“Dario ....” Aria tidak bisa menahan suara erangannya lolos dari tenggorokannya karena tindakan intim Dario.Dia menggigit bibir bawahnya gelisah mencoba mendorong dada Dario.“Mengapa kamu menindihku. Kamu sangat berat tahu.”“Maaf, sayang aku tidak bisa karena kamu akan kembali mengerjakan berkas-berkas itu,” bisik Dario serak menahan keinginan panas di selangkangannya untuk menyetubuhi wanita di bawahnya.Dia sangat menginginkannya begitu lama. Aroma tubuh wanita itu sangat sensual dan merangsangnya.Celana Dario semakin sempit dan ereksinya semakin keras.Dario mengumpat dalam hati. Niatnya ingin menggoda dan menahan Aria agar tidak bekerja justru berbalik menyerangnya.Sabarlah, Dario bergumam dalam hati.Aria mengerucutkan bibirnya cemberut.“Apa yang kamu inginkan?”Kamu, gumam Dario dalam hati.“Kamu harus makan malam dan beristirahat. Tinggalkan pekerjaanmu sejenak.”“Aku bisa melakukannya sambil makan,” protes Aria.“Keras kepala. Kamu ingin aku menyuapimu dengan seperti ini
Sejak Aria mengambil perusahaan Quin, banyak kebijakan perusahaan berubah yang lebih menguntungkan karyawan. Dan dia membuang karyawan lama yang korupsi dan arogan, serta mengirimkan mereka ke polisi.Perusahaan Quin terselamatkan berkat Aria dan dia tidak mengubah nama perusahaan Quin.“Ketika aku melihat Nona Aria, aku merasa seperti melihat Nyonya Delia.” Seorang perawat yang terlihat berumur 40-an tahun berkata pada temannya saat menonton berita yang menayangkan kondisi terkini perusahaan Quin dan wawancara Aria.“Benar, Nona Aria berbakat dan cantik seperti ibunya. Tidak heran dia bisa membangun brand perhiasan terkenal, Ms. Quinzy.”Stefan mengerjap dan menoleh ke arah perawat yang berbincang di samping tempat tidurnya sambil menonton berita di TV.Kamar VIP Stefa menyediakan TV dan sofa.Dia melirik ke arah TV dan melihat berita tentang perusahaan Quin. Seorang presenter berbicara dalam sebuah program TV .“Perusahaan Quin yang bangkrut diambil alih oleh Nona Aria yang merupaka
Aria akan datang?Jantung Stefan berdetak gelisah hingga terasa menyakitkan. Dia takut bertemu dengan putrinya. Dia mengingat penuh penyesalan pada putra dan putrinya, Ramus dan Aria.Sepanjang hidupnya dia mengabaikan mereka dan bahkan tidak peduli dengan hidup Ramus.Apa Aria akan datang menuntut balas dendam?Stefan tidak ingin berakhir seperti Melissa dan Emily.Jantung Stefan berdetak tidak stabil hingga menyebabkan monitoring yang memantau alat vital jantung berdering membunyikan alarm.Stefan kejang-kejang di atas tempat tidur.Pintu ruang rawat dibuka dengan kasar dan sekelompok dokter dan perawat masuk dengan tergesa-gesa.Seorang dokter memeriksa grafit jantung dan menggunakan alat pacu jantung.“Hubungi wali pasien! Tuan Crowen dalam kondisi kritis!” seru dokter itu pada perawat di sebelahnya.Perawat itu meringis.“Nona Melissa tidak bisa dihubungi! Pada awalnya dia ingin kita mencabut biaya perawat rumah sakit VIP Tuan Stefan. Tapi ketika kami hendak mengonfirmasikan, Non
“Tidak apa-apa Nona, itu menjadi tugas saya,” balas Jenny menekan tombol lift khusus direktur.“Selamat menikmati hari Nona,” ucap Jenny membungkuk hormat ketika Aria masuk ke dalam lift.“Terima kasih Jenny.”Dan kemudian pintu lift tertutup dan membawa Aria ke lantai dasar.Dia berada di dalam lift sambil melirik jam tangannya. Ini seharusnya waktu makan siang namun Aria pulang lebuh awal dari pada karyawan lain.Dia tidak sabar ingin menghabiskan waktunya bersama anak-anaknya. Dia merasa bersalah karena terlalu sibuk beberapa waktu ini hingga jarang menghabiskan waktu bersama si kembar.Ponsel di tasnya tiba-tiba berdering. Aria mengeluarkan ponselnya dan melihat nomor tak dikenal meneleponnya. Namun dia tetap menjawab panggilan tersebut.“Halo ....”“Nona Aria, maafkan saya menghubungi Anda tiba-tiba. Saya dari rumah sakit ingin mengabari tentang kondisi Tuan Stefan. Ini sangat mendesak.”Wajah Aria berubah datar.“Aku sudah memberi jawaban melalui asistenku. Hubungi asistenku jik
Hati Stefan penuh penyesalan dan rasa bersalah ketika mengingat masa-masa ketika Delia masih hidup. Istrinya tengah hamil putranya begitu mencintai dan menghormatinya. Putri kecilnya yang manis menatapnya menatap dengan tatapan memuja.Dulu mereka adalah keluarga kecil yang bahagia sampai semuanya berubah ketika Delia meninggal dan melahirkan putra yang penyakitan.Emily mulai mengganggu untuk masuk ke keluarga Crowen dan meracuni otaknya untuk mengambil harta Delia. Hati Stefan terpengaruh ketika mengingat dia direndahkan karena bergantung pada istrinya.Dia mulai membenci Aria dan Ramus karena menganggap mereka sebagai ancaman yang akan mengambil harta Delia darinya.Ketika kondisi menjadi seperti ini, Emily dan Melissa yang selalu mengaku menghormati dan menyayanginya berbalik meninggalkannya. Memaksanya untuk menyerahkan perusahaan Quin. Bahkan sampai saat ini mereka tidak pernah muncul di depannya ketika dia sakit untuk menghiburnya.Hanya putri yang selalu diabaikannya yang berd
Tubuh Stefan menegang. Dia menatap Aria dengan tatapan nanar.Aria menegakkan tubuhnya dengan ekspresi acuh tak acuh sebelum keluar dari kamar rawat Stefan.Aria keluar dari lift melewati lobi rumah sakit yang penuh dan menuju pintu keluar.Ketika dia berada di luar, Aria menghirup udara seolah telah lama mencari udara bebas.Setitik air mata mengalir di pipinya.Ramus, aku akhirnya membalas rasa sakitmu. Aku harap kamu tidak sakit di atas sana.Langit sudah mulai berubah senja.Aria menunduk dan menghapus air matanya melihat sudah berubah senja.Dia tidak menyadari hari sudah petang.Aria tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 17:35“Ya, ampun aku melupakan anak-anakku!” ujarnya panik dan hendak mencari taksiTiba-tiba mobil Van yang biasa digunakan untuk mengantar-jemput si kembar berhenti di depannya.Pintu kaca terbuka dan wajah seorang pria tampan muncul dan mengedipkan sebelah matanya pada Aria.“Sayang, butuh tumpang?”“Dario ... menga
“Dixon ....”Aria tersadar ketika melihat putranya duduk menyendiri di dekat jendela di sebelah Dario.Dia mendekat untuk melihat putranya lebih dekat.“Dixon, apa kamu juga ingin pergi bersama ke taman bermain?”Dixon menoleh dan menjawab datar.“Terserah Ibu. Aku ikut saja.” Setelah mengatakan itu dia membuang muka ke arah jendela tanpa menoleh lagi.Aria mengerutkan keningnya dengan ekspresi khawatir. Dia merasa putranya terlihat tidak bahagiaDia membuka mulutnya ingin menanyakan keadaan Dixon ketika Dario tiba-tiba memotong.“Masuklah, apa kamu ingin terus berdiri di luar?”Aria menoleh menatap Dario.“Mengapa kamu tidak naik mobilmu sendiri alih-alih menumpang di mobil anak-anak.”“Mobil ini sangat nyaman didekorasi khusus untuk kenyamanan anak dan sangat luas. Aku suka di sini, terutama bersama putriku,” katanya mengelus rambut Delin sambil mengedipkan matanya pada Aria.Aria berdecak.“Kamu membuat dalam mobil menjadi sempit, pindahlah ke bangku depan. Aku ingin bersama-sama a
Dixon langsung mendongak dan segera membuang muka.“Tidak mau. Aku mau sama Ibu!” ujarnya ketus sambil melipat tangan di depan dada.“Tapi ibumu bersama Delin.”Dixon segera melihat ke arah Aria dan Delin. Sepasang ibu dan anak itu tengah naik bom-bom car dengan gembira.Mukanya cemberut.“Aku akan nunggu giliran bersama Ibu.” Dia mendengus melirik Dario ujung mata.Dario mengedik bahu acuh tak acuh sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana.“Oke.” Dia tidak berusaha membujuk putranya dan menunggu di sebelahnya dengan santai tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Wajah Dixon berkerut semakin cemberut. Namun terlalu gengsi untuk merajuk pada ayahnya. Dia hanya mendengus sambil membuang muka.Sepasang ayah dan anak itu berdiri di pinggir pembatas wahana bom bom car menonton Delin dan Aria bersenang-senang.Aria tersenyum lebar melambaikan tangannya pada mereka.“Cepat kemari Dixon! Di sini seru!”Di sebelahnya Delin juga melambai dengan senyum lebar. Mereka sangat bersenang-senang.