya di gerbang kota karena banyak kendaraan yang mati mesin dan terhenti. "Hotel ini berjarak sekitar 3 km, dan dibutuhkan sekitar 30 menit berjalan kaki ke sana!" "Jalan kaki saja, terjebak di tengah badai sangat tidak nyaman. Ayo berangkat sebelum gelap!" Rayden keluar dan merapatkan jubahnya. Pengawal bertubuh gelap menghampiri Cargil, "Mobil di depan kita kosong ditinggalkan pemiliknya, karena ada mobil di tengah jalan yang melintang mogok kehabisan bahan bakar." "Kami tidak yakin apakah tempat parkir tersedia di hotel, jadi ayo bawa barang bawaan dan barang berharga kami ke hotel sekarang. Berjalan akan lebih cepat!" Pengawal itu menyebutkan bahwa mereka dapat berlari dengan cepat namun membawa koper yang berat memperlambat mereka. "Lakukan, hotel The Flow Eslander, 3km ke arah utara!" Cargil mengibaskan jubahnya dan sudah berlari di atas salju. Rayden memimpin dengan kecepatan dan ketang
Di sore hari, badai salju mereda dan kota menjadi hidup. Meski salju menumpuk di trotoar, bar dan kafe tetap buka. Kota Eslander terlihat indah di malam hari, karena Clara mengaguminya dari atas. Setelah berendam dalam air hangat dan tidur selama beberapa jam, dia membutuhkan sedikit alkohol untuk menghangatkan paru-parunya. Mengenakan jubah hijau tua, legging ketat, dan sepatu bot tinggi berwarna putih, dia memakai topeng yang serasi, rambutnya sekarang diwarnai dengan warna coklat yang lebih gelap. Clara menghisap permen penghilang bau serigala. Dia keluar dari hotel dan mencari hiburan malam. Clara mencari hiburan di bar yang tenang. Bar pilihannya sangat elegan, dengan dekorasi kayu Oak dan kursi berwarna gading, dia memesan anggur putih dan menemukan sudut yang nyaman. Saat dia menikmati minumannya, pelayan bar yang penuh perhatian membawakannya sepiring makanan manis. Namun, Clara tidak sengaja menjatuhkan beberapa permen sehingga tangannya lengket, ia menuju wastafel, Sekelom
Jalan rahasia menuju gedung tua hanya berupa jalan setapak terbuat dari batu belah yang licin oleh lelehan salju, udara dingin merayap. Untungnya terdapat penerangan yang cukup. Erasmus mendorong sebuah pintu kecil terbuat dari plat besi hitam, bunyinya menderit. Terdapat lobi kecil sebelum dia mendorong kaca berputar. Terhampar ruangan yang terasa hangat. Erasmus memasuki sebuah bangunan, "Dulunya berfungsi sebagai tempat ibadah sekte Drakorian, kini menjelma menjadi keluarga Draken. Meskipun sekte tersebut dibubarkan, pengikutnya masih tetap ada" Clara takjub dengan hiasan pada langit langit gedung yang berupa dome ternyata kaca tebal dan benar-benar pemandangan langit utuh yang terlihat. Salju turun tipis tipis diantara bintang kecil. "Indah bukan?" tanya Erasmus, matanya mengerjap melihat Clara yang sangat cantik dengan topeng di wajahnya. "Aku masih bisa mengenalimu, karena bibirmu yang indah tidak bisa kamu palsukan" "Aku hanya ingin tampil berbeda, memiliki foto foto yang be
Clara mulai merasakan pusing, dia meraba dalam gelap menyusuri koridor yang panjang. Tangannya masuk ke dalam jubah dan mengeluarkan sebuah pil kecil tetapi sebelum dia sempat menelannya, Erasmus mendorongannya setengah berlari, pil anti bius terjatuh dalam gelap. "Erasmus, kenapa terburu-buru. Apakah ada sesuatu yang tersembunyi di dalam kegelapan ini?" tanya Clara kesal. "Uh, tidak! tadi aku hanya kaget" Erasmus meminta maaf tetapi matanya terus berkilat dalam gelap, Aroma afrosidiak mengurung ruangan, di bawah dome Clara mulai goyah. Seharusnya mereka keluar ke pintu kiri tetapi Erasmus membawanya ke kanan. "Kita mau kemana?" "Ayo ke villaku, sudah larut malam, jalanan gelap bahaya terlalu licin!" Clara tidak habis pikir, seharusnya saat ini belum tengah malam, dan Erasmus baru saja mengatakan hotel serta kafe akan memasang lilin di teras. Clara menahan langkahnya di tengah dome kaca, dia mendongak melihat samar samar cahaya bintang di balik salju yang turun tipis. "Aku tida
Di kediaman klan Holland, "Gadis itu masih di hotel dan belum terlihat keluar dari kamarnya" "Pastikan dia terus dalam pantauan para Hollander, Gareth gagal di Lembah Utara karena gadis itu pinter berkamuflase" Erasmus meraba wajahnya yang rusak terkena pantulan cincin Mirah Delima. "Apa hubungan gadis itu dengan Lembah Sifirin? Mengapa cincin putri Ainun ada di tangannya?" Sodix, kepala keluarga Hollander, menjadi geram saat mengetahui calon istri putranya mengenakan cincin Mirah Delima dari Lembah Sifirin, sebuah kerajaan yang memiliki hubungan sejarah dengan klan Hollander. "Cincin itu dalam sejarahnya hilang di curi para budak manusia yang menjaga pertambangan berlian di desa Aimata" Erasmus membacakan kisah tentang cincin Mirah Delima, "Bukankah, Panatua klan Holland pernah menceritakan hal ini kepada kita semua?" "Sekalipun di curi, cincin itu tidak berguna jika darah pemiliknya tidak cocok dengan roh dalam cincin" Sodix mendongak kepalanya, matanya terasa sakit, menging
Lembah Serangga, El Wongso mendadak merasakan kegelapan, "Seharusnya aku tidak membiarkan putriku sendirian menuju Lembah Utara" Ajeng berujar, "Paman El, aku sudah memeriksa jejak perjalanan Clara sejak awal dia berangkat dan rekaman kopernya yang terpantau di monitorku. Clara menaiki kapal dari Lembah Utara dan berakhir di Lembah Skydra!" "Ibu, bisakah kita menghubungi Abigail?" tanya EL Wongso semakin cemas. "Bukankah Malachi mengurungnya dalam ruang kegelapan? kita tidak bisa terkoneksi, sihir Malachi sangat kuat, bahkan cincin Mirah Delima itu tidak bisa menandinginya!" Wajah El Wongso terus menjadi gelap, air matanya mulai menggenang, "Tetapi kita tidak pernah bersinggungan dengan penguasa Lembah Sifirin, mengapa mereka mengirimi Clara cincin itu?" "Aku yakin itu salah satu pusaka yang di curi oleh para budak yang dibebaskan oleh Abigal tua. Biar bagaimanapun Abigail tua merasa kehilangan permaisurinya, dia membalaskan dendam dengan melepaskan para budak manusia----Kita tid
Kota Eslander siang hari kembali berkabut dan gelap menyelimuti, salju turun tipis. Dingin sekali. Clara berlari kecil kembali dari Eslander market, dia menyusuri jalan berliku yang hilang tertutup kabut tebal dalam hujan salju. Dia tidak tahu berada dimana karena kegelapan yang tiba tiba . Instingnya untuk tidak berlari tetapi berdiam diri, dan tepat ketika dia memutuskan untuk berhenti dia tersandung sesuatu. "Ughh" Clara mundur satu langkah, sepertinya dia menabrak orang lain atau mahluk lain. Dalam situasi seperti ini, shifter pasti berusaha berubah bentuknya. Sebelum Clara membuka mulutnya, pinggangnya di cengkram oleh sepasang tangan kekar dan berganti mulutnya di bekap. Seseorang dengan tubuh berotot dan memiliki harum tubuh yang dia kenali, menariknya ke dalam lorong kecil. "Jangan berteriak, kamu di kuntit kelompok Holland!" Suara berat terdengar di kuping Clara bercampur hawa panas yang menggelitik kupingnya. Serigalanya langsung bangkit, kepalanya berdenyut dan area se