Beranda / Romansa / Istri Tebusan Paman Mantanku / 175. Cemburu Tingkat Dewa

Share

175. Cemburu Tingkat Dewa

Penulis: Santi_Sunz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kian menggelengkan kepalanya. Kesabarannya entah menguap ke mana, ia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi Laureta. Ia menarik napasnya dalam-dalam.

“Ya sudah, sudah. Lagi pula sudah terjadi. Lain kali, kalau ada apa-apa, kamu harus …, wajib memberitahuku semuanya! Jangan ada yang kamu sembunyikan dariku, oke?! Aku tidak mau kamu memberiku kejutan atau semacamnya! Aku hanya ingin kamu selamat dan juga bayi kita! Sekarang sudah terlambat.”

Laureta tersedu-sedu, masih tidak mau menatap Kian sama sekali. Kian pun tak tahu harus berbuat apa lagi. Ia mengambil botol mineral dari nakas, lalu memberinya sedotan.

“Kamu mau minum?” tanya Kian.

“Tidak! Aku tidak mau!” bentak Laureta.

“Kamu mau minum dari minuman yang diberikan Erwin! Kenapa kalau aku yang berikan padamu, kamu tidak mau?! Apa kamu masih mencintai Erwin? Dia telah menolongmu tadi malam. Oh, jadi karena itu kamu tidak menginginkan kehadiranku di sini? Kamu tidak mau aku yang mengurusmu, begitu?”

“Hentikan, Kian!” seru Laureta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   176. Menghilang

    Rahasia yang seharusnya tidak pernah ada di antara Laureta dan Kian, tapi Laureta jadikan hal itu sebagai tempat perlindungan. Ia tahu jika hal itu salah.Laureta tetap bungkam akan kasus Elisa yang pernah menyerangnya waktu itu hingga keguguran. Mungkin memang bukan sepenuhnya salah Elisa. Pagi harinya, ia memang merasa seperti ada flek kecoklatan yang keluar. Namun, karena fleknya hanya sedikit, Laureta pun mengabaikannya.Namun, tekanan yang ia terima di dalam hati dan perasaannya atas perbuatan kasar Elisa membuatnya tak tahan lagi. Akhirnya, janinnya pun harus dikeluarkan dari tubuhnya melalui operasi kuret.Butuh waktu dua minggu hingga tubuhnya kembali pulih ke kondisi semula. Namun, hingga sekarang sudah dua bulan lebih, hati dan perasaan Laureta masih belum juga pulih sama sekali. Rasa perih itu masih tersemat di dadanya seakan ia akan terus berduka seumur hidupnya.Tak ada satu ibu pun di dunia ini yang tidak berduka kehilangan anaknya meski masih dalam bentuk janin yang san

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   177. Pengakuan Indah

    Lalu Laureta mengecek seluruh kolong ranjang dan akhirnya ia menemukan kotak itu berada di bagian kolong kaki ranjang. Laureta mengambil kotak itu dan berdiri untuk mengeceknya.Sungguh tidak masuk akal. Bagaimana mungkin kotaknya bergeser sampai sejauh itu? Seingatnya, ia menaruhnya di tengah-tengah. Lalu ia membuka kotaknya dan melihat posisi alat tes kehamilannya pun terbalik.Seseorang pasti ada yang mengambi, lalu membuka isinya, tapi terlalu ceroboh untuk mengembalikannya ke posisi semula. Siapa yang berani melakukan hal ini? Hanya para pelayan yang pernah keluar masuk kamarnya.Orang yang paling sering ke kamarnya adalah si pelayan muda bernama Indah. Laureta geram sekali. Ia harus menanyakan hal ini pada gadis itu sebelum emosinya benar-benar meledak.Jadi, Laureta pun keluar dari kamar dan mencari Indah. Ia berkeliling ke tempat di mana para pelayan biasanya bekerja. Lalu ia melihat Indah sedang mengelap kaca di dekat jendela taman. Tanpa banyak

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   178. Gejolak Gairah

    Ramainya para pengunjung restoran, membuat Kian enggan untuk duduk berlama-lama di sini. Ia pun memilih untuk memesan tempat privat. Untuk kesekian kalinya, Kian merasa waswas setiap kali berbuat seperti ini.Dosanya semakin lama semakin menumpuk. Berkali-kali ia mencoba untuk bertobat, tapi berkali-kali pula ia jatuh. Begitu ia melakukannya sekali, lantas ia melakukannya untuk kedua kalinya dan seterusnya.Duduk diam di ruangan privat pun tidak membuatnya merasa lebih baik. Seharusnya Kian pergi dari sini, tapi ia sudah terlanjur berjanji untuk menemuinya.Kian bingung harus bagaimana. Ia pun bangkit berdiri dan membuka pintu untuk pergi. Namun, seseorang menghalangi jalannya.Helga tersenyum padanya dan mendorong Kian untuk masuk. “Maaf, aku terlambat. Jalanan agak macet. Apa kamu sudah menungguku lama? Sudah pesan sesuatu?”Kian pun tak sanggup pergi dari sini. Dengan patuh ia duduk kembali ke kursinya.“Aku baru beberapa menit tiba di sini. Hmmm, kamu mau memesan apa?”“Apa saja y

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   179. Terciduk

    Kian ingin melepaskan lagi celananya dan memasukkan miliknya ke dalam tubuh Helga. Namun, ia harus makan. Ia masih punya waktu beberapa jam hingga pertunjukkan putri duyung nanti sore.Usai makan, Kian buru-buru membawa Helga pergi untuk check in ke sebuah hotel yang cukup bagus, tapi tidak terlalu ramai. Lagi pula ini bukan hari libur nasional, jadi kondisi mereka cukup aman untuk check in.Begitu masuk ke dalam kamar, Kian langsung menggendong Helga dan mendudukkannya di meja. Buru-buru ia melepaskan kancing kemejanya. Lalu ia menarik lepas blouse Helga dan melemparnya ke sofa.Dibukanya kaitan bra Helga hingga wanita itu bertelanjang dada. Helga tertawa-tawa melihat sikap Kian yang tak sabaran. Diciumnya dan dijilatnya payudara Helga hingga wanita itu mendesah bahkan lebih keras saat tadi di restoran.Kian buru-buru mengangkat rok Helga dan menarik lepas celana dalamnya yang lembab. Milik Helga sudah becek dan mungkin lebih becek dari sebelumnya.Ia memasukkan jari tengahnya ke dal

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   180. Merasa Bersalah

    “Wah, wah, wah!” seru Adinda.“A-ada apa?” tanya Helga bingung.“Dasar wanita jalang!” serbu Adinda yang hendak menyerang Helga.Dengan langkah panjang-panjang, Kian langsung menghadang jalan Adinda. Adiknya itu sampai menabrak dada Kian. Segera saja Kian memeluk adiknya.“Jangan, Dinda! Aku mohon, cukup! Aku tidak ingin sampai terjadi keributan di sini! Kita bisa bicara baik-baik!”“Dasar wanita tidak tahu malu! Murahan!” teriak Adinda. Adiknya itu berusaha melepaskan diri dari kekangan Kian sambil melompat-lompat. “Pergi kamu dari kehidupan kakakku! Jangan lagi ganggu rumah tangga orang!”“Dinda! Cukup!” seru Kian. Lalu ia menoleh pada Helga. “Ayo pergi sekarang! Pergi!”Helga tidak balas berkata apa-apa. Ia hanya melotot, lalu pergi dengan langkah yang cepat.“Kenapa Kakak malah menahanku! Aku akan menghajarnya sampai babak belur!” teriak Adinda.“Cukup, Dinda!” Kian menutup mulut Adinda dengan sebelah tangannya, tapi kemudian Kian langsung melepaskannya karena terkejut. Adinda men

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   181. Obrolan Serius

    Laureta tersenyum, tapi alisnya masih bertautan. “Oh ya? Aku merasa tersanjung.”“Aku serius,” ujar Kian. Suaranya begitu dalam dan ngebass. Mendengar suara Kian saja sudah membuat jantung Laureta berdegup kencang.Lampu mulai dipadamkan. Mereka pun duduk dan menatap ke arah aquarium. Suara musik yang keras membahana. Sang pembawa acara memasuki panggung dan menyapa para penonton.Kemudian kedua putri duyung memasuki aquarium dan melambai sambil memberi kecupan jarak jauh. Semua orang langsung bertepuk tangan riuh. Laureta ikut bertepuk tangan keras.Ini adalah pertama kalinya ia menonton pertunjukkan putri duyung. Mereka terlihat sangat cantik dalam balutan gaun putri duyung. Yang satu berwarna merah dan satu lagi berwarna hijau. Rambutnya berwarna keemasan dan sangat panjang, berkibar-kibar di dalam air.Kedua putri duyung itu menari-nari di dalam air, bergerak ke sana ke sini dengan anggun. Ekornya yang keemasan berkilau terkena cahaya lampu, terlihat begitu indah seperti ikan sung

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   182. Jujur

    Mata Kian semakin melebar. Ekspresinya berubah. “Kenapa kamu berkata seperti itu?”“Sudahlah. Aku sudah tahu. Sejak awal, kamu memang tidak mencintaiku. Kamu bersikap baik dan manis padaku hanya di depan keluargamu saja. Kamu sempat merasa kalau aku mencintaimu, jadi kamu tersentuh. Tapi sebenarnya hatimu tidak pernah jadi milikku. Seperti perjanjian awal kita, kita menikah karena kamu ingin supaya aku melahirkan seorang anak laki-laki untukmu. Sayangnya, badanku tidak sekuat itu.”“Ini bukan tentang hal itu!” seru Kian tiba-tiba hingga Laureta terkejut.Laureta membuka mulutnya untuk bicara, tapi Kian mengangkat tangannya.“Jangan membuat asumsi sendiri, Laura. Aku tidak suka. Itu sama sekali tidak benar. Aku tidak pernah ingin bercerai denganmu.”“Lalu untuk apa kamu masih mempertahankanku sebagai istrimu? Buktinya kamu masih bertemu dengan Helga. Ada sesuatu hal yang tidak bisa kamu hilangkan sepenuhnya darinya. Dia sepertinya selalu ada dalam bayang-bayang pikiranmu.”Kian meringi

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   183. Ciuman Romantis

    “Apa yang kamu lakukan?!” teriak Laureta yang tenggorokannya perih karena sejak tadi berteriak-teriak terus.Kian menunduk dengan wajah pucat dan ia jelas tidak tampak seperti Kian yang Laureta kenal. Awal ia bertemu dengan pria itu, ia ingat bahwa Kian adalah pria sombong yang menjunjung tinggi statusnya dan menyelesaikan segala perkara cukup dengan uang saja.Lalu Laureta dipaksa untuk menikah dengannya karena sebuah kondisi di mana Laureta tak sanggup membayar utang ayahnya. Namun, bukan berarti jika ia tidak bisa membayar utang, maka Kian boleh bertindak sesuka hatinya.Haruskah Kian mempermainkan perasaannya terus menerus? Lalu pria itu berlutut di hadapannya. Laureta benar-benar bingung dan tak tahu harus bagaimana bersikap.“Berdiri!” Laureta menarik tangan Kian, tapi pria itu mengeraskan dirinya. “Aku bilang berdiri! Tidak usah berlutut di hadapanku! Aku tidak mau!”“Aku tidak akan berdiri sampai kamu memaafkanku!” ujar Kian dengan nada tegas yang tidak bisa dibantah.Laureta

Bab terbaru

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   EPILOG

    Zion adalah anak yang sangat lucu dan pintar. Di usianya yang menginjak lima bulan, anak itu sudah bisa diajak bercanda. Siapa pun yang bertemu dengannya pasti akan gemas dengan tingkah lakunya.Hari itu adalah pertama kalinya Kian bertemu dengan Zion. Kian tampak tegang sekali seperti hendak bertemu dengan presiden. Laureta terkekeh sejak tadi menertawakan sikap Kian.Laureta baru saja pulang kerja dan Kian yang menjemputnya. Pria itu menyetir mobil menuju ke rumahnya tanpa Laureta perlu menunjukkan arah seolah ia sudah tahu alamatnya di mana.“Bagaimana kamu bisa tahu alamat rumahku? Ah, kamu memang memata-mataiku, ya kan.”Kian tidak menggubris candaannya. Pria itu fokus menyetir hingga berhenti di depan rumahnya.“Aku memang pernah mengikuti Ivan sampai ke rumah ini. Aku ingin tahu apakah benar kamu tinggal bersama dengannya di sini,” ungkap Kian.Laureta pun tersenyum. “Ya sudah. Kali ini aku akan memaafkan

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   259. Untuk Selamanya

    Kian memutar tubuh Laureta, lalu wanita itu pun menengadahkan kepalanya sambil mengangkat kakinya hingga berada dalam dekapan Kian. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.Kian pun mendekatkan bibirnya dan mencium Laureta dengan lembut. Laureta pikir lututnya akan goyah hingga ia tidak sanggup untuk berpijak di bumi. Namun, Kian menopangnya, mendekapnya dengan erat.Laureta pun membalas ciuman itu. Ia yakin sekali jika dalam hidupnya, ia hanya mencintai satu pria, yaitu Kian seorang. Susah payah ia menutupi perasaannya, tapi ia tak akan sanggup. Kian benar-benar telah mencuri hatinya.Usai ciuman yang memabukkan itu, Kian pun melepaskan diri. Napas mereka sama-sama saling memburu. Kian mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, lalu berlutut di hadapan Laureta.“Laureta Widya, maukah kamu menikah denganku? Lagi?”Laureta terkesima menatap cincin berlian di dalam kotak mungil berwarna merah. Ia pun mengangguk dan berkata, “Ya, aku

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   258. Bertaruh

    Laureta tersenyum membaca pesan singkat dari Ivan. “Pacar?” gumamnya.“Ada apa?” tanya Kian.“Uhm, tidak ada apa-apa.”“Ayolah! Aku ingin tahu. Kamu tadi bilang pacar. Pacar siapa?”Kian merebut ponselnya dari tangannya. Ia malu sekali saat Kian membaca pesan itu dari Ivan. Kian pun tertawa lepas.“Astaga! Jadi, apakah aku harus memanggil Ivan kakak mulai sekarang? Dia itu kakakmu kan?”Laureta terkekeh. “Mungkin begitu. Dia pernah menyuruhku untuk memanggilnya kakak, tapi aku tidak mau.”“Kenapa? Sepertinya usianya lebih tua darimu.” Kian menautkan alisnya, tapi Laureta menggelengkan kepala. “Kamu saja selalu memanggilku nama padahal usia kita terpaut delapan belas tahun. Atau mungkin sekarang aku punya panggilan baru?”“Apa itu?”“Papa?”Laureta terkejut. “Papa? Kamu kan bukan ayahku!&rdq

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   257. Acara Pesta

    “Kamu siap?” tanya Ivan sambil mengulurkan tangannya pada Laureta.Ia tersenyum dan kemudian menyerahkan tangannya pada Ivan. Ia baru saja turun dari mobil. Lalu mereka berjalan bergandengan, masuk ke dalam gedung mewah. Di dalam sana sedang ada acara pernikahan seorang anak pengusaha importir, rekan kerjanya Ivan.Sebenarnya, Laureta tidak perlu datang ke sini karena ia sama sekali tidak mengenal siapa pun di sini. Namun, Ivan bersikeras mengajaknya karena menurutnya Laureta pasti akan senang mencicipi berbagai macam makanan yang unik-unik di sana.Laureta pun terpaksa ikut. Ia melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri. Ivan membelikannya gaun yang ia pakai sekarang. Gaun itu berwarna biru tua dengan belahan rok yang tinggi hingga menampilkan kakinya yang tampak jenjang berbalut sepatu hak tinggi bertali hingga ke betisnya.Banyak sekali tamu yang datang ke acara pernikahan itu. Semua wanitanya mengenakan gaun yang sangat cantik dan para

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   256. Meleleh

    Laureta menatap kedua tangannya yang gemetar. Ia pikir ia sudah gila karena menyerahkan amplop berisi cek satu setengah milyar. Laureta menepi di pinggir jalan, lalu menangis sejadi-jadinya. Ia tak kuasa lagi menahan semua emosi yang ada di dalam dadanya.Demi Tuhan, ia baru saja bertemu dengan Kian Aleandro, pria yang pernah menjadi suaminya. Meski pertemuannya hanya berlangsung selama beberapa menit, tapi efeknya luar biasa. Sekujur tubuhnya gemetar dan ia kesusahan untuk menginjak gas di kakinya.Dengan susah payah, Laureta menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Lalu ia pun kembali menangis sambil menutup muka dengan kedua tangannya.Kian begitu tampan mempesona. Tatapan matanya begitu tajam seperti biasanya dan seakan Laureta bisa tenggelam di dalamnya. Lalu pria itu memeluknya begitu saja.Hati Laureta dilingkupi oleh kehangatan yang tak pernah ia rasakan selama lebih dari satu tahun ini. Perasaannya jungkir balik seolah kakinya ber

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   255. Pertemuan Pertama

    Kian mendongak dan semua seolah terjadi dalam adegan lambat. Ia melihat Laureta masuk ke dalam ruangan dalam balutan kaus hitam ketat dengan potongan leher berbentuk kotak. Bagian lengannya berbahan tile halus hingga kulitnya jadi terlihat samar-samar. Bagian bawahnya ia mengenakan celana cargo dengan banyak kantung yang membuatnya tampak sangat keren.Kian terkesima melihat wanita yang pernah menjadi istrinya itu muncul lagi dalam hidupnya. Laureta tidak pernah terlihat secantik dan seanggun itu dalam hidupnya. Laureta terlihat tomboy, tapi juga elegan dalam waktu bersamaan.“Maaf aku terlambat,” ucapnya dengan suara yang terdengar amat merdu di kuping Kian.Tergerak untuk langsung melompat dari kursi dan memeluk wanita itu, Kian pun menahan dirinya.“Kamu memotong rambutmu,” ucap Kian yang masih melongo.Kalimat pertama yang ia ucapkan malah terdengar konyol dan tidak penting sama sekali. Ia jadi terlihat sangat bodoh di h

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   254. Usaha Kian

    Betapa sedihnya Kian karena ia harus menerima kenyataan jika Laureta memang tidak mau bertemu lagi dengannya.“Ya. Kamu sudah membuatnya merasa terbuang dari rumahmu itu. Semua orang membencinya karena kalian menyebutnya anak perampok. Dia tidak mau menghalangimu untuk menikah dengan wanita yang kamu cintai. Ha! Kamu pun menikah dengan Helga, tapi kamu menyia-nyiakannya hingga dia harus mengembuskan napas terakhirnya.”“Aku tidak mencintai Helga. Aku menikah dengannya karena ayahku yang memaksa. Dan satu hal lagi, aku tidak pernah menyebut Laura dengan sebutan anak perampok. Akulah yang memintanya untuk menikah denganku meski aku tahu ayahnya seperti apa.”“Kamu terpaksa menikahi Laureta karena kamu ingin dia membayar utang ayahnya!” hardik Ivan. “Kamu pikir uang satu setengah milyar cukup untuk membayar seorang wanita untuk memuaskan nafsumu dan melahirkan seorang anak?”Kian pun terdiam. Ivan benar-benar t

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   253. Mencari Laureta

    Semalaman itu Kian benar-benar tidak bisa tidur. Ia mengingat tatapan Laureta saat melihatnya. Wanita itu jelas-jelas terkejut melihatnya. Lalu seperti ada sorot ketakutan yang membuatnya langsung memutuskan untuk kabur dari Kian.Lalu anak bayi itu. Anak siapakah itu? Bagaimana mungkin Ivan menikah dengan Laureta dan melahirkan anaknya? Kian pikir, Ivan masih mencintai Helga. Jika dilihat dari usia bayi itu dan waktu untuk mengandung selama sembilan bulan, Ivan mungkin sudah lama menikah dengan Laureta.Mana mungkin? Batin Kian menolak semua pemikiran itu.Entah sudah berapa kali Kian menghubungi Ivan hingga ponselnya pun tidak aktif lagi. Ivan benar-benar menghindarinya.Ia melihat jam di dinding dan memutuskan untuk bangun. Ia menyiapkan diri dan segera turun untuk sarapan. Marisa sudah ada di ruang makan lebih dulu.“Pagi, Kian,” sapa Marisa.“Pagi,” jawab Kian singkat yang langsung menuangkan kopi ke dalam cangki

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   252. Terlambat

    Desti tampak bingung mendengar pernyataan Kian.“Tante Laureta? Kenapa? Bukankah kalian sudah berpisah lama?”Kian mendesah. “Aku selalu mencintai Laura, lebih dari apa pun. Aku menikah dengan Helga karena terpaksa, hanya untuk memenuhi keinginan kakekmu.”“Kenapa Om mau menurut?”“Ya, banyak hal yang membuatku harus menurut pada keinginan kakek.”Desti mengangguk dengan bibir yang tertekuk ke bawah. “Om pasti sedih sekali ya ditinggal wanita yang Om cintai.”“Kenapa kita tidak membahas tentangmu? Siapa itu Erik? Teman atau teman?”Desti tersenyum. “Teman, Om. Benar! Aku dan dia belum jadian.”“Baguslah! Tidak usah berpacaran dengan laki-laki yang meninggalkanmu di mall yang besar seperti ini! Nanti kamu menyesal. Cari lagi pria lain yang sepadan denganmu.”“Aku sebenarnya suka pria yang lebih tua dariku, seperti Om Kian

DMCA.com Protection Status