Bahkan di bawah sinar bulan, bangunan perpustakaan itu terlihat megah, terbuat dari batuan andesit putih bersih menjulang ke langit. "Ini pintu masuknya!" Dylan berseru. Dan sebentar saja dia sudah mendorong pintu besi dengan ketenangan dan hati-hati. Aku terpesona oleh pemandangan ruangan yang terang benderang, dengan rak buku yang tinggi dan rapih dan ornamen ukiran gading yang indah. Aku melupakan sejenak kekacauan di rumah sakit, merasa segar kembali. "Dylan! Terimakasih sudah membawaku kemari!" kataku tulus. Di perpustakaan Lembah Skydra, aku merasa kecil dan tak berarti. Saat aku menaiki tangga besi di antara rak, aku merasa gugup dan seperti menemukan setitik asa yang menguap. Mataku berembun. Dylan melompat kegirangan sambil berseru, “Hei, kami punya susu dan air di sini! Oh, dan ada juga roti hangat!”, "Jamila, aku akan menyiapkan susu dan roti, carilah buku yang kau minati dan kita bertemu di sudut sebelah kanan. Kamu hanya lurus saja ada beberapa kursi baca yang nyaman-
Mengikuti saran Dylan aku berlari untuk mencari ruang staf perpustakaan, jantungku berdebar kencang. Setelah memeriksa beberapa ruangan yang terkunci, tersisa sudut yang gelap dan berbau tidak sedap. Aku bertanya-tanya apakah ruangan di ujung itu adalah kamar mandi. Suara geraman dan langkah kaki yang berat semakin mendekat. Baunya sangat pekat, dalam situasi yang mencekam dan remang-remang terlihat sebuah kotak sepertinya tisue toilet, jadi aku meraihnya sebelum menerobos ke ruang kecil yang gelap. Kutarik beberapa tisue untuk menutupi hidung dan mulutku. Rasa mual menyergap, air mataku berderai menghadapi bau ini----Jika ini bukan kamar mandi, apakah ini kandang monster? Terdengar suara gadis serigala itu menggeram frustasi---- Saat masuk tadi aku tidak menemukan pintu, jadi aku menekan rasa takutku dengan meraba tembok di belakangku berharap menemukan pintu dan menutupnya----Aku menemukan pegangan pintu dan sepertinya itu pintu besi, jadi aku menarik lalu membantingnya. Yakin hany
"Dengar tuan, namaku Jamila dari Gurun Amethys, aku hanya seorang pengasuh biasa!" jawabku sambil menenangkan diriku, "Anda mungkin salah kira----Aku juga sudah menikah, jadi tolong jujur saja beritahu bagaimana cara keluar dari sini!" "Owggh:" "Dia menggumam dan setelah beberapa saat diam, dia berkata, "Jika itu masalahnya, maaf, aku tidak bisa memberikan bantuan apa pun!" "Tenang, tuan! Kalau kamu merasa lemah tak berdaya, biar aku yang berusaha mencari jalannya, tunjuki saja caranya!" Aku harus berdamai dengan sosok ini, aku tidak tertarik berdebat lagi, semua kalimat yang terucap dari mulutnya membuatku semakin frustasi. Setidaknya aku merasa sedikit aman dia tidak menyerangku lagi. "Peluk aku!" Kesal dengan permintaan cabulnya dan kesabaranku mulai menipis. "Tuan anda salah orang!" "Jadi maksudmu pintu itu salah menangkap orang?" tanyanya kepadaku. Saya memikirkan pertanyaannya, "Apakah Anda ditangkap sepertiku?" aku bertanya kembali. Dia tidak memberikan jawaban, membuatku
Dia tidak merespons saat aku mendekat, dan aku merasa sangat malu. Aku membawa kotoran di pantatku, dan aku bertanya-tanya bagaimana cara memeluknya agar kita bisa keluar dari ruang gelap ini. Arrggh! peduli apa? Dia sudah seratus tahun tidur di atas kotorannya sendiri, tidak mungkin terganggu dengan bau kotoranku. Jadi aku meraih tangannya dan menepatkan di punggungku tetapi tangannya terasa dingin tanpa daya. "Apakah kamu kedinginan?" tanyaku tegang. Lagi lagi tak ada jawaban, aku mencoba untuk duduk, tidak mampu,----"Aku serius bertanya, Tuan!" Air mataku mulai mengalir, menyesal rasanya tidak memeluknya sejak dia memohon pertolongan. Aku belum mengenalnya, tetapi dia yang membuatku merasa tersentuh. Mahluk ini hanya minta dipeluk----Jadi aku memeluknya, terjatuh di atas tubuhnya dan menangis. Kesedihan merambati hatiku, aku semakin melekatkan diri padanya, menaiki tubuhnya yang lemah, meraih kedua tangannya agar dia juga memelukku. Dan pada waktunya aku terjatuh di atas dadany
"Cincin apa?" Raja Abigail memandangi Clara dengan bingung. "Cincin pusaka!" jawabku dingin, "Itu harusnya ada di jariku, saat aku merangkak memelukmu, cincin itu masih di sana!" Wajahku merah menahan malu, merasa bodoh kenapa aku bisa diperdaya raja cabul ini untuk datang memeluknya. "Mari kita turun dulu, aku akan menanyai Ramses tentang hal ini!" Raja Abigail meraih tangan Clara dan tidak memperdulikan penolakannya, "Bersikaplah tenang, cerita tentang kita hanya bisa aku bagikan jika kamu terlihat lembut!" Astaga, darah mendidih dalam diriku! Raja ini memang tampan, tapi kata-katanya yang tidak senonoh mengurangi rasa hormatku. Meski begitu, aku harus tetap tenang, karena aku memerlukan token bank untuk mencari tiket ke benua putih. "Bukan itu!" ujarku. Waktu Ramses datang membawakan cincin berwarna merah dengan lingkaran terbuat dari platinum putih. Ramses mengungkapkan keheranannya dan berkata, "Hanya ini yang kami temukan pada tubuh Yang Mulia Ratu!" Ramses menatapku denga
Abigail tersenyum melihat kepolosan Clara dan memeluknya erat. Dia dengan lembut membalikkan tubuh Clara ke arah cermin besar, menyadari bahwa tirai sutra telah terbuka. Rambutnya yang tadinya berwarna hitam menjadi keemasan berkilau, matanya biru kehijauan selaksa zamrud yang mencolok dengan tiara berlian di atas kepalanya. Auranya sangat anggun, elegan----Itu adalah wajah aslinya-----Clara El Wongso. Raja Abigail, mengembangkan bahunya yang lebar, dia bertolak pinggang, "Ratuku adalah perempuan yang bersahaja, dia tidak memerlukan sihir untuk berkaca di kaca kebenaran. Sebaiknya kamu, Ramses! berdirilah di sini untuk membuka kedokmu sebagai antek Caligula----Ular siluman budak para raja!" Sebelum Ramses terjatuh, seorang panatua melompat di atas mimbar dan menunjuk kepada pengawal raja, "Tangkap Raja Abigail! Dia seorang raja yang mengabaikan rakyatnya demi seorang perempuan dari kalangan jelata!" Pengawal kerajaan bingung dengan rumor kudeta di Skydra, tetapi pelakunya belum ter
"Nyonya Elaine, jika Anda sukarela memberikan cincin itu kembali kepadaku, maka tidak perlu ada kekacauan dalam keluargamu. Berpikirlah, sebelum Anda melangkahi gerbang itu!" Aku menghela nafas, menginginkan para bangsawan ini bersikap terhormat. Panatua dengan suara serak membentak Elaine, "Jangan pedulikan ratu penyihir, dia menuduhmu untuk menyingkirkan posisimu!" Mata Elaine yang kecil bergerak-gerak suram, dia melirik pada Panatua dengan rasa bimbang. Sanggulnya yang tinggi terasa berat----Kaki kecilnya bergerak, dia menyeretnya dilema pada situasi. Gerbang terbuka lebar, Elaine melangkah kakinya dan teriakan lega terdengar dari kumpulan bangsawan. Sekarang pandangan mereka menatap tajam pada Clara. "Bodoh!" Kenapa tidak kau terkam saja perempuan itu----Suara familiar terdengar di pikiranku,"Ah, kau kembali, kenapa tidak mati saja, biar aku menabur bunga di laut Sifirin!?", "Hehehe, aku menemukan pasangan sejatiku, lagipula kamu tertidur pulas berhari-hari setelah terjerat jell
Istana seketika dipenuhi oleh rasa panik dari para bangsawan yang terjebak dan mendapat serangan dari pasukan pemberontak yang sudah mengepung. Asap hitam pekat membumbung tinggi di udara, sepertinya ada pemberontak yang berhasil membakar fasilitas umum kerajaan Skydra. Tepat di dalam kamar, Clara dan mondar mandir gelisah mendengar teriakan dan jeritan dari pertempuran yang terjadi. Sementara Raja Abigail hanya duduk membelakangi dirinya. Tingkah misterius Abigail saat menggandengku ke kamar membuatku penasaran. Dia memeluk dan mendorongku ke tempat tidur besar, dan aku dengan bercanda menghindari sentuhannya yang lembut. Sejujurnya, serigalaku senang dengan aroma Abigail. Jadi ketika dia berhasil menjepit dan menciumku dengan penuh gairah, aku tidak bisa menahannya. Hasrat bercinta dengan dirinya meledak seketika. Abigail membuatku terengah-engah kelelahan, dan aku tertidur lelap. Terbangun oleh suara berisik, aku terkejut menemukan diriku sendiri dalam sutra tipis di kamar yang k
Clara yang menggembung dalam balutan jubah besar berdiri dengan susah payah dekat meja perjamuan. Dia tersenyum dengan getir, kalau bukan karena Dallas yang bersusah payah memintanya bertemu di tengah malam, Clara tidak menerima tamu sampai dia selesai masa persalinan. Perutnya membuncit dan kencang mencirikan kelemahan dia sebagai seorang wanita dan Clara tidak ingin ada yang tahu bahwa bayi dalam perutnya setiap hari membuatnya tersiksa.Tiap langkah dari Remdragon membuat bayi dalam perutnya gelisah, dia menggeliat dan menendang dengan keras. Clara menutupinya dengan senyum kaku, sesekali dia meringis kesakitan. Mengapa bayinya sangat gelisah di pagi ini?Raja Abigail menyambut Jack dan panatua Saddie di teras aula, sikapnya sangat anggun dan terhormat. Jack menyukai raja ini, terlihat tulus dan polos namun tetap dengan sikap seorang raja yang tinggi dan terhormat. Panatua Saddie memegang tengkuknya dengan susah payah, dia merasakan sakit yang menusuk pada area lehernya, terasa be
Di dalam bunker tempat Black Shadow menginap, Jenson masih murung dan merasa kesal karena bodoh tidak menyadari adanya jamur beracun di tanah terlarang klan El Wongso. Silveryn memegang sebuah bambu kecil berwarna gading yang berkilau. Bambu Albutar yang tumbuh di dataran tandus Lembah Yordan berusia seribu tahun, ujungnya keriput seolah lengah dengan keberadaan dunia fana ini mengeluarkan kepulan asap tipis, samar samar Dallas merasa pusing berada di samping Jenson. Silveryn mencibirkan bibirnya. "Enyahlah! Jika engkau lemah terhadap asap racun!" Dallas mendelikkan matanya, kakak tertuanya ini sepertinya semakin memperolok kemampuan tubuhnya dalam mengatasi racun, "Aku hanya sedikit pusing bukan mati!" Jenson tersenyum kecut, "Jangan kau sindir aku!" lenguhnya semakin marah. Silveryn menyanyat kecil pada lengan atas Jenson dan meneteskan darahnya dalam mangkok keramik. Darah berwarna merah terang mengucur perlahan. Jack terhenyak, "Mengapa seperti ini?" Panatua Saddie yang sejak
Setelahnya penjaga tanah keluarga Dharmaraya berlari ketakutan, dia tidak menyadari sepasang mata merah dengan geram melihatnya tanpa berkedip.'Apa yang dicari Black Shadow di tanah ini?' Pikirannya segera bekerja cepat, kakak keempatnya terluka tadi malam dan ular kesayangannya mati mengenaskan, tidak mungkin Black Shadow yang melukainya bukan? Karena kakak keempatnya tidak bercerita tentang penyerangan. "Apa?!" Seruni terlonjak dari duduknya, "Tidak mungkin itu dia!" serunya dengan panik. "Cepat bawa kakak keempat kemari!"Seruni baru saja akan mencicipi sepotong iga panggang madu sebagai menu sarapannya, dia menyukai aroma dan penampilan iga panggang yang berkilat keemasan dalam balutan madu yang sangat lengket. Sejak adik seperguruannya melaporkan bahwa kedatangan Black Shadow ke dalam komplek villa yang mereka sewa, iga panggang itu kehilangan kecantikannya, rasa yang menggugah berubah menjadi sia-sia."Penjaga kita melaporkan guntur di atas villa ini tidak hanya faktor kebetul
Di pagi hari yang lembab, matahari samar samar meluaskan sinarnya. Sekelompok penunggang kuda dengan jubah berkibar terlihat keluar dari istana klan El Wongso, kelompok berkuda ini langsung menarik perhatian sebagian penduduk Lembah Serangga yang sedang memulai aktifitas pagi hari. Bau udara laut tipis menusuk hidung dan Marroco yang memimpin perjalanan, dia terus menajamkan penciumannya.Beberapa petani yang melihat mereka melintasi tepian sawah tercengang, sekalipun topeng perak terpasang pada wajah wajah misterius, dari rahangnya yang menonjol fitur ketampanan dan pesona yang memancar tak hilang dibalik topeng tersebut,"Aku kira tamu tamu klan El Wongso memang menakjubkan, siapa mereka ini?" Seorang petani tua terkagum terkagum dengan tampilan pria muda berjubah besar dan menunggangi kuda Ferdhana milik El Wongso."Sepertinya mereka mencari sesuatu, lihat gerakan pemimpin di depannya yang terus mengangkat wajahnya!""Ugh! Jangan Kau bilang ada penyusup yang melintasi area terlara
Karena hari sudah larut, lampu jalan temaram dan ada beberapa yang berkedip, umurnya sudah mendekati kematian. Sesosok tubuh tinggi besar terbatuk batuk di tengah gelapnya malam. Angin yang mendesir diantara ranting ranting pohon jeruk emas. Sosok itu dengan langkah terburu buru pergi mencapai pintu sebuah bangunan dan menggedor kaca yang buram karena embun malam.Sekelompok pria yang duduk di ruang tunggu berdiri sigap dan melihat pada bayangan di kaca buram."Mungkin kakak keempat yang datang. Cepat buka pintunya!""Aku kakak keempat!" Suara serak terdengar dari luar, seolah mengkonfirmasi kecanggungan di dalam ruangan.Pintu kayu yang berat berderit terbuka setengahnya. Tampak sepasang mata merah dengan rambut tak beraturan muncul dari balik pintu. Matanya cukup waspada melihat pada gelapnya malam. Dan dia segera menarik sosok tinggi yang terlihat lemah di hadapannya."Kakak keempat?!" Pekik khawatir muncul dari mulut mereka."Istana El Wongso memiliki prajurit tanpa bayangan yang
Marroco bersungut dan tidak yakin apakah seorang El Wongso akan datang dengan cepat, ini dinihari, sebagai Alpha di Lembah Serangga siapa yang berani membangunkannya?Jadi Marroco hanya bisa pasrah, dia tidak mungkin menerobos area terlarang di kediaman El Wongso. Dia yakin, penjagaannya sangat ketat dan jika terjadi keributan, Black Shadow pasti akan mengetahui dengan cepat. Karena percaya dengan pengaturan dari klan El Wongso, Marroco duduk di sofa besar yang ada di ruang tunggu, seorang staff sudah menghantarkan sepoci teh oolong yang harum dan kudapan kering. Rasa kantuk menyerangnya dan Marroco memejamkan mata di sofa yang nyaman.BAM....Marroco tersentak kaget, suara pintu kaca terbanting karena angin, dia melirik jam di atas meja kopi. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 dinihari, teh yang disajikan masih mengepul hangat. Dia hanya tertidur sebentar. Staff yang ramah masih orang yang sama datang menghampirinya."Tuan! Anda sudah bangun? Maaf karena pintu ini terbanting!"Marroco
Dallas tersentak kaget melihat Henrico berjalan tertatih tatih keluar dari kamarnya. Dia segera menopang tubuh keponakannya itu dan menariknya untuk duduk di sofa besar di ruang tamu. Tetapi Henrico melawan, mendorong Dallas dengan kencang. Perlawanannya membuat gaduh dan terdengar oleh sebagian Black Shadow yang akhirnya mereka terbangun lalu keluar dari kamar masing masing.“Apa yang terjadi?” Marroco membantu Dallas menahan gerakan Henrico.“Sepertinya ada kekuatan dari luar yang menarik dirinya” Dallas memukul tengkuk Henrico, pemuda tanggung itu terjatuh duduk di sofa.Titik akupuntur yang dikeluarkan oleh Dallas menelan suara Henrico, dengan santainya Dallas mengembalikan posisi Henrico karena sebagian Black Shadow menjaga pemuda itu.“Aku ingin mencari aroma persik yang membuat kepalaku sakit!” Henrico menggerutu kesal.Dallas menuangkan segelas air putih untuk dirinya dan mengambil sebotol arak beras untuk dibagikan kepada keluarganya. “Suhu menjadi sangat dingin, minumlah dul
Melintasi komplek istana klan El Wongso, formasi terbang mengapit Jack yang luka dalam. Dalam perlintasan, Marroco menceracau dan terlempar keluar dari formasi. Silveryn membuka Qi untuk melihat energy yang menariknya ke selatan. Jenson lebih dulu melihat,“Ada bangunan utama di selatan formasi!”“Itu tempat tinggal putri El Wongso!” Dallas berseru, lukanya terus mengeluarkan darah“Saddie teruslah bergerak menuju bunker, aku akan menarik Marroco kembali” Silveryn mengayunkan tongkatnya dan melesat ke arah Marroco yang tertarik energy besar di depan mereka.Penindasan terasa disekujur tubuh Silveryn dan dia oleng, rasa sakit seperti ribuan jarum menancap dalam lubang hidung yang mengeluarkan darah karena daya tarik aroma persik yang terlalu kuat.Marroco mengeluarkan darah dari ujung matanya, nafasnya tersengal sengal dan dia terus menceracau memanggil nama pemimpin terkuat Black Shadow. Silveryn yang menggunakan Qi dan berhasil menarik tubuh Marroco, lalu melesat ke bunker penginapa
Wajah Silveryn terasa terbakar dibalik topengnya. Dia memaksakan dirinya untuk terlihat tenang. Dengan bibir bergetar suaranya tenang tanpa riak seperti danau Lembah Biru. “Apa kabar tuan Draken Book?” Ethan menundukkan kepalanya sedikit rendah dan dengan senyum yang terlihat dipaksakan memberikan kabarnya, dia memuji keramahan Black Shadow, “Sungguh indah petir di kegelapan malam!” “Sebentar lagi Dewi Bulan bercahaya, petir kami hanyalah hiasan bagi langit yang luas. Anda menari di bawah Dewi Bulan, bukan?” Ethan melengkungkan bibirnya, “Terakhir kali purnama, saya ikut bersenandung bersama dengan Anda dan tidak ada kendala untuk berikutnya, saya penganggum keindahan Dewi Bulan!” Dallas tertawa ringan dengan tubuhnya yang masih ringkih, “Tuan Draken Book sangat rendah hati, Remdragon merindukan Anda!” “Oh, di mana dia berada? Dan sepertinya beberapa anggota keluarga Anda terluka?” “Ehmm, Remdragon masih di kapal bersama pengawal kami!” sahut Dallas. “Kami terluka karena perta