Pria berwajah tampan itu menatap dingin ke arah sang adik.
"Kenapa?" ucap Jessie dengan datar."Dia istriku! Aku tidak akan membiarkan siapa pun menghinanya, termasuk kau! Jadi jaga mulutmu itu!""Ck. Kau gila! Lihatlah wajahnya! Apa kau buta Kak! Selena lebih cocok untukmu!" sambung gadis bersurai pink itu."Jaga bicaramu, Jessie! Dia Kakak iparmu! Jangan bahas jal4ng itu di depan Istriku!""Kau buta, Gabriel! Dia yang j4lang! Kenapa kau mengkhianati Selena hanya karena gadis jelek sepertinya! Dia hanya mengincar hartamu, Gabriel!""Kau tau apa, Jess? Lebih baik diam, atau silahkan kau pergi dari mansion ini. Aku mencari Istri untuk menghabiskan uangku, bukan untuk menambah uangku!" Gadis bersurai pink itu tersenyum miring, dia semakin membenci Grazella.Karena sedari dulu Gabriel tidak pernah membentaknya, bahkan berani mengusirnya. Tetapi sekarang?Terlihat di sana para maid dengan cekatan menyiSatu tamparan keras mendarat di wajah cantik sang wanita. Bukan Selena, tapi Grazella dengan lihainya menampar wajah tunangan dari suaminya itu."Kamu pikir aku lemah?" Setelah memberikan senyum remeh, Grazella segera melangkah menuju kamarnya."Dasar maid gila! Lihat saja kau akan di pecat Gabril besok! Sialan!" teriak Selena dengan wajah merah padam. Sementara Grazella hanya melambaikan tangan tidak perduli.Saat akan naik lift, gadis itu bertemu dengan adik ipar laknatnya. "Hey Adik ipar, tuh temanmu sedang asyik di bawah, tolong, ya usir dia,""Ahh ... satu lagi, tolong bilang ke Kakak b4jinganmu itu, kalau mau berbuat begituan dengan tunangannya, jangan di mansion ini. Karena bagaimana pun aku masih istrinya. Tolong hargai aku, dasar pria brengs3k!" sambung gadis itu dengan menggebu. Grazella segera masuk lift, dan mengabaikan wajah Jessie yang sudah kebingungan. Gadis bersurai pink itu segera menuju ke bawah. Matanya melotot
Pria dengan manik biru gelap sudah siap dengan setelan kantornya. Dia sedang berada di ruangan kerjanya."Apa jadwalku padat, Wil?" tanyanya pada sang sekretaris. Wiliam memang menginap di mansion Gabriel karena pekerjaan mereka sangat padat. "Tidak, Tuan. Anda hanya meeting dengan perusahaan yang kemarin kita batalkan sepihak,""Dan juga, Tuan besar menyuruh anda untuk makan malam di mansion utama," sambung Wiliam. Gabriel menghela napas kasar, dia tau pasti ayahnya itu ingin membahas perusahaan."Ya sudah, kau tunggu di mobil saja, aku ingin bertemu Istriku dulu,""Baik, Tuan." Wiliam segera angkat kaki dari ruangan itu , sedangkan Gabriel menuju kamarnya.Gabriel membuka pintu kamar dengan pelan. Pria itu melihat istri kecilnya sedang berada di balkon, dengan cekatan Gabriel melangkah menuju balkon, dan memeluk Grazella dari belakang."Morning, El." Gabriel mencium belakang leher sang istri."Ini masih pagi, jangan m3sum, Leon!" Gadis itu sangat jengah dengan tingkah suaminya."Aku
Raib sudah tab bergambar apel separuh tersebut. "Fu¢k! Hapus semua vidio itu, Wil!" "Maaf, Tuan. Video itu sudah trending di publik. Bahkan sampai ke media luar." Terlihat wajah Gabriel sudah merah padam."Hubungi Jack! Suruh dia bawa Istriku pulang ke mansion!""Baik, Tuan." Wiliam segera keluar dari ruangan.Gabriel terlihat memijit pelipisnya, dia sangat pusing menghadapi tingkah istri nakalnya itu. Di sana terlihat Grazella menaiki sebuah mobil kap terbuka hanya dengan Jack di sampingnya.Grazella juga dengan percaya dirinya Tidak memakai cadar, dan menghamburkan uang di jalanan. Sontak hal itu akan menjadi pertanyaan publik, yang bisa saja salah satu musuhnya mengenali sang istri. • • • Grazella sudah kembali ke mansion, dia akan segera ke kamar dan istirahat. Belum juga sampai, suara seseorang membuatnya berhenti."Eh j4lang! Ini perbuatanmu kan!" Gadis itu menunjukan heels–nya yang patah.
Gabriel ingin mengabaikan kenyataan bahwa istrinya bisa mengeluarkan asi, tapi hatinya justru ingin sekali menghisap nippl3 sang istri dan ingin membuktikan ucapan sang dokter.Grazella hanya bisa menggigit bibirnya, dengan memejamkan mata. Sungguh sentuhan suaminya ini membuatnya lemah. Dia sangat membenci tubuhnya karena selalu saja kalah dengan sentuhan Gabriel."Cantik," ucap pria itu sambil mengusap tanda kissmark yang sudah menempel di sana. Gabriel memilih menunda hal itu."Dasar pria tua m3sum!" Grazella sangat muak dengan tingkah Gabriel.Bagaimana tidak? Pria itu sangatlah m3sum. Setiap malam Grazella di haruskan menggunakan pakaian laknat yang aneh, ada berbentuk kucing, perawat, dosen, bahkan jaring-jaring yang tidak berfaedah. Gadis itu sangat kewalahan menghadapi g4ya s3ks aneh dan kasar suaminya itu.Setelah sekian purnama, akhirnya Gabriel membantu memasangkan dress itu dengan benar. Setelah selesai mereka segera menuju
Pernyataan Grazella membuat wanita beda generasi itu menjatuhkan rahangnya, apalagi saat melihat wajah dingin Gabriel. Mereka terlihat sedikit takut, karena mereka tahu betul tabiat Gabriel. Berbeda dengan pria paruh baya itu, dia terlihat tertawa terbahak. "Kau benar sekali, Nak! Dia memang brengs3k! Tapi tolong kamu jaga dia, ya, meskipun sifatnya sangat minus," "Daddy yakin kalau dia mencintai seseorang, itu akan selamanya dan jangan panggil aku Paman, panggil saja Daddy, mengerti nak?" pinta paruh baya tersebut dengan lembut. Grazella pun hanya bisa mengangguk."Tunggu hukumanmu, baby," bisik Gabriel yang membuat tubuh gadis itu meremang, dengan santainya pria itu menelusupk4n tangan kekarnya masuk ke p4ha dalam miliknya. Bahkan dress itu sudah di sibakan sedari kapan Grazella tidak tahu.Gadis itu menyikut lengan Gabriel, untuk tidak berbuat m3sum. Namun pria itu enggan merespon. Dengan gampang, tangan kekar itu justru semakin liar, d
Saat di perjalanan pulang, mobil Gabriel di kejar beberapa mobil jeep hitam, pria itu menggeram kesal. Dia segera menaikan kecepatan mobilnya yang membuat Grazella tersentak."Jangan menyebut, Leon! Aku takut!" Bagai tuli pria itu tidak mendengar ketakutan sang istri."Akkhh! Apa itu? Kenapa mereka menembaki kita, Leon!" Gabriel semakin naik pitam, kala melihat seseorang dari dalam mobil dengan liarnya menembaki mobilnya.Beruntung semua mobil yang berada di mansion, sudah di lengkapi kaca anti peluru yang memang di design khusus untuk hal seperti ini."Diam El! Jangan membuyarkan fokusku!" perintah Gabriel dengan tegas. Gadis itu terlihat menangis histeris."Kamu yang gila! Siapa kamu sebenarnya, Leon! Aku tidak mau mati ya! Hiks ... aku masih mau nonton upin Ipin hiks ...."Grazella menutup kedua telinganya karena ketakutan. Sementara Gabriel mengendarai mobilnya dengan kecepatan maksimal, mobil musuh pun terlihat sedikit terti
Mereka semua yang berada di halaman menoleh ke sumber suara."Wiliam? Kamu kenapa ke sini? Bukannya Tuanmu itu sedang berpacaran dengan Nenek lampir! Kenapa kau tidak mengikutinya." Wiliam sedikit terkejut mendengar penuturan sang Nyonya."Nyonya melihat acara itu?" Grazella mengangguk yakin, sedangkan Wiliam menghela nafasnya kasar."Santai saja, Wil! Mereka terlihat Cocok! Sama-sama penghuni neraka!" Wiliam hanya terdiam, dia pun berusaha mengalihkan pembicaraan."Saya mau mengambil berkas yang ketinggalan, Nyonya," ucapnya datar. Beberapa detik kemudian Wiliam menyipitkan matanya, saat melihat Jessie dengan asiknya memakan bakso itu."Ayolah, Wil. Jangan memanggilku dengan sebutan itu, aku tidak suka panggilan itu." Grazella mencoba bernegoisasi."Lalu untuk apa kalian di sini? Itu apa?" Wiliam menunjuk bakso salah satu bodyguard di sana."Bakso, kamu pernah makan tidak?"1 Wiliam mengangguk, terlihat wajahnya berbinar
Di mansion mewah itu terlihat semakin ramai. Terlihat sang tuan rumah sedang asyik berbincang dengan para tamunya."Anda sangat pintar, Mr. Sean, saya yakin kerja sama kita akan sukses!" ucap paruh baya dengan wajah blesteran itu."Daddy." Selena bergegas menginterupsi sang ayah."Oh, Son sini!" Paruh baya itu tersenyum dan memperkenalkan Gabriel kepada koleganya."Bagaimana bisa saya bertemu seorang mafia besar di sini?" Mereka menggunakan bahasa Portugis, yang membuat Sean, selaku ayah Selena menggeram kesal, karena dia tidak mengerti bahasa itu."Anda terlalu memuji, Mr. Perkenalkan, Gabriel." Pria itu mengulurkan tangannya, dan di sambut hangat oleh sang paruh baya."Lorran Matheus," jawabnya. Gabriel tersenyum kecil."Saya berharap anda mengunjungi perusahaan saya, Mr. Lorran, selagi masih di Italia." Pria itu hanya mengangguk, dengan tersenyum. Dia tau betul apa maksud dari ucapan Gabriel."Bicaralah