Mereka semua yang berada di halaman menoleh ke sumber suara.
"Wiliam? Kamu kenapa ke sini? Bukannya Tuanmu itu sedang berpacaran dengan Nenek lampir! Kenapa kau tidak mengikutinya." Wiliam sedikit terkejut mendengar penuturan sang Nyonya."Nyonya melihat acara itu?" Grazella mengangguk yakin, sedangkan Wiliam menghela nafasnya kasar."Santai saja, Wil! Mereka terlihat Cocok! Sama-sama penghuni neraka!" Wiliam hanya terdiam, dia pun berusaha mengalihkan pembicaraan."Saya mau mengambil berkas yang ketinggalan, Nyonya," ucapnya datar. Beberapa detik kemudian Wiliam menyipitkan matanya, saat melihat Jessie dengan asiknya memakan bakso itu."Ayolah, Wil. Jangan memanggilku dengan sebutan itu, aku tidak suka panggilan itu." Grazella mencoba bernegoisasi."Lalu untuk apa kalian di sini? Itu apa?" Wiliam menunjuk bakso salah satu bodyguard di sana."Bakso, kamu pernah makan tidak?"1 Wiliam mengangguk, terlihat wajahnya berbinarDi mansion mewah itu terlihat semakin ramai. Terlihat sang tuan rumah sedang asyik berbincang dengan para tamunya."Anda sangat pintar, Mr. Sean, saya yakin kerja sama kita akan sukses!" ucap paruh baya dengan wajah blesteran itu."Daddy." Selena bergegas menginterupsi sang ayah."Oh, Son sini!" Paruh baya itu tersenyum dan memperkenalkan Gabriel kepada koleganya."Bagaimana bisa saya bertemu seorang mafia besar di sini?" Mereka menggunakan bahasa Portugis, yang membuat Sean, selaku ayah Selena menggeram kesal, karena dia tidak mengerti bahasa itu."Anda terlalu memuji, Mr. Perkenalkan, Gabriel." Pria itu mengulurkan tangannya, dan di sambut hangat oleh sang paruh baya."Lorran Matheus," jawabnya. Gabriel tersenyum kecil."Saya berharap anda mengunjungi perusahaan saya, Mr. Lorran, selagi masih di Italia." Pria itu hanya mengangguk, dengan tersenyum. Dia tau betul apa maksud dari ucapan Gabriel."Bicaralah
Pria dengan manik biru gelap menatap lekat layar tabnya. Tangannya mengusap lembut gambar yang tertera di layar persegi itu."Aku sangat merindukanmu, El." Nyatanya Gabriel hanya berpura-pura dingin terhadap Grazella.Pria itu memang sedang merencanakan sesuatu untuk membatalkan pertunangan itu, dengan menggunakan sedikit bumbu untuk membuat sang istri cemburu.Dia ingin saat Gabriel pulang nanti, sang istri akan mengungkapkan perasaan cintanya. Bakan tanpa Grazella tahu, dia selalu masuk ke kamar saat gadis itu sudah tertidur lelap.Gabriel juga dengan m3sum menciumi bibir Grazella, dan saat menjelang pagi dia keluar dari mansion. D4 Dr qdanya sangat sakit melihat wajah istrinya saat berada di balkon. Dia sangat ingin memeluk dan mengurungnya di kamar untuk dia nikmati sendiri.Tapi pria itu lebih menginginkan agar Grazella mengungkapkan perasaannya. Alhasil pria itulah yang terjebak di permainannya sendiri.Suara keras pintu me
Pria itu menggeram kesal melihat lekuk tubuh Grazella yang sangat jelas. Bahkan gadis itu terlihat hanya memakai br4 dan d4laman, dress itu tidak berarti.Gabriel semakin naik pitam saat melihat Bibi Margaret memakaikan selimut namun Grazella justru membuangnya. Pria itu langsung berlari bahkan melepaskan payungnya."Briel! Kau bisa demam sialan!""Tutup matamu, wiliam!" Sang empu hanya menurut tanpa membantah. Sedangkan ucapan Wiliam tidak di gubris oleh Gabriel."Grazella Elnara Wesley!" Meskipun hujan deras, suara dingin nan menggelegar itu terdengar jelas di telinga para maid.Mereka segera menunduk karena sangat takut melihat wajah sang Tuan. Sementara gadis itu masih saja berlarian menikmati hujan, bahkan tubuh para maid terlihat menggigil, karena merasakan dingin yang teramat.Mereka semua tidak ada yang berani memakai payung, karena sang nyonya mereka pun tidak mau memakainya. Bibir para maid sudah sangat biru karena kedinginan."Kalian semua masuklah! Bersihkan diri kalian dan
Pria yang sedang tertidur dengan full naked terlihat mengerjapkan mata. tidur damainya harus di ganggu oleh suara berisik. Pria itu membuka mata, dan menggeram kesal karena waktu masih menunjukan jam 11 malam.Gabriel menoleh ke samping, dan tidak mendapati sang istri di sana."Sshhh," rintih Gabriel saat merasakan punggungnya sangat sakit.Saat sedang menikmati bibir manis Grazella, dengan lihai gadis itu justru mendorongnya, dan Gabriel harus merelakan punggung kekarnya mencium lantai marmer yang dingin.Istrinya beralasan tidak kuat menahan bau dari tubuh suaminya. Padahal Gabriel sudah mandi.Alhasil pria itu rela mandi malam-malam dari pada harus tidur pisah kamar dengan sang istri."Hoek ... hoek ...." Gabriel membawa pandangan ke arah sumber suara, yang berasal dari kamar mandi.Pria itu langsung turun dari ranjang, sembari memakai boxernya, karena tubuhnya masih full n4ked, tentu saja karena mereka baru melakukan olahraga malam.Kemudian sang pria menghampiri istrinya, yang ber
Di ruang inap yang besar itu terdengar suara saling bersautan, mereka terlihat sedang berbeda argument. Pria dengan setelan serba putih terlihat kesal."Sudah kukatakan kalau besok pagi saja, Briel bukannya sekarang!" kesal sang dokter."Aku tidak bisa menunggu! Buat apa aku menjadi donatur tetap di sini, kalau aku tidak mendapatkan pelayanan yang spesial!" balasnya lantang."Masalahnya mana ada Dokter obgyn, yang praktek di rumah sakit tengah malam begini, Gabriel?" Lucas sudah sangat muak dengan tingkah sepupu sekaligus sahabatnya itu. Dia menjambak rambutnya dengan frustasi."Aku tidak perduli! Cepat kau hubungi dokter itu, atau rumah sakitmu akan aku bakar! Jangan lama aku tunggu 15 menit!" Gabriel kembali duduk di pinggiran brangkar istrinya, dia mengecup tangan mungil itu secara terus menerus.Sedangkan Lucas terlihat gemas, dia memijit pelipisnya dengan kasar. Lucas memilih melakukan tugasnya. Dia tahu betul ucapan pria itu tidaklah main-main. • • •Pria dengan wajah tampan itu
Pria itu mencium aroma vanilla yang menyeruak di tubuh Grazella, yang membuatnya mabuk kepayang.Gadis itu sedikit meremang mendengar nada berat Gabriel."Lepas ini tempat umum, Leon! Setidaknya tahanlah," celetuk Grazella mulai geram dengan aksi pria itu.Bukanya berhenti, Gabriel justru sedang asyik menikmati wahana kesukaannya. Gabriel terus merem4s lembut semangka matang sang istri."Mmmpptt ...." Grazella berusaha menahan suara laknatnya agar tidak keluar."Keluarkan desah4nmu, El. Aku suka mendengarmu mendes4h," perintah pria itu, terlihat suara Gabriel sudah semakin berat. Tangan pria itu lebih kasar merem4s semangka besar itu."L–Leon berhenti. Ini di tempat umum ... ahhhh ...." Entah sedari kapan dress yang Grazella pakai sudah terselik4p. Bahkan br4nya sudah di turunkan ke bawah.Gabriel melum4t serta menjil4ti nippl3 pinky yang sudah men4ntang itu."Apa kamu tau fungsi ruangan privat seperti ini, Baby? Ini di khususkan untuk pasangan yang ingin bermesra4n, jadi kita harus me
Setelah kejadian di restoran, Grazella lebih overprotektif terhadap suaminya.Gadis itu selalu menyuruh Gabriel untuk membawa bodyguard kemana pun ia pergi. Gabriel hanya bisa menuruti perintah istrinya, dia sangat menikmati perubahan sikap Grazella.Semenjak hamil, Grazella memang lebih manja dan tidak malu-malu untuk mengungkapkan rasa khawatirnya.Bahkan Jessie bersikap lebih baik terhadap Grazella. Seperti pagi ini, gadis itu sedang duduk di taman samping dengan berbagai cemilan di tangannya, bersama dua maid. Dan dengan lihai Jessie ikut duduk di samping Grazella, setelah selesai melakukan joging, yang membuat bumil itu keheranan."Ada apa dengan matamu? Kenapa melihatku seperti itu? Mau mengajak ribut?" tuduh Grazella. Gadis itu menatap sinis ke arah adik suaminya itu."Percaya diri sekali kamu! Ini Mommy Vidio call," sergah Jessie langsung."Really?" balasnya. Grazella dengan cepat mengambil benda pipih bergambar apel
Setelah sampai di depan gedung pencakar langit itu, wajah Grazella terlihat kesal. Dia mengedarkan pandangan, dan menemukan seseorang yang ia cari. Grazella segera menghampiri paruh baya yang sedang duduk di salah satu kursi di sana.Paruh baya itu sedikit terpesona melihat tampilan menantunya. Sangat berbeda saat ia melihat di mansion.Saat itu Grazella terlihat anggun dan lemah lembut, tetapi melihat penampilannya sekarang, auranya menjadi berani dan swag. Paruh baya tersenyum senang."Mom, kita pindah mall saja, ya? Tidak apa kan?" tanya Grazella. Gadis bersurai pink dan paruh baya itu saling memandang."Kenapa?" jawab Jessie. Gadis itu terlihat kesal. Dia sudah ingin menghabiskan uang kakaknya itu."Bukannya kamu mau balas dendam dengan suamiku Jess?" Gadis itu mengangguk yakin."Maka dari itu, ikuti saranku. Jangan shopping di mall ini. Percuma kamu menghabiskan uang di mall ini, kalau ujungnya Leon juga yang untung," jela