Sementara itu di gurun Amethys, Rayden berdiri membeku, urat hitam menonjol dari dahinya. Lidahnya lumpuh kehilangan kata-katanya. Dia berpegangan erat pada sebatang tonggak kayu, buku tangannya mengeluarkan darah, mati-matian menahan amarahnya yang siap meledak. Berdiri di hadapannya seorang wanita dikelilingi oleh klan Maratua. Untuk memastikan, mereka sudah melakukan tes biometrik berulang kali dan tes DNA dengan klan Maratua. Wanita yang sudah memiliki pasangan ini adalah Jamila putri bungsu dari sekte kecil di gurun Amethys----Konyolnya lagi dia bukan manusia serigala. "Mengapa kamu menjual data dirimu di pasar gelap?" Cargil menggeram kesal. Jamila menggulung ujung gaunnya ketakutan. Pasangannya juga menunduk menghindari dominasi tatapan Cargil, sekalipun dia mencium bau kelompok yang mendatangi desa mereka sejak seminggu yang lalu bukanlah Alpha, tetapi mendengar nama penguasa tertinggi Lembah Utara saja sudah membuat desa itu gempar. "Maaf tuan itu hanya iseng saja di platf
Malam Festival Bulan di pelabuhan Qurazon Benua Putih, Clara tersenyum geli----Matanya ber-urat emas, dia menahan perutnya untuk tidak terbahak bahak mendapat satu sel baru kloning biometrik mata. Uh, betapa bodohnya lelaki itu, dia mencariku dan aku menyambutnya dengan sukacita. "Kamu akan turun besok pagi, terimalah ini sebagai identitasmu yang baru!" Clara menyerahkan token bank dan satu set softlens berwarna abu abu muda kepada Ethan. "Kita perlu berjaga jaga menghindari sergapan dari antek antek Ramses dan Roderick, bagaimana pendapatmu?" Ethan mengambil softlens dan keningnya berkerut, "Haruskah aku membesarkan bola mataku?" Clara terkekeh-kekeh, "Kamu hanya perlu menempelkan pada pupilmu dan berkedip, selesai! satu menit pertama akan butuh penyesuaian sisanya seperti biji matamu sendiri!" "Jika Ratu memerintahkan diriku untuk menyamar maka tidak perlu lagi aku berpikir" Ethan berbincang dengan dirinya sendiri. Apalagi ini perjalanan perdananya keluar dari Lembah Skydra menge
Dari ketinggian hotel Milledetum, Ethan menyapu pandangangan pada kota Qurazonia, pusat pemerintahan di Benua Putih. Dia memegang brosur perjalanan, dan melihat peta kecil di tangannya. "Untuk menuju Lembah Biru, aku harus memiliki koneksi yang kuat karena tidak sembarangan orang bisa memasuki Lembah. Bahkan dengan statusku sebagai Panglima kerajaan Skydra, mereka menolakku masuk" Suara ketukan pintu terdengar halus, Ethan membukanya dan pelayan hotel dengan wajah senang mendorong seorang pemuda kecil yang tersenyum ramah, "Tuan, ini pemilik toko yang bisa menyediakan ponsel untuk Tuan!" Ethan mengangguk, dan menyelipkan satu lembar uang sebagai tip kepada pelayan hotel yang segera menghilang. "Saya sudah melakukan pelacakan, sepertinya ponsel Tuan Cargil ada di tengah lautan, sayang sekali! Kemungkinan kelompok Rogue mencurinya waktu tuan turun dari kapal!" Ethan tersadar dari linglungnya, "Oh,Eh....Apakah ini ponsel dengan fitur terbaik?" Ethan memegang sekotak alat telekomunika
Di lobi besar mansion, Arturo dengan cemas menunggu Ethan. Dia tidak tahu bahwa pamannya telah memasang perangkat pemindai mata untuk menyaring tamu yang tidak diinginkan. Arturo telah mendaftarkan Tuan Cargil dengan nama Ethan Miller sebagai tamunya, namun dengan prosedur reservasi malam ini, Tuan Cargil tidak bisa menggunakan nama palsunya. Tak disangka, sederet tamu datang untuk menyaksikan koleksi permata keluarga Solares. Para bangsawan dari Benua Putih mengincar pelelangan berlian langka dari Lembah Biru. Berlian misterius ini, tanpa informasi detail di katalognya, hanya disebut sebagai warisan yang ditinggalkan oleh keluarga bangsawan yang hilang ratusan tahun lalu. Solares memanggil Arturo yang berpapasan di pintu kedatangan, "Arturo, pergilah ke rumah besar, ambilkan obat lambungku!" Arturo ingin menolak permintaan pamannya, tetapi memandang antrian mobil yang masih panjang, dia mengiyakan dan segera hilang menuju rumah utama. Ethan mematikan rokoknya, dia berdiri tenang m
Situasi di mansion tiba-tiba menjadi hidup ketika nama bangsawan Roderick Houffer disebutkan. Ethan menyadari kepalanya menoleh ketika Roderick memasuki mansion bersama putranya dan para pengawal setianya. Dadanya terasa sakit, sambil berpikir, "Roderick, kamu melarikan diri ke Benua Putih. Pantas saja seluruh keluarganya di Skydra lenyap!" Ethan bergumam pada dirinya sendiri, "Ratu sangat pintar, dia memperkirakan Roderick dan antek-anteknya akan lari ke tempat ini." Milano menunggu dengan cemas jawaban Ethan, berdiri membeku di hadapannya. Aroma tubuhnya menusuk lubang hidung Ethan, meresahkan indranya. Saat Solares menegur putrinya dalam bahasa Qorazon lokal, kedekatan Milano semakin meningkat. Pada akhirnya, Ethan merasa minder, menyadari bahwa dia hanya mengetahui bahasa universal dan dialek lokal komunitas kecil di Skydra. Dalam gerak yang halus Milano mendekat ke Ethan, payudaranya hampir menyentuh wajahnya yang memerah. Frustrasi, Ethan mengutuk taktik menggodanya, Separuh t
"Jendral Qurazon!" Ethan membungkuk dengan hormat, tubuhnya yang tinggi menjulang selaras dengan tampilan wajahnya yang dingin. Jendral Qurazon bangkit dari duduknya dan Ia mengganguk membalas rasa hormat Ethan kepadanya, "Sangat terkesan dengan budi luhurmu, anak muda!" katanya sambil memberikan Ethan segelas anggur dan bersulang. Ethan menerima anggur, memutar gelasnya dalam cahaya lampu yang benderang dan menyesap dalam sekali teguk dengan cara yang anggun. Jendral Qurazon tertawa senang, "Anda sungguh bangsawan yang memiliki etiket sangat halus dan teliti! Makanlah manisan Passiflora Edulis khas kota Qorazonty ini. Lihat, dia kecil seperti peluru tanpa biji!" Ethan melirik butiran buah kecil yang berkilat karena kadar gulanya yang tinggi, dia mengambil sendok perak dan memasukan setengahnya ke dalam mulutnya yang meledak kesenangan karena rasa manisnya pas dan harumnya khas---"Oh, ini manisan buah yang sangat enak, sensasi di mulut ingin terus mengunyahnya!" seru Ethan dengan
Solarita menahan tangannya untuk membuka kotak berlian warisan Lembah Biru. Ayahnya baru saja turun untuk menyambut rombongan tamu tak terduga. Dengan gagap dia memerintahkan asistennya menata meja dan kursi. Solarita kagum dengan deretan tamu yang hadir, wartawan yang disiapkan oleh ayahnya merasa senang karena bisa mendekat pada tokoh penting yang sangat langka untuk berkumpul. Rayden dan Pangeran Tigris bertukar pandang, senyum mengejek muncul di bibir sang pangeran. Solares dengan gugup merasakan suasana tegang. "Eh, sepertinya berlian warisan Lembah Biru sungguh fenomenal. Aku akan mendapat keuntungan besar malam ini!" "Rayden Pemimpin Tertinggi Lembah Utara, mari mari lewat sini!" Solares menyiapkan meja di sisi panggung bersebrangan dengan meja Jendral Qurazon. Rayden tiba dengan jubah panjang berwarna biru tua dan sarung tangan yang serasi. Wajahnya dibingkai oleh topeng platinum setengah muka yang melengkapi tato di lehernya. Dengan fitur simetris, tampan, dan rambut jingg
"Jendral Qurazon, mengapa begitu formil?" Silveryn mempertanyakan formalitas Jenderal Qurazon, hanya untuk disambut dengan senyuman dingin dari bawahannya yang bersenjata lengkap. Bahu mereka dihiasi peluru perak, berujung racun, mengisyaratkan kemampuan Jenderal untuk membunuh vampire. Qurazon tidak bergeming sebaliknya dia menyuruh Solares untuk melanjutkan lelang. "5500 keping emas!" Pangeran Tigris memberikan penawaran. "7500 keping emas!" Rayden menyahut acuh tak acuh. "12.000 keping emas!" Omar Yates menggebrak meja. "25.000 keping emas" Rayden kembali melontarkan tawarannya. "40.000 keping emas!" Dallas melemparkan tawarannya. "50.000 keping emas!" Ethan melambaikan tangan menawarnya "Hah!" Suara suara sumbang terdengar, sentuhan tertinggi angka penawaran telah mencapai rekor yang pernah terjadi di Benua Putih. Dengan 50.000 keping emas, seseorang bisa membangun sebuah kota beserta fasilitas lengkap.----Solares kegirangan! Senyum palsunya mengembang sempurna. "80.000 ke